oleh

BPPT Sebut Turab Longsor di Ciputat Dipicu Tekanan Jenuh Air

image_pdfimage_print

Kabar6-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melihat indikasi awal robohnya turab komplek Griya Satwika Telkom, Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, pada Jum’at malam kemarin. Saat itu curah hujan sangat tinggi.

“Mengakibatkan derasnya aliran air sungai yang menggerus atau local scouring secara alami di bawah turap,” ungkap Perekayasa Madya Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana – BPPT, Nur Hidayat kepada kabar6.com, Senin (14/6/2021).

Kejadian ini, menurutnya, diperparah dengan kondisi topografi yang curam. Tekanan air tanah yang jenuh di belakang turap tertahan karena tidak terlihat sulingan air.

Ditambah lagi dengan posisi aliran sungai yang membelok pada lokasi kejadian. Sehingga mengakibatkan kejadian sliding kemudian membendung sungai.

“Bronjong yang dipasang sebagai turap sebagian ketarik oleh longsor yang tepat disebelahnya,” papar Nur.

Artinya pergerakan bronjong bukan oleh aktivitas scouring dari sungai, atau tekanan air dari balik bronjong. Penanganan darurat menggunakan bronjong ini memiliki kelebihan karena bisa meluluskan air namun menahan tanah.

Nur berpendapat, secara struktur dilihat di sebelah bagian yang tidak terkena dampak longsor bronjong masih utuh. Ia melihat tidak adanya pergerakan.

**Baca juga: Soal Bangunan Pemerintah non-IMB, TRUTH Surati DPMPTSP Kota Tangsel

“Sebaiknya tidak ada aliran air meresap di belakang brojong apalagi jika sudah ada retakannya sebaiknya segera ditutup. Turap beton yang tersisa di sebelahnya sebaiknya juga segera dievaluasi, untuk mencegah kejadian serupa,” jelasnya.(yud)

Print Friendly, PDF & Email