oleh

WTA 2016, DTKBP Tangsel Gelar Konferensi Kota Tepi Air

image_pdfimage_print
Kegiatan World Technopolis Association (WTA).(yud)

Kabar6-Dinas Tata Kota Bangunan dan Pemukiman (DTKBP) Kota Tangerang Selatan ambil bagian dalam kegiatan World Technopolis Association (WTA) di Kawasan Puspiptek, Kecamatan Setu, pada 20-23 September 2016 besok.

Jenis kegiatan yang akan diselenggarakan berupa “Konferensi Internasional Mewujudkan Kota Tepi Air (waterfront city)”.

Sekretaris DTKBP Kota Tangsel, Mukkodas Syuhada mengatakan, konferensi akan diselenggarakan pada Selasa, 20 September 2016. Lokasinya di Graha Widya Bakti, Puspiptek.

Program pada sesi pertama akan dilakukan pemaparan dari pembicara kunci mengulas tentang desain lalu lintas angkutan Sungai Cisadane.

“Dalam sesi ini diharapkan terjadinya dialog antara audiens yang terdiri dari masyarakat dengan stakeholder (pemangku kepentingan) dan pemerintah. Masyarakat menyampaikan keluhan dan keinginan, sedangkan pemerintah mendengar dan selanjutnya ditindaklanjuti menjadi kebijakan,” katanya lewat keterangan resmi yang diterima kabar6.com, Selasa (13/9/2016).

Mukkodas terangkan, pada sesi selanjutnya dilakukan pemaparan narasumber dari pemerintah pusat. Diantaranya dari, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Riset dan Teknologi serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

DTKBP Tangsel Gelar Konferensi Kota Tepi Air.(yud)

Pada sesi tersebut ia berharap tersedia informasi tentang hasil penelitian, inovasi dan teknologi untuk mewujudkan Kota Tepi Air di Tangerang Selatan. Kemudian pada sesi penutup dari rangkaian konferensi berisi masukan dan rekomendasi

“Untuk dibuatkan aksi nyata dan roadmap dalam mewujudkan Kota Tepi Air di Tangerang Selatan,” jelas Mukkodas.

Menurutnya, ada tiga poin rencana strategis jangka panjang. Yakni, berbagi informasi mengenai inovasi dan teknologi untuk mewujudkan kota tepi air, pemetaan potensi situ dan sungai di Kota Tangerang Selatan, dan rencana aksi dan roadmap untuk mewujudkan kota tepi air.

Mukkodas menegaskan, kegiatan konferensi kota tepi air ini diselenggarakan sebagai side event Tangerang Selatan Global Innovation Forum (TGIF) 2016.

“Dan anggaran kegiatan konferensi didukung penuh oleh Dinas Tata Kota Bangunan dan Pemukiman Kota Tangerang Selatan,” tegasnya.

Ia berkeinginan, menjadikan Kota Masa Depan Tangerang Selatan lima tahun ke depan adalah Kota Tepi Air (Waterfront City).

Berbasis komunitas yang akan menggerakkan perekonomian masyarakatnya dengan berbagai kreativitas serta nilai-nilai sosialnya. Sehingga visi dan misi Kota Tangerang Selatan dapat segera terwujud.

DTKBP Tangsel Gelar Konferensi Kota Tepi Air.(yud)

Mukkodas ceritakan, pada 14 Agustus kemarin pihaknya bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah dan sejumlah komunitas di Kota Tangerang Selatan melaksanakan kegiatan bertema “Ekspedisi Sungai Cisadane”. Sebut saja seperti komunitas OKP Ganespa, Kandang Jurang Doank,  Tangsel Club dan lain-lain.

Hasilnya terlihat, ada banyak potensi yang dapat dimanfaatkan di sekitar aliran sungai berbatasan serta menghubungi tiga wilayah kabupaten/kota di Tangerang tersebut. Titik lokasi star berawal dari wilayah Keranggan, Kecamatan Setu, dan finish di Kampung Aer, Kecamatan Serpong Utara.

Mendayung aliran Sungai Cisadane sejauh 14 kilometer, puluhan peserta menggunakan enam perahu karet lengkap dengan pelampung dan helm.

Mukkodas menyatakan, bukan hal mustahil bila kota pemekaran dari Kabupaten Tangerang ini mengikuti Jerman ataupun negara-negara maju lainnya.

Di negara tersebut aliran sungai telah dimanfaatkan sebagai sarana transportasi antarwilayah. “Di Jerman, Belanda sudah ada jalan tol sungai (water way). Jadi masyarakat dialihkan dalam menggunakan transportasi tidak melulu naik mobil,” ujarnya.

Penerapan sarana transportasi massal perahu yang dioperasikan di aliran sungai dapat dijadikan pilihan. Jangka panjangnya mampu mengurangi kemacetan arus lalu lintas kendaraan pribadi yang semakin tahun jumlahnya terus bertambah.

Operasional tol sungai, terang Mukkodas, dapat menjadi pilihan bagi masyarakat yang ingin beraktivitas. Baik dari Kota Tangerang Selatan menuju Kota Tangerang dan begitupun sebaliknya. Konsep penerapan moda transportasi tol sungai terbukti efektif di negara-negara maju dalam mengatasi kemacetan.

“Konsep pengembangan tata kota di sekitar aliran sungai dibuat sarana jogging track. Program ini tentunya harus bekerjasama dengan pihak swasta, pengembang kawasan,” terangnya.

Pembuatan jogging track, lanjut Mukkodas, bisa tidak mengandalkan dari alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Proses pembangunan‎ fisik bisa melibatkan pihak swasta lewat bantuan sosial dari hasil keuntungan yang diperuntukan bagi masyarakat sekitar atau Coorporate Social Responsibility (CSR).

“Saya yakin kalau pakai dana CSR akan lebih cepat‎. Jadi tidak melulu mengandalkan APBD. Kami melihat di belbagai negara transportasi air jadi andalan. Tangsel pun demikian, jika dibanding membangun jalan tol lebih baik memanfaatkan kali,” tukasnya.

Setidaknya ada 3 tempat pemberhentian atau semacam dermaga kecil, pertama dari ujung perbatasan Tangsel-Bogor tepatnya di Keranggan, Setu, lalu di jembatan Green Cove Serpong dan Rumah Sakit Ashobirin, Serpong.

“Nanti disediakan perahu kayu atau dikenal perahu jukung dengan kapasitas 12 orang atau lebih,” paparnya. ‎Menurutnya, dalam kegiatan Ekspedisi Sungai Cisadane itu turut bekerjasama dengan berbagai kelompok masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya.

Ketua Tangsel Club, Uten Sutendi mengungkapkan tujuan mengadakan ekspedisi cinta untuk menelusuri aliran Cisadane. Organisasi yang bergerak di bidang sosial dan lingkungan ini memandang Cisadane memiliki potensi cukup besar bagi Kota Tangsel.

“Kami ingin mengajak dan melihat kepada masyarakat potensi Cisadane. Potensi itu di miliki Tangsel dan itu perlu diakui untuk dimanfaatkan,” tuturnya.

Ekspedisi diharapkan menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat Tangsel untuk cinta terhadap sungai, termasuk penghijauan di bantarannya. Tidak membuang sampah dan limbah yang mencemari aliran kali.

Dalam ekspedisi itu juga turut diikuti oleh pecinta lingkungan, Dik Doank. Menurut seniman yang tinggal di Kelurahan Sawah, Ciputat mengungkapkan  kesadaran ini yang harus disikapi dengan apresiasi tinggi, yaitu mengajak pada masyarakat saling menjaga lingkungan.

“Semoga saja usai melakukan ekspedisi mendapatkan hasil yang bisa renungkan. Kita telah melihat kanan dan kiri Cisadane begitu indah jika dikelola dengan baik,” katanya.

Makna kali adalah sumber penghidupan bagi manusia. Kali teraliri air yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, maupun habitat lain seperti ikan. Tapi kadang bisa membuat bencana jika tidak dirawat dengan baik.

“Masyarakat harus bersahabat dengan lingkungan sekitar, dengan kali dan alam semesta. Karena mereka sebetulnya memberikan banyak manfaat  pada masyarakat,” tuturnya.

Mukkodas menyatakan, kegiatan ekspedisi akan dijadikan kajian selanjutnya. Kegiatan ekspedisi tak hanya berhenti tidak ada kelanjutannya.

“Hasil penelusuran dengan waktu cukup lama di atas perahu karet akan jadi rujukan kami. Nanti akan dipresentasikan kepada Walikota Tangsel,” katanya disela kegiatan.

Catatan yang akan disampaikan, garis sepadan kali akan dibuat jogging track difungsikan bagi pejalan kaki atau pesepeda. Penataan taman supaya indah dan menarik. “Setelah nanti kami presentasikan, tahapan selanjutnya feasibility study kemudian melakukan detail engineering design,” tambah Mukkodas.(adv)

Print Friendly, PDF & Email