oleh

Tuai Kontroversi, Lelang Tengkorak Manusia Naga Bertanduk dari Abad 19 di Inggris Dinilai Tidak Manusiawi

image_pdfimage_print

Kabar6-Rumah lelang Swan Fine Art di Tetsworth, Oxfordshire, Inggris, menarik kembali penawaran tengkorak manusia beberapa jam sebelum lelang dimulai.

‘Tengkorak manusia Naga bertanduk abad ke-19’ berasal dari negara bagian Nagaland di timur laut India. Melansir independent, pelelangan tengkorak tersebut telah menimbulkan kehebohan di kalangan masyarakat suku, sementara rumah lelang Swan Fine Art telah mendaftarkan lebih dari 20 item yang melibatkan sisa-sisa manusia untuk penjualan satu hari. Rumah lelang tersebut menghadapi reaksi keras karena melelang tengkorak bertanduk tadi.

Forum Rekonsiliasi Naga (FNR) telah menyatakan ketidaksenangannya atas penjualan tengkorak tersebut, dengan menyebutnya sebagai praktik yang tidak manusiawi, di mana sisa-sisa leluhur pribumi dijual untuk ‘para kolektor yang penasaran’.

Kepala menteri Nagaland juga memperhatikan masalah tersebut dan mendesak pemerintah India untuk campur tangan dan menghentikannya. “Pelelangan ini menyoroti impunitas yang dinikmati oleh keturunan penjajah Eropa saat mereka mengabadikan penggambaran rasis, kolonial, dan kekerasan terhadap orang Naga,” demikian pernyataan FNR.

Harga panduan sebesar US$4.581 hingga US$5.235 ditetapkan untuk tengkorak bertanduk. Pemulangan sisa-sisa manusia leluhur oleh negara-negara bekas jajahan telah menjadi topik utama di antara masyarakat Pribumi di seluruh dunia. Para ahli terkejut melihat sisa-sisa manusia dijual.

“Dapatkah Anda bayangkan: pada abad ke-21 ada larangan penjualan burung dan hewan serta reptil…tetapi tidak ada larangan terhadap sisa-sisa manusia,” kata Dr. Dolly Kikon, seorang antropolog Naga dan profesor di Universitas California.

Khususnya, Kepala Menteri Nagaland Neiphiu Rio menulis surat kepada Menteri Luar Negeri, S Jaishankar, memintanya untuk membicarakan masalah tersebut dengan Komisi Tinggi Inggris di New Delhi.

Rio menulis bahwa ‘sisa-sisa jasad manusia yang telah meninggal adalah milik masyarakat dan tanah mereka’, dan lebih jauh menekankan bahwa penjualan tersebut merupakan tindakan ‘kekerasan kolonial yang berkelanjutan’.

FNR ingin pemulangan jenazah leluhur manusia Naga dijadikan ‘prioritas’. Rumah lelang tersebut juga menarik barang-barang lain yang melibatkan jenazah manusia dari masyarakat Pribumi Papua Nugini, Nigeria, Kongo, dan Malawi.(ilj/bbs)