1

Jalur Wisata Trakking Ujung Kulon Mana Saja yang Ditutup, Cek Disini

Kabar6-Jalur wisata jalan kaki atau trakking di Semenanjung Ujung Kulon akan resmi ditutup mulai 01 November 2023. Penutupan dilakukan hingga batas waktu yang belum ditentukan, guna melindungi habitat asli badak bercula satu.

Badak bercula satu masuk dalam kategori critically endangered dalam daftar Red List Data Book yang dikeluarkan oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Penutupan ini lantaran Badak Jawa juga terdaftar dalam Apendiks I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), sebagai jenis yang jumlahnya sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah.

Berikut jalur trakking atau jalan kaki yang ditutup oleh Balai TNUK:

a. Jalur trakking di seluruh wilayah semenanjung ujung kulon dan jalur trakking Cilintang – Karang Ranjang-Kalejetan – Legon Pakis.

b. Kunjungan ziarah ke Sanghyang Sirah, diperkenankan hanya melalui Bidur

Adapun kegiatan trakking dan wisata alam terbatas masih bisa dilaksanakan pada lokasi sebagai berikut :
1. Pulau Peucang (trakking dan wisata perairan).

2. Kepulauan Handeleum (wisata perairan).

3. Pulau Panaitan, antara lain :
• Trakking Jalur Legon Butun – Legon Bajo – Ciharashas.
• Trakking Jalur Legon Butun – Karang Masjid – Karang Jajar – Legon Bajo – Legon Butun.
• Trakking Jalur Pendakikan Citambuyung – Gunung Raksa.

4. Gunung Honje, antara lain :
• Jalur Goa Ciguha.
• Jalur Sungai Cicegog.
• Jalur Curug Cikawung.
• Jalur Curug Dengdeng.
• Jalur Curug Batususuan.
• Jalur Curug Cihangasa.
• Jalur Mata Air Panas Cibiuk.
• Jalur Mata Air Panas Cisaat.
• Jalur Curug Ciburuluk.
• Jalur Pendakikan Puncak Gunung Honje.
• Penziarahan Gunung Tilu.
• Penziarahan Paniisan.

Sebelumnya diberitakan bahwa penutupan jalur wisata jalan kaki atau trakking terfokus di Semenanjung Ujung Kulon, karena menjadi habitat Badak Jawa atau badak bercula satu.

“Sejak tahun 2020, menunjukkan bahwa aktivitas badak sudah sangat jarang ditemui di jalur-jalur track wisata dan bergeser ke lokasi yang lebih aman, sementara habitat Badak Jawa hanya ada di Semenanjung Ujung Kulon,” ujar Ardi Andoni, Kepala Balai TNUK, dalam keterangan resminya, ditulis Senin, (23/10/2023).

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Badak Jawa membutuhkan daerah jelajah tertentu dan menentukan pola perilaku di alam. Sehingga Badak Cula Satu cenderung menghindar jalur-jalur yang berpotensi sering dilewati untuk beraktifitas.

**Baca Juga: Beredar Info, Polisi Sita Senpi & Cula Badak Bercula Satu di TNUK

“Badak Jawa salah satu satwa yang paling pemalu dan sangat mengindari manusia. Bukan hanya bertemu langsung, juga menghindari jejak manusia, bau dan suara manusia juga bekas aktivitas manusia lainnya,” terangnya.

Wilayah semenanjung Ujung Kulon ditutup total, hanya peneliti saja yang bisa masuk ke daerah tersebut. Sehingga meminimalisir kegiatan manusia di habitat asli badak bercula satu.

Semakin alami rumah badak, diharapkan mereka bisa terus hidup dan berkembang biak secara alami, sehingga bisa terus lestari.

“Kami mulai menerapkan program fully protected areas untuk wilayah semenanjung Ujung Kulon, kecuali untuk kegiatan penelitian dan konservasi Badak Jawa,” jelasnya.(Dhi)




Warga Sekitar Ujung Kulon Serahkan Senjata Api ke Polisi

Kabar6-Ratusan senjata api rakitan jenis locok, diserahkan masyarakat sekitar Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), ke tim gabungan Polda Banten. Warga Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten, diserahkan sejak 31 Juli hingga 03 Agustus 2023 ke Resmob dan Brimob Polda Banten.

Tim gabungan Polda Banten juga menerima senjata api rakitan jenis locok dari Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Polisi Kehutanan (Polhut), pada 03 Agustus 2023. Total senjata api rakitan yang diterima Polda Banten, mencapai 202 pucuk.

“Tanggal 31 Juli 2023 tepatnya pukul 18.00 WIB, tim gabungan Polda Banten menerima penyerahan senjata api dari warga kecamatan Sumur sebanyak 31 pucuk. Selanjutnya pada 01 Agustus 2023 tepatnya pukul 02.30 WIB, tim kembali menerima senjata api sebanyak 111 pucuk dari masyarakat warga Kecamatan Cimanggu. PPNS Polhut menyerahkan 60 pucuk senjata api yang diperolehnya dari warga,” ujar Kompol M. Akbar Baskoro, Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Banten, Senin (07/08/2023).

**Baca Juga: Demo Tolak Akses Jalan Menuju Pasar Rangkasbitung Ditutup, Pedagang Bawa-bawa Nama Jokowi

Pengumpulan senjata api ini juga guna melindungi cagar alam dan taman nasional dari perburuan liar, sehingga bisa menjaga kelestarian satwa yang ada di dalamnya.

Menurut Kompol Akbar, kepemilikan senjata api diatur dalam Undang-undang (UU) darurat nomor 12 tahun 1951 dan dapat dikenakan sanksi pidana. Ancaman hukuman untuk kepemilikan senjata api ilegal diatur dalam Pasal 1 ayat (1). Pihak-pihak yang menguasai senjata api, amunisi, atau bahan peledak secara ilegal dapat diancam dengan hukuman mati, penjara seumur hidup, atau penjara setinggi-tingginya 20 tahun.

“Tujuan mengumpulkan penyerahan senjata api ini adalah untuk melindungi kawasan cagar alam yang berada di Kawasan TNUK dari perburuan liar,” jelasnya.(Dhi)




Beredar Info, Polisi Sita Senpi & Cula Badak Bercula Satu di TNUK

Kabar6-Usai muncul informasi perburuan badak cula satu di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), kini beredar kabar polisi beserta tim gabungan dari Kementerian LHK, juga menyita cula dan gigi badak Jawa itu. Namun Balai TNUK belum bisa mengkonfirmasi kebenaran informasi tersebut.

“Belum tahu, tapi nanti akan ada rilis langsung dari yang berwenang. Saya tidak bisa mengira-ngira atau mengandai-andai, karena khawatir jadi rancu,” ujar Andri Firmansyah, Humas Balai TNUK, Jumat (04/08/2023).

Tak hanya itu, beredar juga informasi tim gabungan turut menyita barang bukti senjata api  (senpi) yang diduga menjadi alat pemburuan badak bercula satu yang disita Polda Banten. Andri hanya mengatakan kalau operasi penyelidikan dugaan perburuan badak cula satu di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dilakukan secara tertutup dan melibatkan banyak pihak, yang memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing.

Baca Juga: Polda Banten Investigasi Perburuan Badak Bercula Satu di TNUK

Keberadaan dan kelangsungan hidup badak cula satu dengan nama latin Rhinocerus Sundaicus ini  menjadi perhatian banyak pihak sebab badak tersebut masuk kategori satwa dilindungi dan langka di dunia. Habitatnya hanya ada di Ujung Kulon, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten.

“Saya kurang tahu kalau masalah (penyelidikan) dari kapan sampai kapan, karena ini operasi tertutup ya. Jadi kami pun tidak tahu. Yang kita tahu, tiga orang yang ditangkap itu kaitannya dengan kepemilikan senjata bedil locok,” terangnya.(Dhi)




Polda Banten Investigasi Perburuan Badak Bercula Satu di TNUK

Kabar6-Beredar informasi mengenai adanya perburuan badak bercula satu di hutan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Balai TNUK, Kementerian LHK dan Polda Banten pun kini menyelidiki kebenaran informasi tersebut.

“Saat ini memang Taman Nasional Ujung Kulon sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Karena diindikasikan adanya perburuan di kawasan TNUK, khususnya badak Jawa,” ujar Andri Firmansyah, Humas Balai TNUK, Jumat (04/08/2023).

Berdasarkan pemantauan dan laporan petugas Balai TNUK di lapangan, belum ditemukan indikasi perburuan badak bercula satu. Namun sejumlah kamera trap yang berfungsi memantau gerak gerik hewan, termasuk badak dan manusia, telah hilang.

Beredarnya informasi perburuan badak bercula satu di Ujung Kulon baru muncul tahun ini dan segera ditindak lanjuti oleh Kementerian LHK dan kepolisian.

**Baca Juga: Cari Umpan Ikan di Sungai, Lansia Warga Cisauk Tewas

“Karena ini permasalahan bukan dari soal badak saja, tapi ada indikasi pencurian kamera dan segala macam. Kalau masalah perburuan di tahun-tahun ke belakang itu tidak terindikasi, jadi memang ini baru sekarang,” jelasnya.

Taman nasional yang berlokasi di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten itu, dikabarkan ada 15 badak yang hilang. Meski begitu, mereka belum bisa memastikan kebenaran adanya perburuan badak cula satu di TNUK, lantaran masih menunggu investigasi gabungan tersebut.

“Berkoordinasi lintas instansi dan pusat, akhirnya turunlah tim dari Dirjen Gakkum KLHK bersama Polda Banten.
Jadi mereka melakukan penelusuran soal indikasi perburuan badak atau tidak,” terangnya.(Dhi)




Peneliti Finlandia Tewas di Taman Nasional Ujung Kulon

Kabar6-Peneliti yang sedang mengeksplorasi Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), asal negara Finlandia meninggal dunia pada Jumat, 02 Juni 2023, sekitar pukul 22.00 wib.

Dia tak sendiri, penelitian itu dilakukannya bersama dua temannya asal Amerika Serikat, serta ditemani tour guide lokal dan pendamping dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).

“Dugaan sementara, jantung mendadak. Hasil visum sementara yang dilakukan dokter dan tim INAFIS, tidak ditemukan kekerasan,” ujar Kompol Andi Suandi, Wakapolres Pandeglang, Minggu (04/05/2023).

Peristiwa berawal pada Kamis, 01 Juni 2023, ada satu WNA asal Finlandia bernama Rauno Kalevi Uaisanen (67), serta dua orang asal Amerika Serikat, Roberta Lee borowski dan Alexander Francis Meyer, datang ke Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) untuk mendapatkan informasi hewan mamalia yang ada di hutan lindung tersebut.

Kemudian mereka bertiga ditemani tour guide lokal serta pendamping dari Balai TNUK, berangkat menggunakan speed boat menuju Sungai Cigenter di dalam kawasan Ujung Kulon.

**Baca Juga: Tilang Manual Kembali Diterapkan, Satlantas Polres Lebak Sebut Kepatuhan Berkendara Meningkat

“Melakukan eksplorasi menyusuri sungai dan beristirahat di Resort Pulau Handeleum,” ujar AKP Silton, Kasatreskrim Polres Pandeglang, Minggu (04/05/2023).

Pengamatan dan penelitian dilanjutkan pada Jumat dini hari, 02 Juni 2023, mulai pukul 04.00 wib. Mereka menyusuri Sungai Cigenter dan kembali ke tempat istirahat sekitar pukul 10.21 wib.

Observasi dilanjutkan mulai pukul 14.29 wib hingga 22.05 wib. Saat turun dari perahu, Rauno Kalevi Uaisanen, merasa pusing dan duduk di tanah. Tim kemudian memberikan pertolongan pertama hingga WN Finlandia itu merasa enakan. Kemudian Rauno dibawa ke camp untuk beristirahat.

“Kemudian tiba-tiba Rauno tersebut kejang dan tidak sadarkan diri, sehingga pendamping melakukan tindakan namun akhirnya korban tidak tertolong dan meninggal dunia,” terangnya.

Tour guide lokal, pendamping dari Balai TNUK, polri dan masyarakat mengevakuasi jenazah ke RSUD Berkah Pandeglang, kemudian berkomunikasi dengan pihak imigrasi dan kedutaan besar Finlandia di Indonesia, untuk penanganan selanjutnya.(Dhi)




Gempa 4,9 SR Guncang Pandeglang, Warga Terlelap Tidur Lari Keluar Rumah

Kabar6-Warga di sekitar Ujung Kulon, tepatnya di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, yang sedang tertidur lelap dikagetkan dengan guncangan gempa berkekuatan  4,9 SR (Skala Richter), sekitar pukul 00.21 WIB.

Karena kuatnya getaran yang dirasakan, ada warga yang lari keluar rumah untuk menyelamatkan diri serta melihat kondisi sekitarnya.

“Kenceng 3 kali, tadi yang ke 3 paling besar, warga keluar rumah semua,” ujar Kanit Reskrim Polsek Sumur, Bripka Ibnu Marjah, melalui pesan elektroniknya, Rabu (16/11/2022).

**Baca Juga: Main di Pantai Belmont Carita Pandeglang, Pelajar Hilang Terseret Ombak

Lokasi gempa berada di 6,84 Lintang Selatan (LS), 105,49 Bujur Timur (BT), di kedalaman 21 km.

Kini, pihak kepolisian bersama pemerintah kecamatan, desa, RW serta RT, tengah mengontrol lingkungannya, untuk memastikan dampak dari gempa tersebut.

Berdasarkan laporan sementara pada Rabu dini hari, 16 November 2022, pukul 01.07 WIB, belum ditemukan kerusakan ataupun korban.

“Sementara belum ada laporan kerusakan,” jelasnya.(Dhi)




Indonesia Offroad Federation Jakarta Peduli Kampung Cegog Pandeglang

Kabar6.com

Kabar6-Offroad merupakan salah satu kegiatan dunia otomotif yang banyak digemari masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah perkotaan. Medan yang menantang memacu adrenain untuk melewatinya.

Di samping itu, solidaris antaroffroader juga patut diacungi jempol. Tak jarang, dalam satu even ada saja kendaraan yang mengalami masalah bahkan harus ditarik untuk melewati jalur yang susah.

Selain kegiatan offroad itu sendiri, jalur-jalur yang dilewati juga memanjakan mata karena biasanya jauh dari perkotaan dan masih minim pembangunan akses jalan. Tidak hanya memicu adrenalin, komunitas offroad biasanya juga membawa misi sosial untuk daerah yang mereka datangi.

Hal ini yang dilakukan oleh Indonesia Off Road Federation (IOF) Jakarta. Tak hanya menikmati alam di sana, mereka membantu prasarana warga Kampung Cegog Pandeglang, Banten, khususnya para petani ladang dengan memberikan perlengkapan bagi warga untuk berladang.

Pemberian bantuan oleh IOF Jakarta kali ini menjangkau wilayah Banten, tepatnya di Kampung Cegog Desa Rancapinang Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang.

Kampung Cegog merupakan kampung pesisir pantai selatan yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, yang hampir semua warganya sebagai petani ladang dan sebagian sebagai nelayan.

Jarak Kampung Cegog dari jalan raya negara sekitar tiga puluh kilometer dan bisa ditempuh sangat singkat sekitar tiga jam perjalanan dari Cibaliung lewat jalur normal dan dengan kendaraan biasa.

Tetapi pekan lalu jalur ini tidak bisa dilewati karena proses pengerjaan jalan sehingga harus memutar sejauh enam kilometer.

Jarak ini hanya bisa ditempuh dengan kendaraan khusus 4×4 karena medan yang licin, berkelok dan turunan atau tanjakan tajam.

Kendaraan khusus diperlukan dan harus ekstra tenaga untuk melewatinya karena jalan berbatu, berlumpur dan harus menyeberangi sungai untuk sampai ke lokasi.

Meski harus menarik kendaraan yang tak bisa melewati jalur lumpur, tidak menyurutkan IOF Jakarta untuk sampai ke lokasi.

Bantuan yang diberikan berupa tas rangsel untuk para petani ladang, tempat minum, baju untuk warga, perlengkapan sarana ibadah, sarana permainan anak, sarana penunjang air bersih, serta pembuatan tiang bendera dan bendera merah putih.

Kegiatan ini sepenuhnya diselenggarakan oleh Bidang Sosial IOF Jakarta dibantu oleh para donatur ini akan berkelanjutan, tidak cukup hanya disini.

“Hati kami terketuk melihat petani yang ada di sini. Kami sepakat dari IOF Jakarta membawa barang barang yang diperlukan petani agar bisa mereka gunakan. Kami berharap warga bahagia dan kehidupan mereka akan lebih baik. Tidak hanya menikmati alam di sini yang indah, tetapi kami ingin berbuat sesuatu,” kata Michael Punjabi, dari Divisi Sosial IOF Jakarta disiaran persnya, Jumat (18/6/21).

Antusias warga sangat senang menerima bantuan ini mengingat pekerjaan utama warga sebagai petani ladang dan sebagian nelayan diberikan sarana penunjang ke ladang sangat membantu. Biasanya mereka berladang dari pagi hingga sore hari.

“Ke depan kita jalin silaturahmi yang baik. Tidak hanya berhenti sampai di sini. Kampung Cegog ini kampung paling terpencil. Dan kami senang IOF Jakarta membantu kami, karena kami ingin maju juga seperti daerah lain,” ujar K’to, warga Kampung Cegog.

**Baca juga: Polres Pandeglang Usut Pelaku Penyiraman Pemuda Difabel Dicekoki Miras Hingga Sebabkan Tubuhnya Melepuh

Kedepannya kegiatan peduli ini akan terus dilakukan dan menyebar di seluruh pelosok yang susah dijangkau dengan kendaraan biasa. IOF Jakarta berkomitmen untuk terus membantu sesama.(fit)




Populasi Badak Jawa di Ujung Kulon Bertambah 73 Ekor

Kabar6.com

Kabar6- Populasi badak Jawa kembali bertambah, setelah kamera video trap melihat dua anak di wilayah Semenanjung Ujung Kulon, di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang.

Temuan tersebut merupakan temuan pertama di tahun 2021.Informasi bertambahnya populasi badak Jawa tersebut disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui keterangan tertulisnya.

“Dua anak badak jawa (Rhenoceros sondaicus) kembali terlihat pada kamera video trap di wilayah Semenanjung Ujung Kulon, Taman Nasional Ujung Kulon mulai bulan Maret 2021. Ini merupakan temuan kelahiran pertama anak badak jawa di tahun 2021,”tulis Kementerian LHK yang dikutip kabar6.com (13/6/2021).

Menurut KLHK, anak badak jawa pertama dengan jenis kelamin betina mulai terekam video trap pada tanggal 18 Maret 2021 dari induk bernama Ambu.

Kelahiran ini merupakan yang kedua bagi induk badak Ambu setelah tercatat sebelumnya melahirkan pada tahun 2017.

Sementara anak badak jawa kedua berjenis kelamin jantan diperkirakan sudah berusia 1 tahun mulai terekam pada Maret 2021 bersama induknya bernama Palasari.

**Baca juga: Enam Orang Diamankan Polres Pandeglang Diduga Terkait Premanisme dan Pungli

Setelah ditemukan dua anak badak, maka Kementerian LHK mencatat jumlah badak jawa di TNUK sampai bulan Mei 2021 sebanyak 73 individu, dengan perbandingan ratio jantan 40 individu dan betina 33 individu.

“Masih adanya kelahiran anak badak jawa di TNUK, menunjukkan keberhasilan kebijakan full protection terhadap seluruh habitat badak jawa di TNUK yang berkembangbiak dengan baik secara alami,”tutupnya.(aep)




Burung Merak Hijau Dilepasliarkan, Jadi Penghuni Baru Ujung Kulon

Kabar6.com

Kabar6-Burung merak hijau, satwa langka di dunia, dilepasliarkan di Pulau Handeuleum, yang masuk kedalam Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kabupaten Pandeglang, Banten, pada Kamis, (05/11/2020).

Burung merak hijau yang dilepaskan oleh BKSDA Jabar Wilayah I Serang bersama Lembaga Konservasi Animal Sanctuary Trust Indonesia (ASTI) Bogor berjumlah tiga ekor, satu ekor berjenis kelamin jantan dan dua lagi betina, berumur tujuh tahun.

“Burung merak hijau yang dilepasliarkan hasil serahan warga Bogor, kemudian dititipkan dulu ke ASTI untuk dikarantina. Lama karantinta burung merak hijau ini sudah dua tahun, sudah cukup lama. Itu dilakukan agar sifat asli dari hewan itu kembali, agar layak dikembalikan ke alam,” kata Kepala Seksi (Kasie) BKSDA Jabar Wilayah I Serang, Andre Ginson, Jum’at (06/11/2020).

Merak hijau sempat ditemui dibeberapa negara, seperti di RRT, Indonesia, Bangladesh dan Malaysia. Namun di dua negara terakhir, sudah punah. Habitatnya hutan terbuka dengan padang rumput kini semakin hilang. TNUK dianggap cocok untuk habitat burung merak hijau yang mampu menetaskan hingga enam telurnya.

“Kalau pelepasliaran di TNUK ini kita sudah kedua kalinya. Kita juga lakukan keluar Jawa, seperti Sumatera dan Kalimantan, tergantung dari mana habitat hewan tersebut,” kata perwakilan ASTI, drh Amira Putri Pertiwi, Jum’at (06/11/2020).

Ketersediaan pakan alami di Pulau Handeuleum memadai bagi burung merak hijau, seperti biji-bijian, pucuk rumput muda, dedaunan, serangga, laba-laba, cacing, hingga kadal.

Di Pulau Handeuleum sebenarnya memiliki 12 burung merak hijau, namun satu ekor mati. Sehingga jika ditambah dengan pelepasliaran tiga ekor lagi, jumlahnya kini ada 14 ekor burung.

“Harapan kami, tentunya satwa ini bisa langsung beradaptasi dan berkembang biak dengan baik, serta bisa lestari disini (Pulau Handeuleum) untuk anak cucu kita dapat menikmati adanya burung merak disini. Untuk daya dukung pakan saat ini Insyaallah kawasan dan habitatnya mendukung untuk keberlangsungan spesies merak hijau,” kata Kasie Wilayah I Panaitan Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Husen, Jum’at (06/11/2020).

Perlu diketahui bahwa merak hijau Union for Conservation of Nature (IUCN) atau lembaga internasional yang memantau konservasi alam dan spesies hewan di dunia. Artinya, satwa tersebut terancam punah.

**Baca juga: BMKG Deteksi Badai La Nina Berpotensi di Pandeglang, Waspadai Banjir dan Longsor

Untuk burung merak hijau jantan memiliki warna keemasan, panjangnya bisa mencapai 300 cm, dengan penutup ekor yang panjang, terdapat jambul tegak di atas kepalanya.

Burung merak betina berukuran lebih kecil, warna bulunya kurang mengkilap, berwarna keabu-abuan, tanpa hiasan bulu penutup ekor.(Dhi)




Ujung Kulon Belum Ditetapkan Jadi Geopark Nasional, Ini Kendalanya

Kabar6.com

Kabar6-Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kabupaten Pandeglang, Asmani Raneyanti mengaku Ujung Kulon belum ditetapkan menjadi Geopark nasional karena terkendala usai pergantian menteri dan jajarannya di pemerintah pusat. Padahal diakuinya kesiapan ujung kulon ditetapkan menjadi Geopark nasional sudah mencapai 90 persen.

“Kita kan tinggal 10 persen lagi, tinggal penandatangan kementeriannya. Tapi kan ada perubahan kabinetnya, kan bawahnya juga baru Assmenent, setelah itu dilantik. Itu sebenarnya hambatannya,” ujar Asmani, Kamis (12/12/2019).

Dengan adanya pergantian kabinet di jajaran kementerian terutama Kementerian ESDM dan pariwisata, kata Asmani pastikan akan menghambat penetapan Geopark, karena menteri yang baru akan mempelajari terlebih dahulu tentang Geopark.

“Kalau menterinya baru, apa tuh Geopark, ngapain sih suruh tandatangan, apa isinya, terus mana aturannya. Pasti dipelajari dulu, cuman itu doang hambatannya,”ujarnya.

Dengan begitu, supaya cepat disetujui Pemkab Pandeglang akan kembali membangun komunikasi kembali dengan kementerian ESDM dan kementerian pariwisata. Namun pihaknya belum memastikan kapan ujung kulon ditetapkan oleh pemerintah pusat.

“Yah nanti (belum tahu kapan bisa ditetapkan) kita nanti diundang oleh kementerian ESDM,” terangnya.

**Baca juga: Anak Badak Jawa di TNUK Pandeglang Bertambah.

Usalan penetapan Geopark sejak terbitnya peraturan Presiden (Perpres) nomor 9 tahun 2019 semakin ketat, berbeda dengan sebelumnya hanya cukup penetapan dari Gubernur. Kendati demikian, Asmani mengklaim dari sembilan kabupaten/kota di Indonesia yang mengajukan penetapan Geopark, Pandeglang dianggap paling lengkap.

“Dari sembilan kabupaten kota se Indonesia yang dokumen ya lengkap itu hanya Pandeglang,” klaimnya.(Aep)