1

Dinkes Tangsel: Data Pasien Meninggal Covid-19 di Rumah Sakit Tak Bisa Jadi Acuan

Kabar6.com

Kabar6-Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Dinkes Tangsel) mengungkapkan validasi data pasien meninggal Covid-19 di rumah sakit tak bisa jadi acuan.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes
Tangsel Tulus Muladiyono menerangkan, hal itu karena dalam validasi data harus lengkap. Menurutnya, data hasil laboratorium di rumah sakit harus sudah dilaporkan terlebih dahulu sebelumnya.

“Misalkan data hasil lab, hasil lab udah dilaporkan belum sebelumnya, jangan pas udah meninggal baru keluar hasil labnya. Bedanya kalau kami untuk yang meninggal itu sudah harus dalam hal validasi datanya yang lengkap, jadi gak bisa kalau data acuan yang keluar dari rumah sakit,” ungkapnya kepada wartawan, ditulis Kamis (12/8/2021).

Menurut Tulus, data tersebut guna kesinkronan angka kematian akibat Covid-19, dengan yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Tulus menyebut, jika data-data hasil laboratorium tidak disertakan saat pasien itu masuk ke rumah sakit, angka kematian akibat Covid-19 dipastikan berbeda dengan Kemenkes.

“Kalau awal-awal dia (pasien diduga Covid-19, red) sakit gak keluar (hasil laboratoriumnya, red), nah ini artinya dia (rumah sakit rujukan, red) udah lapor belum dari awal. Ini perlu pengkroscekan pemvalidasian ke Pemerintah Pusat,” terangnya.

“Pasti akan berbeda jumlahnya, karena tadi (data hasil lab keluar setelah meninggal, red). Kalau kita jaga kevalidan bahwa data itu benar-benar sudah terdaftar di kementerian. Dari jumlah yang ada, misalnya ada 1000 (pasien meninggal) nah ini belum valid smua, harus dicek dulu,” tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) akui sejak adanya Pandemi Covid-19, angka kematian di wilayahnya hanya naik 10 persen.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Disdukcapil Kota Tangsel, Dedi Budiawan kepada wartawan, ditulis Selasa 27 Mei 2021.

Menurutnya soal sinkronasi data kematian yang dimiliki Diadukcapil dengan dinas teknis dapat dipastikan sesuai.

Pasalnya, Dedi menjelaskan, pihaknya dari dinas kependudukan mendapatkan informasi kematian dari lintas dinas, terlebih kematian yang disebabkan oleh virus corona.

“Kami tidak bisa menerbitkan akta kematian tanpa ada keterangan dari puskesmas atau rumah sakit, untuk yang Covid-19 yah. Rata-rata warga meninggal di Kota Tangsel sendiri antara 2000-3000 kematian setiap tahun. Memang sejak ada Covid-19, ada kenaikan 10 persen,” ungkapnya.

Dedi mengungkapkan, angka kematian sesuai dengan data akta kematian yang dikeluarkan, tahun 2020 sebanyak 4080.

“Tahun 2020, berdasarkan data pembuatan akta kematian itu sebanyak 4080,” ungkapnya.

**Baca juga: PPKM Level 4 Per Hari 1.000 Warga Tangsel Urus Adminduk

Untuk 2021 per Bulan Juli, kata Dedi, tercatat 2648 akta kematian. Tertinggi, imbuhnya, pada Januari 2021, sebanyak 588 akta kematian.

“Untuk 2021, sekarang tanggal 23 Juli itu ada 2648 akta kematian. Tertinggi Januari 2021, untuk bulan Juli 182. Kalau sinkron atau tidak, pasti sinkron (data kematian). Kami tidak bisa menerbitkan akta kematian tanpa ada keterangan dari puskesmas atau rumah sakit, untuk yang Covid-19 yah,” tuturnya.(eka)




Kesulitan Dapat Oksigen, Warga Kota Serang Meninggal Dunia

Kabar6.com

Kabar6 – Pasien kesulitan mendapatkan oksigen di Kota Serang, akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, karena tidak mendapatkan tabung beserta isi oksigennya. Hal itu di alami oleh salah satu keluarga Nazip, yang merupakan warga Ibu Kota Banten.

Rabu malam, 21 Juli 2021, dia berkeliling Kota Serang, namun tak mendapatkan pinjaman atau penyewaan tabung oksigen. Hingga akhirnya, sang kakak mendapatkan oksigen gratis dari Pokja Relawan Banten. Dia berusaha mencari isi ulang, namun tak menemukan yang buka 24 jam.

“(Kamis, 22 Juli 2021) Jam 05.30 wib kehabisan oksigen, nyari belum pada buka. Pukul 07.25 wib menghembuskan nafas terakhir. Banten darurat oksigen. Cerita lengkapnya nanti, saya masih repot,” ujarnya, melalui pesan elektronik, Kamis (22/07/2022).

Walikota Serang, Syafrudin mengakui banyak warganya yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) meninggal dirumah. Banyak penyebabnya, seperti keterbatasan akses ke medis, obat-obatan, kesulitan oksigen hingga enggan melapor ke satgas covid-19. Penyebab lainnya, kapasitas Rumah Sakit (RS) yang sudah kolaps dan tidak mampu lagi menampung pasien covid-19.

“Sebenarnya kalau kita hitung yang tidak dilaporkan masyarakat itu banyak sekali, sebab banyak sekali yang meninggal. Karena mereka memilih isolasi mandiri dirumah masing-masing karena dirumah sakit sudah over load,” kata Walikota Serang, Syafrudin, Kamis (22/07/2021).

Masuknya Kota Serang dalam level 4 PPKM Darurat, diharapkan Syafrudin, bisa menyadarkan warganya untuk semakin patuh memakai masker, menjaga jarak hingga mengurangi kegiatan ditempat umum.

Syafrudin juga mengaku seluruh jajaran di Kota Serang, mulai Satpol PP, TNI, Polri, telah melakukan upaya terbaiknya menekan penularan virus corona dan meminta masyarakat patuh prokes covid-19.

Kini, Ibu Kota Banten berada di zona merah penularan virus covid-19, bersama Tangerang Raya, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang dan Kota Cilegon. Hanya Kabupaten Lebak yang berstatus zona oranye.

**Baca juga: Pasukan Baret Merah di Serang Vaksin 500 Masyarakat

“Kepatuhan masyarakat sampai saat ini, karena kita di zona merah, berarti belum 100 persen. Ya mudah-mudahan dengan keadaan zona merah ini, bisa menyadari bahwa covid-19 itu ada dan perlu di antisipasi, kuncinya di pribadi sendiri serta lingkungan,” ujarnya.(Dhi)




IDI Angkat Bicara Soal Warga Pinang Kota Tangerang Meninggal Diduga Setelah Divaksin

Kabar6.com

Kabar6-Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Kota Tangerang Emma Agustini angkat bicara adanya warga Kota Tangerang yang bergejala dan diduga meninggal usai di vaksin Covid-19.

Dirinya berpendapat, akan sangat sulit jika menyalahkan vaksin pada kasus tersebut. Sebab, dalam proses vaksinasi saat ini tidak dilakukan pengecekan kondisi pasien secara menyeluruh.

“Karena sistem vaksin kita masyarakat datang skrining tekanan darah lalu cuma ditanya ada batuk, pilek atau demam aja, (jika) dianggap sehat sudah langsung vaksin,” ujarnya saat dihubungi wartawan, Sabtu (26/6/2021).

Padahal, kata Emma, seharusnya sebelum menjalani vaksinasi, kondisi kesehatan penerima vaksin harus dicek secara menyeluruh. Seperti, apakah penerima vaksin terbebas dari Covid-19 dan lain sebagainya.

“Kalau astrazeneca kan dibilang efek sampingnya itu pengentalan darah, nah yang mau divaksin oleh astrazeneca harus di cek

kekentalan darahnya bagaimana. Kalau keliatannya (secara fisik) sehat tapi ketika di cek kekentalan daranya tidak bagus ya jangan di vaksin,” katanya.

Dengan tidak adanya skrining awal secara menyeluruh akan sulit membuktikan apakah penerima vaksin yang meninggal disebabkan vaksin atau penyakit penyerta yang dimiliki.

**Baca juga: DPRD Kota Tangerang Dorong Dinkes Investigasi Soal Warga Pinang Meninggal Diduga Setelah Divaksin

“Abis dua kali vaksin tau-tau malah positif (Covid-19), abis vaksin terus meninggal, kita gak bisa bilang itu bukan KIPI

(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) begitu juga dan kita gak bisa ngomong itu gara-gara vaksin karena pemeriksaan sebelumnya tidak tahu,” tandasnya. (Oke)




DPRD Kota Tangerang Dorong Dinkes Investigasi Soal Warga Pinang Meninggal Diduga Setelah Divaksin

Kabar6.com

Kabar6-DPRD Kota Tangerang mendorong Dinas Kesehatan mengambil langkah cepat untuk menginvestigasi kasus Joko Susanto (32) warga Kelurahan Kunciran Jaya, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, diduga meninggal dunia setelah delapan hari menjalani vaksinasi Covid-19.

“Seharusnya begitu dapat kabar itu harus ditindaklanjuti, gerak cepat,” ujar Sekretaris Komisi II DPRD Kota Tangerang, Anggraini Jatmika Ningsih di Gedung DPRD, Kamis (24/6/2021).

Mika sapaannya mempertanyakan, saat vaksin pasien tersebut sedang mengalami sakit atau tidak. Selain itu, harus mengetahui juga riwayat pasien mempunyai riwayat sakit atau tidak.

Mika meminta Dinkes menginvestigasi terkait permasalahan tersebut. Hari sabtu pekan ini, Dinkes akan melakukan pembahasan dan juga memberikan klarifikasi ihwal kejadian itu.

“Buat saya sabtu itu kelamaan, apalagi itu satu pasien. Kecuali kasus itu banyak,” katanya.

**Baca juga: Dinkes Selidiki Kematian Warga Pinang Kota Tangerang yang Diduga Setelah Divaksin

Anggota DPRD Kota Tangerang, Dedi Fitriyadi menambahkan, apabila pasien tensi darah 160 masih tergolong wajar. “Ohh, itu masih boleh,” tandasnya.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Tangerang tengah menyelidiki penyebab kematian korban. “Jadi, sekecil apapun side efek dari vaksin pasti akan kami bahas, kita kan punya Pokja KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi),” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspadewi kepada wartawan. (Oke)




Steven Coconuters Positif Covid-19 Meninggal di RS Medika BSD

Kabar6.com

Kabar6-Musisi terkenal Steven Nugraha Kaligis, 46 tahun, meninggal dunia. Vokalis grup musik reggae Coconuters itu tutup usia di Rumah Sakit Medika BSD, Serpong, Kota Tangerang Selatan, setelah terkonfirmasi positif Covid-19.

“Benar. Ada laporan jenazah Covid-19 atas nama almarhun Steven,” kata Tabroni, koordinator TPU Jombang saat dikonfirmasi kabar6.com, Selasa (22/6/2021).

Menurutnya, Dinas Permukiman Kawasan Perumahan dan Pertanahan Kota Tangsel telah fasilitasi penjemputan jenazah. Meski demikian almarhum Steven tidak dimakamkan pada lahan khusus jenazah Covid-19 di Kecamatan Ciputat.

“Minta dijemput dan dimakamkan di Jakarta. KTP Jakarta,” singkatnya.

**Baca juga: Sekitar 1.500 Bidang Aset Pemkot Tangsel Belum Bersertifikat

Diketahui, vokalis grup reggae terkenal era 2006-an itu punya penyakit penyerta atau kormobid hingga akhirnya meninggal dunia.

“Masih mau ngelecehin COVID?. bilang itu ga ada? terutama saat lo ada penyakit bawaan,” tulis Melanie Subono, artis putri promotor terkenal Adrie Subono.(yud)




Santri yang Terseret Ombak Pantai Karang Seke Lebak Ditemukan Meninggal

kabar6.com

Kabar6-Hadi, satu di antara dua santri yang terseret ombak Pantai Karang Seke, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, pada Sabtu, 19 Juni 2021, ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Ketua Balawista Lebak Mumu Mahmudin mengatakan, jasad Hadi ditemukan, Senin (21/6/2021) pagi sekira pukul 07.20 WIB.

“Ditemukan dalam keadaan meninggal dunia oleh dua orang nelayan yang sedang mencari ikan di tengah laut,” kata Mumu.

**Baca juga: Bertambah 56, Kasus Positif Covid-19 di Lebak Jadi 3.889, Didominasi Klaster Keluarga

Jasad remaja 17 tahun asal Petir Serang tersebut ditemukan mengapung tidak jauh dari lokasi saat berenang bersama temannya. Jasad Hadi lalu dibawa kedua nelayan ke dermaga.

“Kemudian nelayan yang menemukan melaporkan ke Tim SAR gabungan yang sedang melakukan pencarian. Jasad korban dibawa ke RSUD Malingping lalu dibawa ke rumah duka,” tutur Mumu.(Nda)




Darurat, Terkonfirmasi Positif Corona di Tangsel 50 Kasus dan 2 Meninggal

Kabar6.com

Kabar6-Masyarakat diingatkan agar selalu waspada angka kasus aktif penyebaran virus Covid-19 setiap hari terus meningkat. Di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) hari ini, Sabtu, 19 Juni 2021 terjadi penambahan sebanyak 50 kasus terkonfirmasi positif.

“Itu sudah red alert. Sudah warning. Sudah darurat,” kata Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie di Serpong.

Tingkat keterisian tempat tidur isolasi mandiri maupun ICU perawatan pasien Covid-19 diklaim menyentuh level 74 persen lebih. Pada Rabu kemarin bahkan penambahan kasus mencapai 79.

“Masih ada yang kosong, tapi ya rata rata sudah diperlukan setiap hari,” jelas Benyamin. Menurutnya, usai lebaran terjadi klaster keluarga, kondangan yang memicu penyebaran virus corona.

**Baca juga: Fraksi Gerindra-PAN Pertanyakan Aset Kota Tangsel yang Informasinya Tidak Lengkap

Adapun data kasus Covid-19 yang diunggah pada laman resmi Pemerintah Kota Tangsel kasus positif telah mencapai 11.871 orang.

428 orang di antaranya dirawat bertambah 2, meninggal 422 bertambah 2, dan 11.032 sembuh bertambah 19.(yud)




Per 16 Juni 2021, Warga Tangsel Meninggal Akibat Corona 47 Kasus

Kabar6.com

Kabar6-Angka kasus kematian pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terus melonjak. Tercatat hingga hari ini Rabu, (16/6/2021) kasus warga sekitar yang meninggal dunia sebanyak 407 orang.

“Per bulan Juni ini, terdapat 47 kematian yang dari Covid-19,” ungkap Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie di Keranggan, Kecamatan Setu.

Ia terangkan, angka tersebut mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya. Pada periode Mei 2021 kasus kematian mencapai 37.

“Artinya naik sebanyak 10 kematian akibat Covid di Tangsel,” ujar Benyamin. Setelah kasusnya sempat mereda, pascalibur lebaran kembali naik.

**Baca juga: Fraksi PDI-P Pertanyakan Rendahnya Serapan Anggaran Kota Tangsel

Klaster penyebaran Covid-19, lanjutnya, terindikasi dari acara keluarga, hajatan yang menimpa ibu rumah tangga maupun asisten rumah tangga.

“Saat ini Indonesia mengalami kenaikan secara masif, termasuk Kota Tangerang Selatan,” jelas Benyamin.(yud)




Menkes Sebut Vaksin Aman, Yang Meninggal itu Karena Faktor Lain

Kabar6.com

Kabar6-Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin menerangkan, masyarakat tak perlu takut untuk divaksin, karena dipastikan vaksin Covid-19 itu aman.

Budi menjelaskan, yang meninggal setelah divaksin itu memang ada, dengan jumlah kurang lebih 200. Namun meninggalnya bukan karena vaksin, melainkan ada faktor lain seperti kecelakaan dan sebagainya.

“Memang ada yg meninggal setelah vaksin tapi bukan karena vaksinnya. Sinovac 200an pfizer 5. Meninggalnya ada yang kecelakaan tertabrak, sakit jantung, cancer,” ujarnya saat pembukaan Sentra Vaksin oleh Traveloka di salah satu hotel di Serpong, Kota Tangerang Selatan, Rabu (2/6/2021).

Budi menjelaskan, seluruh dokter menyebutkan bahwa tidak ada yang meninggal karena vaksin. “Lebih besar risiko (kematian, red) tak divaksin daripada divaksin,”

**Baca juga: 30 Warga Transgender Rekam e-KTP di Tangsel Jadi Laki-laki

Budi mengimbau kepada masyarakat untuk mengajak saudara nya agar mau divaksin Covid-19.

“Imbauan saya tolong ajak keluarga saudara kalau usianya lanjut jelaskan kalau mereka terkena kemungkinan wafat besar dibandingkan yang muda,” tutupnya.(eka)




Meninggal di Kantor KIR Tangsel, Polisi: Korban Udah Bermalam-malam Menginap

Kabar6.com

Kabar6-Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Polsek Cisauk, Iptu Margana menerangkan, Ketua Organda Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Yusro Siregar (60) meninggal ketika sudah sebulan menginap di Kantor KIR Dinas Perhubungan (Dishub) Tangsel.

“Pak Yusro kata keluarganya memiliki riwayat penyakit struk,” ujarnya kepada Kabar6.com, Kamis (27/5/2021).

Menurut Margana, Yusro ditemukan meninggal sekira pukul 07.00 WIB dalam keadaan tertidur. Mendengar hal itu, dijelaskan Margana, seorang ibu penjual Warteg bernama Katimah (55) terkejut mendengar pelanggannya meninggal, dan mendatangi TKP.

“Tapi pas jalan ke TKP, Katimah pingsan, pas pingsan dibawa ke Puskesmas, pas sampai Puskesmas bu Katimah dinyatakan meninggal dunia. Kedua orang itu bukan pasangan suami istri,” ungkapnya.

Dijelaskan Margana, hubungan Yusro dengan Katimah hanya sebatas pelanggan, dan tidak ada ditemukan keracunan dari korban Yusro.

“Saat ini jenazah pertama dibawa ke RSUD Tangerang Selatan untuk di otopsi,” tutupnya.

**Baca juga: Pedagang Jantungan Meninggal Temukan Ketua Organda Tangsel Tak Bernyawa

Diberitakan sebelumnya, dua orang dilaporkan meninggal dunia di sekitar area Pengujian Kendaraan Bermotor, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Muhammad Syaiful membenarkan informasi tersebut.

“Bener Pak Yusro meninggal,” katanya saat dikonfirmasi kabar6.com, Kamis (27/5/2021).(eka)