1

Sejarah Mencatat, Bagaimana 5 Pandemi Terburuk di Dunia Berakhir

Kabar6-Tidak sedikit populasi manusia yang hidup berdampingan dengan hewan, terkadang dengan sanitasi dan sumber daya alam yang terbatas. Hal ini mengakibatkan infeksi penyakit yang kerap menular, menyebar, kemudian mengancam populasi dalam jumlah besar.

Tahukah Anda, jauh sebelum COVID-19, beberapa pandemi buruk yang merenggut banyak nyawa telah terjadi di dunia? Lantas, bagaimana pandemi itu berakhir? Melansir Kompas, berikut catatan sejarahnya:

1. Plague of Justinian
Tiga pandemi paling mematikan di dunia diakibatkan oleh bakteri yang sama, yaitu Yersinia pestis. Plague of Justinian adalah wabah yang menginvasi Konstantinopel, Ibu Kota Kerajaan Byzantine yang kini menjadi Kota Istanbul di Turki. Sejarah mencatat, wabah tersebut tersebar pada 541 Masehi.

Yersinia pestis dibawa dari Mesir melalui Laut Mediterrania. Bakteri tersebut menempel pada tikus hitam yang berkeliaran di kapal. Wabah ini mematikan Konstantinopel dan menyebar seperti kobaran api ke Eropa, Asia, Afrika Utara, dan Semenanjung Arab.

Diperkirakan 30-50 juta orang meninggal, sekira setengah populasi dunia waktu itu. “Pada saat itu yang dilakukan hanya menghindari yang sakit. Besar keyakinan pada waktu itu pandemi berakhir karena orang yang terinfeksi dan masih hidup menghasilkan imunitas,” ungkap Thomas Mockaitis, profesor sejarah di DePaul University.

2. Black Death
800 Tahun usai Plague of Justinian, wabah yang sama melanda Eropa. Pandemi ini terjadi pada 1347, dan disinyalir menewaskan 200 juta nyawa hanya dalam waktu empat tahun.

Mockaitis mengatakan, hingga saat ini belum ada yang mengetahui penyebab berhentinya wabah mematikan ini, namun pasti ada hubungannya dengan karantina.

Pada saat itu, pemerintah kota pelabuhan Ragusa di Italia melakukan karantina terhadap para pelayar untuk membuktikan bahwa mereka tidak membawa penyakit.

Awalnya, para pelayar ditahan di kapal mereka selama 30 hari. Hukum Venesia menamai kondisi ini sebagai trentino. Kemudian, masa isolasi bertambah menjadi 40 hari yang dikenal sebagai quarantine, asal mula kata quarantine dan karantina.

3. The Great Plague of London
Usai Black Death, wabah tersebut kembali setiap 20 tahun mulai dari 1348-1665. Terdapat 40 kali wabah selama 300 tahun. Hingga akhirnya pada awal tahun 1500-an, pemerintah Inggris mengumumkan peraturan untuk memisahkan dan mengisolasi orang sakit. Rumah orang yang terkena wabah diberikan penanda di bagian depannya.

The Great Plague terjadi pada 1665, menewaskan sekira 100 ribu warga London hanya dalam waktu tujuh bulan. Semua ruang public ditutup dan orang yang terinfeksi wajib mengisolasi dalam rumah untuk mencegah penyebaran penyakit. Mereka yang tewas dimakamkan secara massal. Begitulah pandemi ini berakhir.

4. Cacar air
Selama berabad-abad, cacar air merupakan penyakit endemik di Eropa, Asia, dan negara-negara Arab. Penyakit ini menewaskan tiga dari 10 orang yang terinfeksi, sisanya mengalami bekas luka yang cukup parah. Sekelompok orang yang membawa penyakit ini dari masa lampau ke dunia modern adalah para penjelajah Eropa.

Populasi yang kini menempati wilayah Meksiko dan AS memiliki nol imunitas terhadap cacar air. Dengan munculnya para penjelajah Eropa, angka kematian di dua wilayah tersebut mencapai puluhan juta orang.

Beberapa abad kemudian, cacar merupakan virus epidemi pertama yang memiliki vaksin. Butuh waktu setidaknya dua abad kemudian, yaitu 1980-an, World Health Organization mengumumkan cacar air akhirnya kandas dari muka Bumi.

5. Kolera
Pada awal abad ke-19, penyakit kolera menguasai Inggris, menewaskan puluhan ribu orang. Adalah John Snow, dokter yang menyadari bahwa penyakit tersebut berasal dari air minum. Snow kemudian meyakinkan pemerintah setempat untuk mengganti handle di sumber air Broad Street, kemudian infeksi kolera pun berkurang seketika.

Hal yang dilakukan Snow menjadi acuan banyak pihak untuk memperbaiki sanitasi, dan menjaga kebersihan air minum dari kontaminasi bakteri.

Saat ini, kolera telah tereliminasi dari negara-negara maju. Namun di negara-negara dunia ketiga, kolera masih menjadi momok karena terbatasnya akses air bersih. ** Baca juga: Ini Alasan Sebaiknya Buka Puasa dengan Minuman Hangat

Bagaimana dengan pandmei COVID-19? Semoga segera berlalu dan ditemukan vaksin serta obatnya.(ilj/bbs)




Haruskah Makanan yang Sudah Dihinggapi Lalat Dibuang?

Kabar6-Saat makanan dihinggapi lalat, sebagian orang biasanya langsung membuangnya ke tempat sampah. Tentu saja, karena makanan yang sudah dihinggapi lalat membuat Anda kehilangan selera makan.

Ternyata, membuang makanan yang sudah dihinggapi lalat merupakan langkah tepat. Alasannya pun lebih dari sekadar karena lalat identik dengan segala hal yang kotor.

Rata-rata seekor lalat, melansir mirror.co.uk, membawa lebih dari 200 bakteria berbahaya. Ratusan bakteria bahaya ini dibawa lalat dari kebiasaan hinggap di tempat-tempat kotor seperti sampah, benda busuk, dan beragam kotoran lainnya. Ribuan bulu halus di keenam kaki lalat akan mentransfer bakteri-bakteri tersebut pada makanan yang dihinggapinya.

“Lalat hanya butuh waktu sedetik saja untuk hinggap, menempelkan kaki-kaki berbulu mereka, dan meninggalkan kuman berbahaya pada makanan yang akan Anda santap,” jelas Ron Harrison, seorang entimolog sekaligus pakar di sebuah perusahaan pestisida di Inggris.

Selain itu, lalat yang tidak bisa mengunyah makanan, memiliki cara tersendiri dalam menyantap makanan. Lalat mengeluarkan enzim pencernaannya ke permukaan makanan, untuk kemudian dimakan lagi.

Makanan yang sudah dihinggapi lalat, dikatakan Ron, berpotensi menjadi sumber berbagai penyakit berbahaya dan menular seperti kolera, desentri, dan lainnya. ** Baca juga: Waspada, Banyak Tidur di Akhir Pekan Bisa Bawa Dampak Buruk

Jadi, jangan ragu membuang makanan Anda setelah dihinggapi lalat, ya.(ilj/bbs)




Ini 7 Percobaan Medis Terburuk yang Tercatat Sepanjang Sejarah

Kabar6-Kemajuan ilmu kedokteran bagai dua mata pisau yang saling bertentangan. Di satu sisi bisa menolong menyelamatkan nyawa seseorang, namun di sisi lain kadang percobaan yang dilakukan para ilmuwan disebut melanggar etika yang berlaku.

Apa saja percobaan medis terburuk yang tercatat dalam sejarah dengan melibatkan manusia sebagai subjeknya? Melansir livescience, berikut uraiannya:

1. Studi Tuskegee
Studi ini berlangsung selama 40 tahun. Menurut Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS, dinas kesehatan meluncurkan penelitian mengenai efek kesehatan dari sifilis yang tidak diobati. Sayangnya hal ini tidak diketahui oleh partisipan, baik yang mendapat perawatan sifilis maupun yang tidak.

Peneliti melacak perkembangan penyakit pada 399 laki-laki kulit hitam di Alabama, termasuk 201 laki-laki yang sehat. Ilmuwan mengungkapkan pada partisipan bahwa diriya sedang dirawat karena memiliki ‘bad blood’. Partisipan ini tidak pernah mendapatkan perlakuan yang memadai, bahkan hingga 1947 ketika penisilin menjadi pilihan obat untuk mengobati sifilis.

2. Studi sifilis di Guatemala
Antara masa 1946-1948, pemerintah AS dan Guatemala melakukan studi bersama dengan cara sengaja menginfeksikan sifilis pada tahanan di Guatemala dan pasien di rumah sakit jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji bahan kimia yang bisa mencegah penyebaran penyakit.

Peneliti berusaha menginfeksikan subjek dengan cara menyuruhnya berhubungan seks dengan pelacur yang sudah terinfeksi. Meskipun penderita sifilis ini diberikan obat penisilin, tidak ditemukannya perawatan lanjutan bagi pasien tersebut.

3. Percobaan bedah pada budak
Tokoh ginekologi modern, J Marion Sims banyak memperoleh ketenaran dengan melakukan operasi eksperimental terhadap budak wanita. Sims melakukan percobaan pembedahan tanpa anestesi (sebagian anestesi belum ditemukan), namun ia mengungkapkan bahwa hal tersebut tidak cukup menyakitkan. Padahal dalam Journal of Medical Ethics tahun 1993 dituliskan melakukan eksperimental dengan manusia tidak dapat diterima.

4. Pembunuhan Burke & Hale
Sampai dengan 1830-an eksekusi pembunuhan relatif jarang, sehingga banyak ahli anatomi tubuh mengambil atau membeli tubuh manusia dari para perampok. Hingga akhirnya, William Hale dan temannya William Burke membuka wirausaha penginapan dan menjual tubuh untuk dijual pada para ahli anatomi. Akibat kejahatannya tersebut Burke kemudian dihukum gantung.

5. The Monster Study
Pada 1939, peneliti ingin membuktikan teori bahwa perilaku gagap disebabkan oleh kecemasan seorang anak untuk berbicara. Peneliti duduk dengan anak-anak anak yatim dan mengatakan bahwa anak-anak ini menunjukkan tanda-tanda kegagapan dan tidak boleh berbicara kecuali yakin bisa berbicara dengan benar. Percobaan ini membuat anak yang tadinya normal menjadi cemas dan diam.

6. Japan’s Unit 731
Sepanjang 1930-an hingga 1940-an, tentara kekaisaran Jepang melakukan perang biologis dan tes medis terhadap penduduk sipil dan sebagian besar Tiongkok. Jumlah korban tewas dari eksperimental brutal ini tidak diketahui, tapi kemungkinan ada 200 ribu orang.

Studi ini melibatkan sumur yang terinfeksi kolera, tipus, kutu dan para tahanan berbaris dalam cuaca dingin untuk menentukan pengobatan terbaik bagi radang dingin. Kekejaman lainnya adalah para tahanan ditutup matanya dengan gas racun, lalu dimasukkan ke ruangan sampai matanya keluar dan membedahnya saat masih hidup dan sadar.

7. Percobaan medis Nazi
Mungkin percobaan yang terkenal jahat sepanjang masa adalah yang dilakukan oleh Josef Mengele, seorang dokter SS di Auschwitz, yang mengumpulkan mata dari korban pasiennya.

Percobaan ini menggunakan tahanan untuk menguji pengobatan terhadap penyakit menular dan perang kimia. Sementara yang lainnya dipaksa menjadi beku dalam ruangan bertekanan rendah sebagai percobaan penerbangan.

Sementara itu, ada juga percobaan dengan cara mengikat payudara wanita dengan tali, sehingga peneliti bisa melihat berapa lama bayi bisa bertahan dengan kelaparan. Hingga akhirnya sang bayi disuntik dengan morfin mematikan untuk mengakhiri penderitaannya. Diketahui bahwa Mengele meninggal di Brasil pada 1979 akibat stroke. ** Baca juga: Pecahkan Rekor Dunia, Ciutannya Miliarder Jepang Telah Di-retweet Sebanyak Lebih dari 4 Juta Kali

Mengerikan…(ilj/bbs)




Musim Penghujan, Ada 5 Penyakit yang Sering Mengintai

Kabar6-Setiap musim penghujan, selain sebagian daerah dilanda banjir atau tanah longsor, hal yang sepertinya sudah menjadi ‘langganan’ adalah munculnya beberapa penyakit.

Tidak hanya ebatas demam atau pilek, melansir Femalesia, terdapat beberapa penyakit yang sering menyerang di musim hujan. Apa sajakah itu?

1. Malaria
Penyebabnya karena genangan air yang terbentuk di berbagai daerah usai hujan. Genangan ini dapat berubah menjadi tempat berkembang biak yang efektif untuk nyamuk. Malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles melalui gigitan.

Gejala penyakit ini meliputi demam, menggigil yang tidak terkontrol, rasa sakit yang ekstrem di dalam tubuh, dan kelemahan otot. Bila tidak diatasi, gejala-gejala itu dapat bertambah buruk.

2. Kolera
Penyakit ini dapat berakibat fatal bila dibiarkan. Penyebab kolera adalah jenis bakteri tertentu yang biasanya tumbuh subur di air kotor atau terkontaminasi. Makanan yang disiapkan menggunakan air tersebut juga berpotensi menyebarkan penyakit. Sama halnya dengan lingkungan yang tidak higienis. Gejala dari penyakit kolera antara lain diare, tinja berair, dehidrasi sangat tinggi, kram otot, dan muntah.

3. Tifoid
Penyebabnya sama dengan kolera yaitu air yang terkontaminasi, makanan yang tidak higienis, dan lingkungan tidak bersih. Bakteri Styptik adalah penyebab utama tifoid dan mudah berkembang biak di lingkungan kotor. Gejala dari penyakit ini meliputi demam, nyeri perut, dan sakit kepala yang parah.

4. Demam
Sebagian besar penyebabnya terjadi karena infeksi virus. Strain yang menyebabkan penyakit ini bisa menjadi salah satu di antara banyak dan biasanya terdapat di udara. Virus ini sering menyerang di saat cuaca mengalami fluktuasi. Gejala demam adalah bersin berulang, demam intens, kelemahan, dan sakit tenggorokan .

5. Gastroenteritis
Perut menanggung beban terburuk dari berbagai penyakit di musim hujan. Oleh karenanya tidak menutup kemungkinan perut menjadi bermasalah atau dikenal dengan istilah gastroenteritis.

Penyebab lainnya adalah virus dan bakteri yang ditemukan di air, makanan, atau bahkan permukaan yang terkontaminasi. Gejalanya seperti muntah berat disertai dengan diare konstan. Bisa pula terjadi iritasi, peradangan, dan kram usus yang menyebabkan rasa sakit. ** Baca juga: Bantu Otak Bekerja Lebih Baik dengan Lakukan 5 Cara Mudah Sebelum Tidur

Yuk, lebih menjaga kebersihan selama musim penghujan agar terhindar dari penyakit tadi.(ilj/bbs)