1

Penelitian: Masak Sendiri Bantu Diet Lebih Berhasil

Kabar6-Selain hemat, memasak sendiri juga akan membuat pola makan seseorang jadi lebih baik, sehingga kebutuhan gizi setiap hari akan terpenuhi, dan baik pula untuk orang yang sedang menjalankan program penurunan berat badan atau diet.

Para peneliti dari Sekolah Kesehatan Masyarakat di Universitas Washington pernah melakukan studi melalui wawancara responden, selama bertahun-tahun hingga kini.

“Memasak lebih sering di rumah, membuat seseorang memiliki diet dan lebih hemat biaya, dibandingkan membeli makanan di restoran, yang umumnya kurang sehat,” kata Adam Drewnowski, Direktur Pusat Kesehatan Masyarakat dan Ahli Nutrisi.

Saat studi berlangsung, melansir sciencedaily, Drewnowski melakukan pengukuran berat badan dan diet sehat yang melibatkan sekira 437 orang responden. Para peneliti pun mengawasi orang-orang dewasa dengan menjawab kuesioner.

Secara garis besar, responden menjawab saat hobi masak rata-rata dietnya berhasil, karena porsi makan mereka terkontrol dan jenis makanannya juga lebih sehat. “Perbedaannya signifikan, bahkan dengan sampel studi yang relatif kecil,” kata Drewnowski. ** Baca juga: Mana yang Lebih Disarankan, Gula Berwarna Kuning Atau Putih?

Ditambahkan, memiliki hobi memasak di rumah membuat orang-orang jadi jarang makan junk food, sehingga keseimbangan gizi jadi terpenuhi dengan baik. (ilj/bbs)




Junk Food Sebabkan Depresi?

Kabar6-Makanan rendah gizi (junk food) adalah istilah yang mendeskripsikan makanan tidak sehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Makanan nirnutrisi mengandung jumlah lemak yang besar.

Menurut National Institute of Mental Health, seperti dilansir Foxnews, hampir seperempat dari penduduk Amerika menderita gangguan jiwa yang dapat didiagnosa pada tahun lalu saja, dan penelitian terbaru mengatakan pola diet mungkin berperan dalam menyebabkan gangguan mental. Hubungan antara diet dan gangguan mental merupakan bahan baru yang diselidiki, tetapi sudah banyak penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang erat antara kedua topik tersebut.

Hasil penelitian tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang banyak mengandung tepung, makanan yang tidak diproses, sayuran yang diperkaya dengan nutrisi, buah, ikan, daging dan gandum utuh berhubungan erat dengan rendahnya angka kejadian gangguan mental atau masalah mental. Sementara pola diet yang banyak mengonsumsi junk food (makanan yang digoreng, makanan yang melalui proses, makanan manis) sangat berhubungan dengan peningkatan gangguan mental.

Sangat penting untuk dicatat bahwa sejauh ini perbedaan yang didapatkan baru sebatas korelasi, dan bukan hubungan sebab akibat. Bahkan, sampai saat ini para peneliti belum mengetahui secara pasti bagaimana makanan dapat mempengaruhi kesehatan mental. Saat ini banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana kaitan antara usus dan otak dan peranannya dalam menyebabkan gangguan mental.

Mikroba (apakah itu mikroba yang baik maupun yang jahat) yang tinggal di saluran pencernaan dipercaya para ilmuwan menjadi sarana komunikasi langsung antara usus dan otak dan mikroba ini memiliki peranan penting dalam menentukan kesehatan fisik maupun mental kita. ** Baca juga: Ini Olahraga yang Bantu Kuatkan Tulang

Saat Anda mengonsumsi makanan tidak sehat, dapat menyebabkan tumbuhnya bakteri jahat yang dapat merusak keseimbangan bakteri didalam usus. Penelitian yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan bahwa rusaknya keseimbangan mikroba dapat menimbulkan berbagai gangguan seperti perubahan kimia di otak, perubahan mood dan perilaku yang dapat berakhir menjadi depresi dan gangguan kecemasan (anxiety).(ilj/bbs)




Ternyata, 7 Hal Ini Bisa Picu Depresi

Kabar6-Nyaris sebagian besar manusia pernah mengalami depresi. Dalam tahap parah, depresi bisa menjadi penyebab seseorang mengakhiri hidupnya atau bunuh diri. Pada umumnya depresi disebabkan beberapa faktor antara lain tekanan hidup atau juga ketidakseimbangan kimiawi di dalam otak.

Namun di sisi lain, seperti dikutip dari Wartakesehatan, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa depresi juga dapat dipicu karena kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Ini dia kebiasaan yang dimaksud:

1. Konsumsi junk food secara berlebihan
Sebuah penelitian menunjukkan, mereka yang doyan mengonsumsi junk food atau makanan olahan lainnya lebih rentan untuk terkena depresi karena kandungan bahan kimia di dalam makanan tersebut akan menyebabkan perubahan kimia di otak.

2. Jarang bersosialisasi
Terlalu banyak menghabiskan waktu untuk diri sendiri dan kurang bersosialisasi bisa menyebabkan depresi, sebab kebiasaan tersebut mengakibatkan timbulnya pikiran negatif dan kesepian.

3. Kecanduan media sosial (medsos)
Jika Anda termasuk orang yang lebih sering menghabiskan waktu untuk ‘bermain’ media sosial, mulai sekarang sebaiknya berlatih untuk mengurangi kebiasaan ini. Alasannya, pengguna media sosial akan cenderung untuk sering multitasking yang bisa menyebabkan depresi.

4. Berada di sekitar orang negatif
Jika Anda menghabiskan banyak waktu berdekatan dengan orang yang negatif dan pesimis, hal tersebut bisa ‘menular’ sehingga akan menyebabkan depresi.

5. Merokok
Secara tidak disadari, merokok bisa menyebabkan efek samping yaitu depresi karena kandungan nikotin dalam rokok yang akan mengganggu keseimbangan struktur kimia di otak.

6. Bermalas-malasan
Malas akan membuat kadar hormon serotonin dalam otak meningkat yang akhirnya bisa membuat Anda depresi.

7. Memakai pil KB
Banyak wanita pengguna pil KB yang dilaporkan menderita atau menjadi korban depresi karena pil ini menyebabkan fluktuasi hormon dalam tubuh. Depresi yang dibiarkan semakin lama akan merusak kesehatan mental. ** Baca juga: Asupan Makanan yang Bantu Pembentukan Otot

Sebisa mungkin hindari hal-hal yang dapat memicu depresi karena akan merusak kesehaan mental Anda.(ilj/bbs)




Hasil Studi Tunjukkan, Fungsi Otak Bisa Dipengaruhi Karena Kecanduan Ponsel

Kabar6-Ponsel yang dinilai mampu mempermudah pekerjaan, ternyata di satu sisi memiliki efek negatif. Prof Hyung Suk Seo dari Korea University, Seoul, mengamati 19 generasi muda yang didiagnosis kecanduan internet atau ponsel.

Peneliti membandingkannya dengan 19 remaja lain yang sehat. Dilansir CNN, sebanyak 12 dari 19 pecandu mendapatkan terapi kognitif perilaku yang biasa diberikan kepada orang dengan kecanduan tertentu. Terapi ini bertujuan untuk memastikan separah apa kecanduan yang dialami responden dan peneliti melakukan tes khusus untuk hal ini. Ketika skor tes tinggi, artinya tingkat kecanduan parah.

Responden yang dianggap kecanduan ponsel, juga memiliki skor yang tinggi dalam aspek depresi, gangguan kecemasan, insomnia dan bersikap impulsif. Hal ini dikaitkan dengan hasil scan otak para responden yang menunjukkan adanya peningkatan kadar GABA (gamma aminobutyric acid) atau senyawa yang memperlambat sinyal otak dan penurunan glutamate-glutamine (Glx) senyawa yang memicu sel otak menjadi lebih senang pada otak mereka.

Penelitian sebelumnya menunjukkan GABA ditemukan pada remaja yang mengalami kecanduan dan peneliti mengaitkannya dengan kecanduan ponsel. Hasilnya, terapi kognitif kadar GABA di otak sebagian remaja menurun signifikan. Temuan ini membuktikan kecanduan pada ponsel juga bisa mempengaruhi fungsi otak. Sementara survei yang dilakukan terhadap 1.700 responden di Amerika Serikat dan Eropa menunjukkan banyak orang yang tak biasa menahan diri untuk tidak mengecek ponselnya.

Bahkan, pada situasi-situasi yang tidak memungkinkan seperti saat bercinta 7 persen, toilet 72 persen, pemakaman 11 persen orang tetap memeriksa ponselnya. Dua pertiga responden juga mengaku cemas bila tidak terkoneksi dengan Wi-Fi serta rela meninggalkan aktivitas mereka seperti seks (58 persen), makan junk food (42 persen), merokok (41 persen) atau minum alkohol (33 persen) demi koneksi Wi-Fi. ** Baca juga: Penelitian: Orang yang Hidup Sendiri Berisiko Alami Demensia 42 Persen

Fakta mengejutkan lainnya, sebanyak 25 persen responden mengaku lebih memilih Wi-Fi dibandingkan mandi dan 19 persen lebih memilih hal tersebut daripada berinteraksi dengan manusia.(ilj/bbs)




Pola Makan yang Sebaiknya Ditinggalkan

Kabar6-Kebiasaan makan sehat disarankan dengan menerapkan gizi seimbang, yang mencukupi kebutuhan karbohidrat, serat, vitamin, protein, dan mineral lainnya dengan jumlah sewajarnya.

Sayangnya, tidak sedikit orang yang memiliki pola makan tidak berimbang. Terlebih saat ini banyak makanan instan dan bumbu penyedap yang tidak sehat. Dikutip dari
Okezone, berikut adalah lima pola makan yang sebaiknya segera ditinggalkan:

1. Berlebihan konsumsi makanan asin
Konsumsi makanan asin berlebihan dapat menyebabkan hipertensi dalam jangka panjang. Terlebih jika ditambahkan penyedap rasa.

2. Minuman serba manis
Tidak sedikit orang juga lebih suka minuman manis ketimbang air putih. Padahal berlebihan mengonsumsi minuman manis dalam kemasan cenderung mengakibatkan obesitas, juga berisiko diabetes.

3. Makan junk food
Satu porsi junk food mengandung hampir 80 persen lemak jenuh. Saat dimakan berlebihan, dampaknya bisa memicu obesitas dan penyakit tidak menular lainnya dalam jangka panjang.

4. Hobi ngemil gorengan
Selain tinggi lemak, gorengan pun tinggi kalori. Dalam sehari, Anda sebaiknya tidak boleh mengonsumsi gorengan lebih dari dua potong. Dampaknya bisa membuat kegemukan dan kolesterol tinggi.

5. Kurang konsumsi sayur & buah
Kurang mengonsumsi kedua jenis makanan ini dampaknya cenderung memicu hipertensi dalam jangka panjang. Kurang serat juga dapat menyebabkan risiko jangka pendek seperti sembelit, perut kembung, usus tidak lancar dan risiko lainnya. Dalam sehari, Anda sebaiknya mengonsumsi buah dan sayuran sebanyak lima porsi. ** Baca juga: Kurangi Kalori dalam Tubuh dengan 7 Cara Mudah

Yuk, tinggalkan kelima pola makan tidak sehat tadi agar terhindar dari penyakit yang merugikan.(ilj/bbs)




Kenali 6 Tanda yang Tunjukkan Anda Stres Berlebihan

Kabar6-Setiap orang tentu pernah mengalami stres. Meskipun beberapa solusi dapat meredakan atau meminimalisir stres, Anda pun wajib mewaspadai gejala stres yang berlebihan, karena akan mengganggu kesehatan.

Karena itulah penting untuk mengenali lebih awal tanda-tanda stres berlebihan yang dapat memicu dampak penyakit mematikan di kemudian hari. Dilansir Boldsky, berikut adalah enam tanda yang menunjukkan bahwa Anda sedang mengalami stres berlebihan:

1. Selalu memiliki keinginan mengonsumsi junk food
Jika biasanya Anda tidak menyukai junk food atau makanan serba asin, dan tiba-tiba mengalami perubahan yaitu ingin selalu mengonsumsi junk food, bisa jadi itu tanda tubuh sedang mengalami stres.

2. Tekanan darah sangat tinggi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga berhubungan langsung dengan stres. Jika ada kenaikan konstan pada tingkat tekanan darah dalam satu waktu, maka hati-hati karena itu bisa jadi pertanda stres.

Diketahui, stres dapat menginduksi otak untuk melepaskan hormon, yang selanjutnya meningkatkan jumlah sirkulasi darah dalam tubuh.

3. Gampang lelah
Orang yang stres juga dikhawatirkan dapat menderita nyeri otot berkepanjangan. Tubuh jadi gampak lelah dan pikiran tidak fokus. Jam tidur akan berantakan pada malam hari. Risikonya juga dapat memicu arthritis yang sangat menyakitkan.

4. Gangguan pencernaan
Stres juga membawa dampak pada sistem pencernaan. Selama stres berlebih, otak mengeluarkan hormon yang bisa menyebabkan sindroma usus tidak beraturan, gangguan pencernaan, kram dan sakit perut, diare, dan lainnya. Hal ini tentu membuat aktivitas Anda jadi lebih terhambat.

5. Sakit kepala berdenyut
Sakit kepala yang parah dan serangan migrain berulang adalah tanda stres yang paling umum. Bila pikiran ‘penuh’, maka otak mulai mengeluarkan hormon stres dan bisa menyebabkan sakit kepala, disertai rasa sakit di leher dan bahu. Jadi, usahakan jangan sampai mengabaikan sakit kepala itu jika terjadi secara berkala.

6. Jerawat
Gejala stres yang menonjol juga memicu tumbuhnya jerawat di wajah. Saat stres, sel-sel yang bertanggung jawab dalam menghasilkan campuran sebum dengan bakteri kulit mati bisa memunculkan jerawat. Tentu hal ini dapat mengganggu penampilan Anda pada beberapa saat. ** Baca juga: Jaga Kesehatan Otak dengan Konsumsi 5 Makanan Bergizi

Jangan abaikan keenam tanda tadi agar stres Anda tidak bertambah parah.(ilj/bbs)




Keinginan Konsumsi Junk Food Bisa Dipicu dari 5 Kebiasaan Buruk Berikut

Kabar6-Makanan rendah-gizi (junk food) adalah istilah yang mendeskripsikan makanan tidak sehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi (nirnutrisi). Makanan nirnutrisi mengandung jumlah lemak yang besar.

Nah, pernahkan Anda merasa ingin sekali mengonsumsi junk food? Apa yang menyebabkan hal itu? Dilansir Womenshealthmag, keinginan tersebut bisa dipicu dari lima kebiasaan buruk berikut:

1. Makan tidak teratur
Orang yang sering melewatkan waktu makan atau makan tidak teratur merupakan kelompok orang yang cenderung memiliki kadar gula darah rendah, yang meningkatkan keinginan tidak tertahankan untuk mengonsumsi beberapa jenis makanan untuk memperoleh energi dalam waktu singkat.

Saat Anda melewatkan waktu makan dan kadar gula darah menurun, maka tubuh pun akan ‘mendesak’ Anda untuk mengkonsumsi berbagai jenis karbohidrat olahan yang dapat memberikan energi dalam waktu singkat. Namun hal ini hanya akan membuat Anda kembali merasa lapar dalam waktu singkat.

Solusinya, konsumsilah berbagai jenis makanan yang mengandung protein, gandum, sayur, dan lemak sehat setiap lima jam atau lebih. Makanan dengan kandungan ini lebih sulit dicerna dan membuat kadar gula darah tetap stabil, sehingga Anda pun merasa kenyang lebih lama. Selain itu, Anda juga dapat mengonsumsi camilan sehat di antara waktu makan bila diperlukan.

2. Selalu kelelahan
Rasa lelah akibat kurang tidur dan padatnya aktivitas harian dapat membuat tekad Anda untuk berdiet pun menurun. Kurang tidur dapat membuat Anda lebih ingin mengonsumsi berbagai jenis makanan tidak sehat.

3. Bepergian saat stres
Jika sedang mengalami stres akibat pekerjaan atau sedang memiliki masalah lainnya, maka Anda pun lebih berisiko untuk ingin mengonsumsi berbagai jenis makanan tidak sehat. Ketimbang mengikuti emosi, akan lebih baik bila Anda mengatasi stres dengan latihan pernapasan, mendengarkan musik, berolahraga, dan lain sebagainya.

4. Marah
Banyak orang dewasa mengonsumsi berbagai jenis junk food sebagai salah satu cara untuk melampiaskan kemarahannya. Untuk mengatasi keinginan mendesak yang Anda rasakan, cobalah untuk mengalihkan perhatian selama 5-10 menit dengan melakukan berbagai hal lain.

5. Dukungan orang terdekat
Selain harus memiliki tekad yang kuat, dukungan dari lingkungan sekitar juga diperlukan bagi kesuksesan diet Anda. Oleh karena itu, pastikan tidak pergi ke berbagai tempat yang dapat membuat Anda tergoda untuk membeli atau mengonsumsi junk food. ** Baca juga: Ternyata, Ada Area Otak yang Tidak Pernah Menua, Lho

Kurangi mengonsumsi junk food agar Anda tidak kekurangan nutrisi.(ilj/bbs)