Ilmuwan Tunjukkan Bukti Nenek Moyang Orang Amerika Berasal dari Tiongkok

Kabar6-Pada studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature disebutkan, mumi Tarim Zaman Perunggu yang ditemukan di daerah Xinjiang, Tiongkok, menunjukkan mumi ini bukan keturunan Indo-Eropa yang bermigrasi ke daerah tersebut, tapi mereka kemungkinan nenek moyang orang Amerika asli.

Mumi Tarim ini, melansir Nature, memiliki kesamaan genetik dengan orang yang tinggal di Siberia dan orang Amerika asli. Meski awalnya ilmuwan berpikir orang-orang Tarim ini datang dari Barat, pengurutan DNA menunjukkan mereka sebenarnya berasal dari tempat di mana mereka ditemukan, di gurun pasir Tiongkok barat.

Disebutkan, mumi Tarim ini dikubur dalam peti kayu berbentuk kapal. Makam mereka di pemakaman Xiaohe ditandai dengan tiang kayu tegak yang menyerupai dayung. Mumi-mumi tersebut merupakan bagian dari kebudayaan yang unik.

Menurut penelitian, budaya Zaman Perunggu mereka bukan bagian dari cabang terpencil Indo-Eropa awal. Meskipun kuburan orang Tarim ditemukan seorang pemburu di daerah yang sekarang berpasir dan gersang, 4.000 tahun lalu tempat itu merupakan daerah yang hijau, bertengger di sepanjang tepi sungai.

Penjelajah Eropa adalah yang pertama kali menemukan mumi Tarim awal di gurun Taklamakan di Tiongkok barat pada saat itu. Mumi ini memiliki rambut merah atau pirang dan fitur non-Asia, sehingga dianggap bahwa orang-orang ini berasal dari Barat.

Namun penelitian terbaru, hanya pada mumi yang berada di kompleks makam Xiaohe di tepi timur Taklamakan, menunjukkan bahwa mereka memang berasal tidak jauh dari daerah tersebut, meskipun mereka tetap berada dalam kelompok yang berbeda secara genetik selama beberapa waktu.

Beberapa mumi ditemukan dengan potongan keju di leher mereka, mungkin menandakan makanan yang mereka perlukan saat mereka melakukan perjalanan menuju alam baka. ** Baca juga: 24 Hari Hilang di Laut, Pria Asal Dominika Bertahan Hidup dengan Saus Tomat dan Kaldu Blok

Delta DNA dari 13 mumi tertua, dari sekira 4.000 tahun lalu menunjukkan tidak ada percampuran genetik dengan orang di daerah terdekat, menurut penulis Choongwon Jeong, ahli genetika populasi di Universitas Nasional Seoul.

Para peneliti sekarang menyatakan, orang-orang Tarim adalah keturunan dari Eurasia Utara Kuno (ANE), orang-orang dari era Pleistosen yang sebagian besar menghilang sekira 10 ribu tahun yang lalu, tepat setelah akhir Zaman Es terakhir, ketika gletser mencair di mana-mana di belahan bumi utara.

Gen dari individu-individu ANE ini sekarang hanya ada dalam genom beberapa masyarakat masa kini, yaitu di antara masyarakat adat di Siberia dan Amerika, menurut para peneliti.

Cekungan Tarim berfungsi sebagai persimpangan pertukaran budaya antara Timur dan Barat di Zaman Perunggu. Potongan jaring ikan kuno ditemukan di situs Tarim. Ini terkait dengan praktik mereka mengubur orang di peti mati berbentuk perahu.

Tiang kayu berbentuk dayung yang dipancang di kuburan mereka diperkirakan sebagai pengakuan atas sungai yang memberi mereka kehidupan.(ilj/bbs)




Wajah Tak Mirip, Kakek di Tiongkok Diam-diam Lakukan Tes DNA untuk Cucunya

Kabar6-Lantaran sering dikatakan memiliki wajah yang tak mirip dengan cucunya, seorang kakek asal Tianjin, Tiongkok, bernama Zhang memutuskan untuk melakukan tes DNA.

Bagaimana kisahnya? Melansir Wolipop, Zhang adalah orangtua tunggal bagi putra yang bernama Zhang Qiang. Beranjak dewasa, Qiang menikah dengan seorang wanita, Xiao Qin. Zhang diajak tinggal bersama keluarga kecil itu setelah cucunya berusia tiga tahun. Dengan demikian, Zhang bisa sekaligus menjaga cucunya saat Qiang dan Qin pergi bekerja.

Hari berganti, setiap kali Zhang pergi bersama cucunya, tak sedikit orang yang memberikan komentar yang menyebut jika keduanya tidak memiliki kemiripan. Semakin lama, komentar-komentar tersebut membuat Zhang jadi tidak nyaman dan memutuskan untuk curhat ke teman dekatnya, Shen.

Kemudian, Shen menyarankan agar Zhang untuk melakukan tes DNA. Kebetulan, putra Shen bekerja di laboratorium, sehingga bisa melakukan tes DNA dengan cepat. Tanpa berpikir panjang, Zhang langsung menyetujui saran Shen. Karena tak ingin anaknya tahu dan menjadi khawatir, Zhang meminta Shen merahasiakan hal itu.

Betapa terkejutnya Zhang setelah hasil tes DNA keluar. Bagaimana tidak, ternyata Zhang dan cucunya sama sekali tidak memiliki hubungan darah. Hal itu membuat Zhang berpikir jika menantunya, Qin, mungkin telah berselingkuh. Zhang bahkan sampai harus minum obat penenang usai mengetahui hasil tes tersebut.

Awalnya, Zhang memutuskan untuk tidak memberitahu Qiang. Namun karena Zhang tak mau makan dan tidur hingga membuat berat badannya turun, anak dan menantunya pun jadi terus bertanya apa yang telah terjadi.

Setelah berpikir lama, akhirnya Zhang memutuskan untuk memberitahukan hal tersebut kepada Qiang. Dibakar amarah, Qiang langsung melemparkan hasil tes DNA ke sang istri dan meminta cerai. Qin yang sangat terkejut bersikeras bahwa dirinya tak berselingkuh. Qin pum memutuskan untuk pergi dari rumah Qiang dan kembali ke rumah orangtuanya.

Tiga hari kemudian, Qin bersedia berbicara dengan Qiang dan menyetujui untuk bercerai. Namun melihat wajah pucat dan tubuh kurus sang istri, Qiang merasa sedih dan menyesal. Ia pun meminta maaf dan mengatakan walaupun anak tersebut bukan anak biologisnya, ia akan tetap menerima.

Di luar dugaan, ternyata hasil tes tersebut menyatakan jika Qiang memang merupakan ayah biologis dari anaknya. Sementara hasil tes Zhang juga tak salah. ** Baca juga: Air Ketuban Pecah, Ibu ‘Hamil’ Sebabkan 14 Penumpang Kabur Saat Pesawat Mendarat Darurat

Rupanya, Zhang memang bukan ayah kandung Qiang. Ya, keduanya tak memiliki ikatan darah. Mengetahui hal itu, Zhang pun langsung pingsan. Ia tak bisa meminta penjelasan dari sang istri yang telah lebih dulu meninggal.

Pada akhirnya, Zhang memutuskan kembali ke kampung halamannya untuk menenangkan pikiran. Sementara Qiang dan Qin masih tetap menganggap Zhang sebagai orangtua kandung mereka.(ilj/bbs)




Lewat Tes DNA, Wanita di AS yang Hilang 51 Tahun Lalu Kembali ke Pelukan Kedua Orangtuanya

Kabar6-Setelah menjadi misteri selama 51 tahun, seorang wanita di Texas, Amerika Serikat (AS), bernama Melissa Highsmith (53) kembali berkumpul dengan keluarganya.

Highsmith, melansir Today, diculik oleh babysitter dari rumahnya di Fort Worth pada Agustus 1971 ketika baru berusia 22 bulan. Sebelumnya, ibunda Highsmith, Alta Apatenco, menyewa babysitter melalui iklan di koran lokal. Tak lama, babysitter yang diduga menculik Highsmith itu pun menghilang, hingga memicu perburuan selama puluhan tahun oleh pihak keluarga Highsmith, polisi, dan otoritas federal.

Hingga pada September lalu, pihak keluarga menindaklanjuti informasi bahwa Highsmith terlihat di Carolina Selatan. Saat pencarian berlangsung dari tahun ke tahun, Highsmith yang menggunakan nama Melanie Walden tidak menyadari bahwa ada orang yang mencarinya.

Semula, Highsmith mengira upaya keluarga untuk menghubunginya melalui Facebook adalah penipuan. Terobosan dalam kasus ini akhirnya datang pada 6 November, ketika tes DNA di situs web yang mencari asal usul keturuan 23AndMe menghubungkan anak-anak Nyonya Highsmith dengan keluarga tersebut, dengan bantuan ahli silsilah amatir yang membantu mereka memahami hasilnya.

“Temuan kami Melissa murni karena DNA,” tulis keluarga itu dalam posting Facebook. “Bukan karena keterlibatan polisi atau FBI, keterlibatan podcast, atau bahkan investigasi atau spekulasi pribadi keluarga kami sendiri.” ** Baca juga: Gagal Jalani Tes Narkoba, Kuil Buddha di Thailand Dibiarkan Kosong Tanpa Biksu

Highsmith dan kedua orangtuanya bertemu untuk pertama kalinya pada 26 November lali. Dalam postingan di Facebook, keluarga tersebut mengatakan telah melakukan tes DNA resmi dan legal, serta sedang menunggu konfirmasi resmi untuk mereka yang menentangnya di dunia ini. “Ini luar biasa,” kata Highsmith. Tapi pada saat yang sama, itu adalah perasaan terindah di dunia.”

Sementara Apatenco mengatakan tidak percaya bahwa keluarganya telah bersatu kembali setelah bertahun-tahun. “Kupikir aku tidak akan pernah melihatnya lagi,” ungkap Apatenco.

Tidak ada informasi yang diberikan tentang penculik itu. Menurut Highsmith, ketika dihadapkan, wanita yang membesarkannya mengaku mengetahui bahwa dia adalah anak yang diculik. “Itu membuatnya nyata,” kata Highsmith.

Diketahui, undang-undang pembatasan penculikan telah lama berlalu, Departemen Kepolisian Fort Worth mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan melanjutkan penyelidikan atas kehilangan tersebut untuk mengumpulkan apa yang terjadi.

Keluarga Highsmith menuturkan, mereka menebus waktu yang hilang dan saling mengenal satu sama lain.(ilj/bbs)




Spesies Manusia ‘Hantu’ Tak Dikenal Hidup dalam DNA Orang dari Afrika Barat

Kabar6-Hasil penelitian mengungkapkan, beberapa populasi yang tinggal di Afrika Barat saat ini memiliki jejak spesies hominin kuno yang berkembang di dalam DNA mereka. Sebagaimana DNA Neanderthal masih dapat ditemukan di banyak populasi keturunan non-Afrika dan DNA Denisovan hidup pada orang-orang keturunan Asia.

Nenek moyang kuno orang yang tinggal di Afrika Barat, melansir Iflscience, tampaknya telah kawin dengan hominin ‘hantu’ misterius, karakter lain yang hilang dalam perkembangan manusia. Warisan genetik spesies hominin misterius masih dapat diidentifikasi di beberapa populasi Afrika Barat.

Tidak seperti dua kerabat Homo sapiens ini, tidak ada sisa-sisa fisik dari hominin purba tersebut yang pernah ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern. Namun, para ilmuwan dengan menggunakan teknik pemodelan komputer, menemukan antara dua dan 19 persen keturunan genetik mereka.

Hominin adalah istilah yang dipakai untuk mengacu ke kelompok yang terdiri dari manusia modern, spesies-spesies manusia yang telah punah, dan semua leluhur dekat manusia modern. ** Baca juga: India Gratiskan Operasi Penggantian Kelamin untuk Transgender

Menurut laporan jurnal Science Advances pada 2020, para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat (AS), mencari segmen nenek moyang kuno ini. Pencarian melalui genom lebih dari 400 orang dari empat populasi Afrika Barat dari ‘Proyek 1.000 Genom’, termasuk Yoruba dan populasi Mende.

Para peneliti berpendapat, gen dari hominin yang tidak diketahui memasuki kumpulan gen melalui introgresi, aliran gen yang terjadi ketika anggota dari dua populasi kawin. Kemudian, individu hibrida yang dihasilkan berkembang biak dengan anggota populasi induk.

Menurut para peneliti, sangat mungkin bahwa hominin yang dimaksud merupakan spesies manusia purba yang sama sekali baru. Kemudian, nenek moyangnya kemungkinan besar terpisah dari pohon keluarga manusia sebelum nenek moyang Neanderthal dan Denisovans.

“Kita tahu manusia bereproduksi secara luas dengan Neanderthal dan Denisovans, dan sejumlah kecil DNA mereka masih dapat ditemukan di sebagian besar populasi Eropa dan Asia Timur,” demikian keterangan para penliti.

Selain itu, penelitian sebelumnya menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa sekira 0,3 persen genom orang Afrika mengandung keturunan Neanderthal. Namun, DNA yang tidak dapat dijelaskan yang ditemukan pada orang yang saat ini tinggal di Afrika Barat tidak cocok dengan Neanderthal atau Denisovan.(ilj/bbs)




Gunakan Bukti DNA, Ilmuwan Forensik Rekonstruksi Wajah Vampir yang Hidup pada Abad ke-18

Kabar6-Dengan menggunakan bukti DNA, ilmuwan forensik berhasil rekonstruksi wajah pria ‘vampir’ yang hidup pada abad ke-18. Namun Hanya ada sedikit informasi yang diketahui perihal pria ‘vampir’ itu.

Nah, setelah lebih dari 200 tahun kemudian, bukti DNA mengungkapkan seperti apa bentuk wajahnya. Makam pria tersebut berada di Griswold, Connecticut, dengan tulang paha diatur secara berselang-seling, penempatan ini menunjukkan bahwa penduduk setempat mengira dia adalah vampir.

Analisis DNA, melansir Nypost, dilakukan ilmuwan forensik dari Parabon NanoLabs yaitu perusahaan teknologi DNA yang berbasis di Virginia, dan Laboratorium Identifikasi DNA Angkatan Bersenjata (AFDIL), cabang dari Sistem Pemeriksa Medis Angkatan Bersenjata AS yang berbasis di Delaware, Amerika Serikat (AS).

Hasilnya, disimpulkan bahwa pada saat kematian, pria yang meninggal (diberi kode sebagai JB55) berusia sekira 55 tahun dan menderita TBC. Dengan menggunakan perangkat lunak rekonstruksi wajah 3D, seorang seniman forensik menentukan bahwa JB55 kemungkinan memiliki kulit putih, mata cokelat, rambut cokelat atau hitam dan beberapa bintik-bintik.

Berdasarkan posisi kaki dan tengkorak di kuburan, para peneliti menduga bahwa pada titik tertentu tubuh itu dikubur dan dikubur kembali. Sebuah praktik yang sering dikaitkan dengan kepercayaan bahwa seseorang adalah vampir.

Secara historis, beberapa orang pernah berpikir bahwa mereka yang meninggal karena TBC sebenarnya adalah vampir. ** Baca juga: Heboh, Penemuan Pisau Belati Raja Tutakhamun yang Terbuat dari Logam Meteorit Langka

“Sisanya ditemukan dengan tulang femur diangkat dan disilangkan di dada. Dengan cara ini mereka dianggap tidak akan bisa berjalan-jalan dan menyerang yang hidup,” terang Ellen Greytak, Direktur Bioinformatika di Parabon NanoLabs dan Pimpinan Teknis untuk Divisi Analisis DNA Lanjutan.

Untuk melakukan analisis, ilmuwan forensik mulai dengan mengekstraksi DNA dari sisa-sisa kerangka pria itu. Namun, menganalisis dengan tulang yang berusia lebih dari dua abad terbukti sangat menantang.

“Teknologinya tidak bekerja dengan baik dengan tulang, terutama jika tulang itu bersejarah. Ketika tulang menjadi tua, mereka rusak dan terfragmentasi seiring waktu. Kami ingin menunjukkan bahwa kita masih bisa mengekstrak DNA dari sampel sejarah yang sulit,” ungkap Greytak.

Julukan JB55 sendiri didasarkan pada batu nisan yang dieja pada peti matinya dengan paku payung kuningan, menunjukkan inisial dan usianya saat meninggal.(ilj/bbs)




Peneliti Ungkap, Otak Gurita dan Manusia Punya Kesamaan

Kabar6-Studi yang dilakukan oleh Remo Sanges dari Scuola Internazionale Superiore di Studi Avanzati (SISSA) of Trieste dan Graziano Fiorito dari Stazione Zoologica Anton Dohrn of Naples, mengungkap fakta mengejutkan.

Dalam Studi yang telah dipublikasikan di BMC Biology, melansir Sciencedaily, menunjukkan dua spesies gurita yaitu gurita biasa octopus vulgaris dan octopus bimacoluides, gurita asal California, punya kesamaan molekul dengan otak manusia. Berdasarkan studi, ditemukan fakta bahwa gurita dan manusia punya trasnposon atau ‘gen melompat’, seberkas DNA yang bisa berpindah tempat dari satu genom (satu set DNA) ke genom yang lain.

Para peneliti memakai teknik pengurutan generasi untuk memeriksa dan memahami kesamaan molekul dari sistem saraf gurita. ** Baca juga: Danau di AS ‘Rusak’ Akibat Ikan Mas Raksasa yang Dibuang Sembarangan

“Saya benar-benar melompat dari kursi ketika, di bawah mikroskop, saya melihat sinyal aktivitas kuat dari elemen di lobus vertikal, struktur otak dalam gurita yang jadi pusat belajar dan kemampuan kognitif, seperti hippocampus pada manusia,” kata Giovanna Ponte dari Stazione Zoologica Anton Dohrn.

Genom gurita punya ‘gen melompat’, yang sebagian besar tidak aktif, sama seperti manusia. Lebih lanjut, para peneliti menemukan elemen Long Interspersed Nuclear Elements (LINE), yang kemungkinan aktif dan juga ditemukan dalam genom manusia, di bagian otak gurita yang terkait dengan kemampuan kognitif hewan.

“Kesamaan antara manusia dan gurita yang menunjukkan aktivitas elemen LINE di pusat kemampuan kognitif ini dapat dijelaskan sebagai contoh evolusi konvergen yang menarik,” terang Giuseppe Petrosino dari Stazione Zoologica Anton Dohrn dan Stefano Gustincich dari Istituto Italiano di Tecnologia.(ilj/bbs)




Wanita AS Ini Bertemu Keluarganya Setelah Hilang 40 Tahun dalam Insiden Pembunuhan

Kabar6-Pihak berwenang di Texas, Amerika Serikat (AS), berhasil menemukan wanita bernama Holly yang sebelumnya menghilang tanpa jejak dalam peristiwa pembunuhan kedua orangtuanya, Tina Gail Linn dan Harold Dean Clouse, 40 tahun silam.

Kisah berawal ketika pada 1981 polisi menemukan dua jasad tak dikenal di hutan Houston, yang belakangan diketahui merupakan mayat Linn dan Clouse, setelah dilakukan identifikasi melalui tes DNA pada 2001.

Namun saat mayat Linn dan Clouse ditemukan, pihak berwajib tidak melihat keberadaan Holy yang saat itu berusia dua tahun di lokasi kejadian. Sejak saat itulah, pihak keluarga Linn dan Clouse terus mencari jawaban perihal keselamatan Holly..

Tahun lalu, melansir npr, Jaksa Agung Texas untuk unit kasus tak terpecahkan dan orang hilang bernama Brent Webster mengungkapkan bahwa dua wanita yang mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota kelompok agama nomaden membawa Holly yang kini berusia 42 tahun ke sebuah gereja Arizona. “Saya senang mengumumkan bahwa Baby Holly telah ditemukan dalam keadaan hidup dan sehat,” kata Webster.

Disebutkan Webster, keluarga yang membesarkan Holly bukanlah tersangka dalam kasus tersebut, yang masih terbuka untuk penyelidikan. ** Baca juga: Ilmuwan Skotlandia Latih Tikus Jadi Penyelamat Korban Gempa Bumi

“Kami mendoakan yang terbaik untuk Holly. Kami bersyukur telah menemukannya. Tetapi kami harus melanjutkan tujuan kami untuk menemukan siapa yang membunuh pasangan ini. Seperti yang kami nyatakan sebelumnya, kami tidak dapat mengajukan pertanyaan hari ini karena ini adalah penyelidikan yang tertunda,” terang Webster.

Untuk pertama kalinya, Holly bertemu dengan keluarga kandungnya melalui panggilan Zoom, dan Webster mengatakan keluarga itu akan bertemu langsung dalam beberapa minggu mendatang. “Aku seperti, ya ampun! Kami menemukannya! Kami menemukannya,” seru Debbie Brooks, bibi Holly.

Pihak keluarga Linn dan Clouse mengatakan, mereka tidak mendengar kabar pasangan muda itu sejak Oktober 1980, dan menghabiskan puluhan tahun mencari jawaban tentang keberadaan Linn dan Clouse. “Sangat memilukan mengetahui bahwa mereka telah terbunuh sejak lama dan kami tidak pernah mengetahuinya. Mayatnya dibuang begitu saja di hutan,” ujar Brooks.

Menurut Webster, pihak berwenang bekerja untuk mengumpulkan rincian seputar pembunuhan misterius pasangan Linn dan Clouse, mereka mengalihkan perhatian ke anggota kelompok agama nomaden yang diyakini membawa Holly ke sebuah gereja di Arizona saat anak itu menghilang.

“Seorang anggota yang jelas dari kelompok itu, yang terdiri dari wanita yang bertelanjang kaki dan mengenakan jubah putih, kata pihak berwenang, mengidentifikasi dirinya sebagai ‘Sister Susan’ dan menelepon keluarga orangtua Holly, memberi tahu mereka bahwa pasangan itu bergabung dengan kelompok mereka dan ingin memutuskan hubungan dengan keluarga mereka,” ungkap Webster.

Menurut Webster, beberapa anggota kelompok itu kemudian pergi ke Florida untuk mengembalikan mobil pasangan itu dengan imbalan uang dan kemudian dibawa ke tahanan polisi, meskipun tidak jelas apakah mereka ditangkap karena penyelidik belum menemukan dokumentasi resmi tentang itu.(ilj/bbs)




Ilmuwan Jepang Lakukan Pemeriksaan DNA dan CT Scan untuk Ungkap Fakta Misteri Mumi Putri Duyung

Kabar6-Ilmuan dari Universitas Kurashiki, Jepang, tengah melakukan pemeriksaan DNA dan CT scan untuk menguak kebenaran di balik sosok ‘putri duyung’ yang pertama kali ditemukan di Samudra Pasifik, berdekatan dengan Pulau Shikoku, Jepang, pada tahun 1700-an.

Mumi itu memiliki setengah badan manusia dan setengahnya lagi bak ekor ikan. Melansir Asahi, sejak pertama kali ditemukan makhluk tersebut dianggap memiliki kekuatan gaib. Tidak jarang orang-orang datang untuk berdoa dan membuat permohonan. Penduduk Jepang memiliki mitos tersendiri mengenai putri duyung yang dipercaya memiliki kekuatan hidup abadi.

Hiroshi Kinoshita, anggota Komunitas Cerita Rakyat Okayama (Okayama Foloklore Society), percaya bahwa mumi tersebut dulunya memiliki peran penting dalam keagaaman setempat.

“Katanya kalau Kamu makan daging ikan duyung, kamu nggak akan mati,” kata Kinoshita. “Ada legenda yang mengatakan bahwa seorang wanita di Jepang berhasill hidup selama 800 tahun karena tidak sengaja memakan daging itu.”

Legenda tersebut disebut dengan nama ‘Yao-Bikuni’. Hiroshi bahkan mengaku bahwa orang-orang yang percaya dengan mitos tersebut nekat memakan sisik dari mumi putri duyung tadi untuk mendapat khasiatnya.

Selain mitos keabadian, ikan duyung juga dipercaya menjadi pertanda terjadinya wabah penyakit. Hal ini bertepatan dengan merebaknya virus COVID-19 beberapa tahun terakhir.

Misteri yang menyelimuti makhluk tersebut lantas makin membingungkan seiring berjalannya waktu. Hal ini bertepatan dengan merebaknya virus COVID-19 beberapa tahun terakhir.

Kini ‘jasad’ putri duyung tadi bersemayam dalam sebuah kuil di kota Asakuchi, Jepang. Tidak ada yang tahu bagaimana benda itu bisa sampai ke sana. Demi membongkar kebenaran di balik misteri putri duyung ini, ilmuan di Jepang sudah mulai melakukan penelitian.

Diduga kuat, benda itu difabrikasi dengan menjahit jasad dua hewan yang berbeda. “Menurutku benda ini dibuat dari jasad hewan asli,” ungkap Hiroshi. “Bagian atasnya berasal dari sejenis kera, dan bagian bawahnya diambil dari tubuh ikan.”

Hasil penelitian lengkap akan diumumkan pada akhir tahun ini.(ilj/bbs)

 

 

 




Nyaris 400 Tahun Punah, Ilmuwan Berencana Bangkitkan Kembali Burung Dodo dari Kematian

Kabar6-Para ilmuwan kini siap untuk mempublikasikan DNA spesimen Dodo di Museum Sejarah Alam Kopenhagen, Denmark, setelah berhasil mengurutkan genom burung tersebut.

Burung Dodo yang hidup di kepulauan Mauritius, melansir Express, punah sejak 1681 akibat diburu manusia. Kemungkinan, burung dodo akan ‘dibangkitkan’ dari kematian setelah nyaris 400 tahun punah. Prof Beth Shapiro, dari University of California, mengungkapkan bahwa DNA dari sebuah spesimen dodo akan segera diterbitkan. “Genom dodo sepenuhnya telah diurutkan. Itu belum dipublikasikan, tetapi memang ada dan kami sedang mengerjakannya sekarang,” terangnya.

Profesor Shapiro mengatakan, ilmuwan berusaha cukup lama untuk mengurutkan genom dodo yang sampel DNA-nya didapatkan dari spesimen yang ada di Oxford. “Jadi kami memiliki kualitas yang sangat tinggi, cakupan tinggi dari genom dodo yang akan segera diterbitkan,” katanya.

Untuk membuat burung Dodo kembali hidup, Prof Shapiro mengatakan akan meniru teknik kloning yang dilakukan terhadap domba Dolly. “Cara kita bisa melakukan ini adalah dengan mengkloningnya seperti membuat domba Dolly. Tapi kita belum tahu untuk dodo karena melakukannya dengan burung sedikit rumitnya mengingat jalur reproduksi mereka berbeda,” ungkap Prof Shapiro.

Penampakan burung Dodo terakhir yang dikonfirmasi adalah pada 1662, setelah pelaut Belanda pertama kali melihat spesies itu. Meskipun Dodo adalah burung, mereka tidak bisa terbang karena memiliki sayap yang kecil. ** Baca juga: Makan Otak Hingga Testis Hewan Mentah Dilakukan Pria AS Ini Demi Tampil Lebih Atletis

Sisa-sisa burung Dodo terakhir yang diketahui disimpan di berbagai museum di seluruh dunia. Sebuah kaki burung Dodo disimpan dalam British Museum, sedangkan kepala Dodo disimpan di Museum Kopenhagen.(ilj/bbs)




Sepotong Sosis Kuak Misteri Kasus Perampokan Sembilan Tahun Lalu di Jerman

Kabar6-Setelah selama sembilan tahun menjadi sebuah misteri, akhirnya polisi Jerman berhasil memecahkan kasus perampokan melalui sepotong sosis. Bagaimana bisa?

Polisi di sebuah kota Nordrhein-Westfalen, melansir Huffpost, mengatakan bahwa mereka memecahkan kasus perampokan itu dengan mencocokkan DNA dari sepotong sosis yang dimakan seorang pria di Prancis dengan catatan DNA internasional. Dalam sebuah pernyataannya polisi menerangkan, DNA dari seorang pria Albania berusia 30 tahun yang ditahan di Prancis, cocok dengan sosis dalam database DNA internasional. Pria itu diketahui juga tengah ditahan dalam kejahatan terpisah.

Departemen kepolisian mengatakan, pada 2012, DNA dari sosis yang setengah dimakan tidak cocok dengan siapa pun di database internasional. Tetapi ketika otoritas Prancis mengambil sampel DNA dari pria Albania setelah menahannya dalam penyelidikan kejahatan kekerasan, mereka mengatakan DNA-nya cocok dengan yang ada di sosis itu.

“Setelah menyadari perbandingan tersebut, otoritas Prancis dihubungi petugas di Jerman. Perampokan pada 2012 terjadi di kota Schwelm di Jerman,” demikian laporan media setempat. ** Baca juga: Ratusan Warga Taiwan Ubah Nama Mereka Jadi ‘Salmon’ Hanya Demi Promo Sushi

Polisi di Schwelm mengatakan, sosis itu ditemukan di lokasi pembobolan di Gevelsberg, dan penyelidik yakin tersangka menggigitnya. “Undang-undang pembatasan perampokan telah kedaluwarsa, jadi Jerman kemungkinan tidak akan mengekstradisi tersangka,” tambah laporan tadi.

Diterangkan, tersangka kemungkinan akan tetap bebas dari konsekuensi dalam kasus perampokan. Status kasus kejahatan kekerasan di Prancis, bagaimanapun, masih belum jelas. Menurut Associated Press, pria itu tetap ditahan.(ilj/bbs)