oleh

Riset di AS Sebut Manusia Bisa Hidup Hingga 150 Tahun

image_pdfimage_print

Kabar6-Sebuah studi yang dipublikasi secara online dalam jurnal Nature Communications, mengungkap fakta terbaru soal rentang hidup manusia, yaitu manusia mungkin bisa hidup antara 120-150 tahun.

Peneliti menggunakan pemodelan matematika untuk memprediksi usia manusia. Melansir Livescience, tim peneliti mengungkap, setelah usia 120 hingga 150 tahun tubuh manusia akan kehilangan kemampuannya untuk pulih dari stres seperti penyakit dan cedera, yang mengakibatkan kematian. Jika terapi dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh, tim peneliti berpendapat hal ini mungkin dapat memungkinkan manusia untuk hidup lebih lama dan lebih sehat.

“Studi ini mengandalkan data historis dan terkini dari populasi manusia,” kata Judith Campisi, seorang profesor di Buck Institute for Research on Aging di Novato, California.

Tim peneliti menganalisis kumpulan data besar dari AS, Inggris, dan Rusia, yang bersama-sama mencakup data medis anonim untuk lebih dari 500 ribu orang. Dengan menggunakan data dari tes darah sederhana, orang-orang yang ada dalam data tersebut melakukan tes darah beberapa kali selama beberapa bulan. Peneliti mengamati dua angka yang dikumpulkan dari tes darah untuk tiga kelompok umur berbeda, yakni rasio dua jenis sel darah putih yang mampu melawan penyakit dan ukuran variabilitas ukuran sel darah merah.

Dekan Fakultas Kedokteran Kirk Kerkorian dan wakil presiden urusan kesehatan di Universitas Nevada, Las Vegas, Dr Marc J Kahn, mengatakan sama seperti seseorang yang mungkin memiliki uban, kedua angka ini juga meningkat seiring bertambahnya usia. Para ilmuwan menyebutnya sebagai biomarker penuaan.

Dari tes darah tersebut, mereka kemudian menggunakan model komputer untuk menentukan apa yang mereka sebut indikator keadaan organisme dinamis atau DOSI, untuk setiap orang.

Pada dasarnya itu merupakan ukuran ‘usia biologis’ yang dapat mereka gunakan bersama dengan waktu antara tes darah, untuk mengukur seberapa besar kondisi organisme tersebut. Ini yang dilakukan untuk memperkirakan waktu pemulihan seseorang dari stres, seperti penyakit atau cedera.

“Masalahnya adalah pada titik tertentu dalam penuaan, waktu pemulihan sangat lama sehingga kita kehilangan ketahanan,” kata Kahn.

Berdasarkan tren data, peneliti menemukan bahwa antara usia 120 dan 150 tahun, ketahanan tubuh akan hilang sepenuhnya dan seseorang tidak akan mampu bertahan hidup. Para peneliti juga melihat data aktivitas fisik, yang diukur dalam jumlah langkah per hari, untuk memvalidasi hasilnya. Mereka menemukan pola yang sama.

Orang yang lebih muda cenderung mengambil lebih banyak langkah setiap hari, sedangkan orang yang lebih tua, mengambil lebih sedikit langkah setiap hari seiring bertambahnya usia. Dengan mengekstrapolasi data, para peneliti menemukan batasan usia yang kira-kira sama dengan pengukuran DOSI.

Meskipun penelitian menunjukkan manusia bisa hidup sampai usia 150 tahun, Campisi menyebut angka tersebut tidak menjelaskan apapun tentang kualitas hidup di usia tua. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak ilmuwan yang menyebut jumlah tahun sehat dalam hidup seseorang sebagai rentang kesehatannya.

“Hal ini mempunyai dampak sosial yang sangat besar, lebih dari jangka hidup maksimal,” kata Campisi.

Tidak hanya berdampak pada kesehatan seseorang, tapi juga dapat menimbulkan biaya yang sangat besar antara lain dari segi waktu, uang, sumber daya medis.

Tim peneliti mengungkapkan, jika ada cara untuk meningkatkan ketahanan tubuh di usia tua, itu tidak akan meningkatkan jangka hidup manusia. Itu hanya akan berdampak pada kualitas kesehatannya, yang membuat orang lanjut usia lebih mudah untuk pulih dari penyakit atau cedera.

Untuk meningkatkan ketahanan, Kahn dapat melihat upaya untuk menciptakan organ mekanis atau menemukan cara untuk memprogram ulang sel-sel yang menua. Beberapa cara yang bisa memengaruhi kondisi manusia seperti soal pendapatan hingga pola makan, yang mungkin bisa mempengaruhi berapa lama seseorang bisa hidup.

Namun, Campisi menegaskan penelitian seperti ini tidak selalu akurat. “Hal yang pasti, kita semua akan mati,” pungkasnya.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email