oleh

Praktik Pengoplosan Gas Bersubsidi Diduga Masih Marak di Kota Tangerang

image_pdfimage_print

Kabar6-Praktik pengoplosan gas bersubsidi diduga masih marak di wilayah hukum Kota Tangerang. Pasalnya, banyak konsumen tabung gas 3 kilogram yang mengeluhkan terkait isi gas yang tidak sesuai lantaran cepat habis.

Salah satu warga Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, Wahyudi seorang pedagang makanan yang setiap harinya selalu menggunakan gas 3 kilogram tersebut, mengeluhkan isi tabung yang cepat sekali habis dan tidak sesuai dengan takaran.

“Saya padahal baru isi gas 2 hari lalu, biasanya si nyampe 4 hari baru habis. Ini jelas gak beres,” Kata Wahyudi, Jumat, (25/1/2019).

Sementara itu, berdasarkan pantauan di lapangan, salah satu gudang yang berlokasi di wilayah Kelurahan Parung Jaya, RT 02/03, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, diduga masih digunakan sebagai tempat praktek pengoplosan gas bersubsidi.

Hal ini lantaran, meskipun di depan lokasi gudang tersebut, tidak terlihat plang resmi Pertamina, puluhan truk sedang maupun besar terlihat keluar masuk lokasi itu setiap hari bahkan hingga tengah malam, mengangkut tabung-tabung gas berukuran 3, 12 dan 50 kilogram.

Letak lokasi gudang yang cukup terpencil ini juga membuat dugaan praktik pengoplosan gas bersubsidi tersebut, hingga saat ini belum tercium aparat kepolisian.

“Ya memang setiap hari udah biasa sering keluar masuk kalau truk gas kesini si mas. Ya seringnya si kalau saya lihat saat malam hari,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.

Kecurigaan masih banyaknya praktik curang pengoplosan gas ini juga dibuktikan dengan tertangkapnya enam pelaku pengoplos gas dari empat gudang yang berada di wilayah Tangerang dan Jakarta Timur.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan, keenam orang yang ditangkap itu berinisial ADN, LA, RSM, KND, KSN, dan YEP. Adapun keenamnya sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut.

“Jadi ini pengungkapan kasus oplosan gas. Dari keterangan ini dinamakan oplosan dokter istilahnya karena dia menyuntik seperti dokter,” ujar Argo.

Sementara itu, Unit Manager Communication & CSR MOR III PT Pertamina, Dewi Sri Utami mengatakan salah satu cara untuk mengenali dan menghindari menggunakan tabung gas oplosan yaitu dengan tidak tergiur harga gas elpiji murah yang ditawarkan.**Baca juga: Anulir Calon Komisioner KPU Lebak Hasil Timsel, KPU RI Bakal Digugat.

“Harga elpiji nonsubsidi itu (oplosan) kan dijual Rp135.000-150.000 per tabung, sementara harga resminya Rp 139.100. Artinya harga murah itu jangan sampai kita tergiur karena itu sama saja menggadaikan keselamatan kita,” pungkasnya.(Vee)

Print Friendly, PDF & Email