oleh

Memetik ’Buah’ di Kala Gempa Mereda

image_pdfimage_print

Oleh: Fauzik Darmawan, Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia

Kabar6-Belajar dengan kejadian Gempa besar yang pernah terjadi di Indonesia dimulai Tahun 2004 Aceh, 2005 Nias, 2006 Yogjakarta, 2007 Padang, 2010 Mentawai, Bulan Maret 2018 Lombok, satu bulan berikutnya tepatnya tanggal 28 September terjadi Gempabumi disertai Liquifaksi di Palu Sulawesi Tengah dan paling akhir Gempabumi yang melanda Cianjur November 2022 yang banyak menelan korban jiwa. Sedikit banyak kita mengamati fenomena yang terjadi di masyarakat paska gempabumi tersebut, bukan hanya kebingunan dengan rusaknya tempat tinggal tetapi juga lupa dengan harta benda mereka karena perasaan putus asa yang melanda, dan gampang sekali percaya ketika dihembuskan berita yang belum tentu benar kenyataannya.

Gempa dengan skala kecil masih terus terjadi didalam rangkaian gempabumi Cianjur. Hingga pada hari Selasa (22/11/2022) tercatat 140 kali gempa susulan. Kondisi seperti itu tidak perlu dikuatirkan. Justru gempa susulan dalam skala kecil akan menghindarkan munculnya gempa berkekuatan lebih besar dari M 5,6 seperti yang terjadi Senin (21/11/2022). Kita sering mengetahui kepanikan masyarakat pasca terjadinya gempa utama, dikait-kaitkan akan terjadiya gempabumi yang lebih besar yang akan terjadi. Anggapan seperti ini seperti membudaya di tengah-tengah masyarakat kita, sehingga banyak dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk menengguk keuntungan sepihak, melakukan pencurian atau perampasan harta benda Masyarakat dengan cara menyebarkan berita hoax, yang kadang gampang dipercaya oleh masyarakat dan kesulitan bagi instansi resmi untuk menangkalnya walaupun sudah ada peringatan keras dengan ancaman penjara.

Menurut penjelasan salah satu tim survei BMKG pusat di Kantor Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur. Para tim survei juga memastikan bahwa gempa yang terjadi pada (21/11/2022), tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Gempa berpotensi tsunami jika kekuatan gempa 7 SR keatas dan sumber gempa berada di laut dengan kedalaman kurang dari 30 kilometer. Tetapi jika terjadi gempa dengan kekuatan 7 SR dengan pusat di daratan, kedalaman yang dangkal dapat kita bayangkan bagaimana besarnya dampak kerusakan yang ditimbulkan akan banyak kerusakan bangunan terutama bangunan tanpa konsep tahan gempa, dijelaskan pula “Semakin sering terjadi gempa dalam skala kecil di suatu wilayah, justru akan terhindar dari kejadian gempa besar yang akan datang karena energi dari pergeseran dan tumbukan lempeng dilepas secara perlahan” menuju keseimbangan awal.

Gempabumi yang terjadi pada hari Senin pusat gempa di 10 Km Barat Daya Cianjur pada kedalaman 11Km di darat, sehingga tidak berpotensi tsunami, karena itu masyarakat dihimbau tetap tenang jangan resah karena adanya isu akan terjadi tsunami. Hingga detik ini belum ada alat yang dapat mendeteksi kapan terjadinya gempabumi. Belum ada negara manapun  dapat memprediksi akan terjadinya gempabumi. Tsunami dapat diprediksi dengan catatan didahului gempabumi dengan pusat gempanya di laut atau kejadian langka terjadi tsunami akibat longsoran dinding anak gunung Krakatau tahun 2018 silam, tetapi ilmu pengetahuan terus dikembangkan dengan tujuan nantinya dapat memprediksi akan kejadian gempa.

**Baca Juga: Ongkos Haji Naik, Achmad: “Investor Dipermudah, Ibadah Dipersulit”

Kedatangan Tim survey gempabumi dari instansi terkait terutama BMKG sangat diperlukan untuk memasang alat pendeteksi gempa guna  memantau gempa-gempa susulan dan pergeseran tanah yang terjadi. Selain itu, tim survey juga akan mensurvei daerah yang terjadi kerusakan. Hal itu untuk mengetahui secara pasti penyebab kerusakan pada bangunan. Hasil sementara pandangan mata kerusakam bangunan yang terjadi sangat sporadis kesimpulan awal karena banyaknya konstruksi bangunan yang tidak memadai dan banyak yang sudah tua. Hasil survei ini nantinya sebagai pertimbangan dalam hal membangun suatu bangunan dengan mempersiapkan material konstruksi sesuai aturan yang berlaku dari instansi berwenang, bukan hanya asal membangun tetapi harus dilaksanakan untuk mengantisipasi jika terjadi bencana gempabumi dimasa mendatang terutama daerah-daerah yang dicurigai mempunyai seismisitas tinggi.

Tim BMKG Memantau Gempa susulan.(ist)

 

Memberikan sosialisasi/menenangkan ke warga.(ist)

Berikut ini ada beberapa tip untuk masyarakat dalam menghadapi bahaya gempabumi dan tsunami yang terjadi di wilayah sekitar kita. Sebelum terjadi tsunami diharapkan setiap keluarga harus menyiapkan perlengkapan untuk menghadapi tsunami seperti radio portable untuk mendengarkan informasi,lampu senter, obat-obatan jangan lupa makanan yang diletakkan ditempat yang mudah terjangkau, jangan lupa untuk mengetahui prosedur dan selalu ingat yang digunakan oleh BPBD setempat selama tsunami. Jika gempabumi yang terjadi berpotensi tsunami dan mendengar sirine peringatan tsunami, nyalakan radio untuk sumber informasi, segera menjahui dari pantai jika memang berada di pantai dan jangan menonton tsunami. Jika didaerah terpencil dan tidak bisa mendengarkan sirine peringatan tsunami segera berlari menjahui area pantai menuju tempat yang lebih tinggi, sehingga diperkirakan jauh dari jangkauan Tsunami.

Pelajaran berharga yang perlu diceritakan ke anak cucu kita, ada beberapa kejadian gempabumi yang kadang kala disertai potensi tsunami, walupun kejadiannya periodik 50-100 tahun harus tetap mengingat bagaimana cara memitigasi diri sendiri jika kejadian terulang kembali. Semua sudah menjadi aturan yang ada ketika terjadi gempabumi alam butuh keseimbangan setelah energi dilepaskan, jangan panik dan tetap waspada karena kita hidup di negara yang tidak lepas dari bencana alamnya, hidup berdampingan dan mengetahui bagaimana cara mengantisipasinya.(*)

 

Print Friendly, PDF & Email