oleh

Brigjen KH.Syamun, Pahlawan Banten yang Belum Jelas Statusnya

image_pdfimage_print
Brigjen KH.Syamun.(ist)

Kabar6-Tak jelas, begitulah nasib gelar pahlawan bagi Brigjen KH.Syamun, sosok pejuang bersorban pimpinan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) sekaligus pendiri lembaga pendidikan pesantren Al-Khairiyah yang berada di Kota Cilegon, Banten.

Sedianya, hingga kini nama Brigjen KH.Syamun, telah dua kali di ajukan sebagai pahlawan nasional kepada pemerintah. Yaitu pada saat kepemimpinan Gubernur Banten Rano Karno. Kedua nama Brigjen KH.Syamun juga telah mendapatkan bintang jasa mahaputra dari Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur Tahun 2000.

Namun sayangnya, hingga kini, gelar pahlawan itu belum juga diberikan oleh pemerintah pusat.

“Perjuangan (mendapatkan gelar pahlawan nasional) saya tidak tahu sudah sampai mana, kita serahkan ke masyarakat dan pemerintah saja. Karena enggak lucu cucunya yang teriak-teriak, nanti jeruk makan jeruk,” kata Ali Mujahidin, cicit cucu dari Brigjen Kh.Syam’un, sekaligus Ketua Pengurus Besar (PB) Al-Khairiyah, saat di Kota Cilegon, Senin (21/08/2017).

Kini, perjuangan untuk memperoleh pengakuan sebagai pahlawan nasional terus berlanjut, bahkan Rimahurmuzy selalu Ketua Umum PPP, berjanji akan mendorong pemberian gelar pahlawan nasional melalui Kementrian Sosial (Kemensos).

“Kh. Syamun yang bisa menggabungkan antara sosok agama dengn cinta tanah air. Kita perlu sosok seperti ini, karena cinta agama dan negara bisa berdampingan. Kita fraksi PPP, akan berupaya agar KH.Syamun mendapatkan gelar pahlawan nasional. Kita akan bantu proses di Kemensos,” kata Romahurmuzy, Ketum PPP, yang ditemui usai mengisi orasi kebangsaan di Yayasan Pendidikan Al-Khairiyah, Kota Cilegon, Banten, malam tadi, Minggu (20/08/2017).

Merujuk catatan sejarah, Brigjen KH. Syam’un adalah pendiri Perguruan Tinggi Islam Al-Khairiyah Citangkil, Kota Cilegon. Jenderal bersurban itu lahir pada 5 April 1894 dari pasangan H. Alwiyan dan Hj. Hajar.

Brigjen KH. Syam’un masih keturunan dari KH. Wasid tokoh Geger Cilegon 1888. Pada umur 11 Tahun, KH. Syam’un melanjutkan studi ke Mekkah (1905-1910) dan berguru di Masjid Al-Haram. Pendidikan akademinya dilalui di Al-Azhar University Cairo Mesir (1910-1915).

KH. Syam’un pernah bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA), sebuah gerakan pemuda bentukan Jepang. Dalam PETA, jabatan KH. Syam’un adalah Dai Dan Tyo yang membawahi seluruh Dai Dan I PETA wilayah Serang.

Selama menjadi Dai Dan Tyo KH. Syam’un sering mengajak anak buahnya untuk memberontak dan mengambil alih kekuasaan Jepang. Keterlibatan KH. Syam’un dalam dunia militer mengantarkannya menjadi pimpinan Brigade I Tirtayasa Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian berganti menjadi TNI Divisi Siliwangi.

Dengan Pangkat terakhir Brigadir Jenderal (Brigjen), karier KH. Syam’un diketentaraan terbilang gemilang hingga diangkat menjadi Bupati Serang periode 1945-1949.**Baca juga: Hari Pahlawan, Veteran di Tangsel Terima Bingkisan.

Pada Tahun 1948 meletus Agresi Militer Belanda II yang mengharuskan KH. Syam’un bergerilya dari Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang hingga kampung Kamasan Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang.**Baca juga: Ini Politik dan Agama Menurut Pahlawan Banten.

Daerah ini menjadi tempat tinggal salah satu gurunya, KH. Jasim. Di Kampung ini juga, Brigjen KH. Syam’un meninggal pada Tahun 1949 karena sakit saat memimpin gerilya dari hutan sekitar Kamasan.(ydh)

Print Friendly, PDF & Email