oleh

Wisata Hutan Mangrove Patikang, Dulunya Rawa Penuh sampah 

image_pdfimage_print

Kabar6-Mangrove dan hutannya, dikenal mampu menyerap karbon untuk membersihkan udara. Dengan luas sekitar 4 hektare dan dialiri sungai yang bermuara ke pantai, Hutan Mangrove Patikang kini menjadi destinasi wisata dan membantu perekonomian masyarakat sekitar.

Masyarakat sekitar mulai sadar lingkungan, dengan tidak membuang sampah sembarangan, serta ikut menanam pohon, terutama mangrove. Kemudian turut serta membibitkan mangrove yang bisa dijual, sebagai salah satu sumber pendapatan.

Tak hanya itu, buah mangrove juga diolah menjadi sirop, selai, hingga dodol. Hasilnya dijual sebagai buah tangan atau camilan, dapur warga pun selalu ngebul, karena cuan mengalir.

“Masyarakat ikut membibitkan mangrove karena itu laku. Kalau sampai kesana, sekitar 4 hektare. Kalau ditotal tanaman yang udah masuk sini itu sekitar 15 ribuan. Hari ini (mahasiswa) dari Lampung juga ada, dari Jogja, justru dari Banten enggak ada, jadi Alhamdulillah kita dikenal dari luar dulu, bukan dari dalem dulu,” ujar Deden Sudiana, Ketua Pokdarwis Putri Gundul, Rabu (26/07/2023).

Terdapat berbagai jenis pohon mangrove yang ada di hutan Patikang, seperti avicennia, sonneratia, rhizhopora dan xylocarpus. Pohon tersebut mampu menahan abrasi, mengurangi banjir dan air rob ke permukiman warga.

Sebelum menjadi hutan mangrove seperti sekarang, daerah itu merupakan rawa yang tak terawat, banyak sampah bertebaran. Pohon yang tadi nya rindang, banyak di tebangi warga untuk berbagai kebutuhan. Kemudian pada 2017, Deden bersama teman-temannya mulai menanam mangrove dilokasi tersebut dan terus berlanjut hingga kini.

“Kalau untuk banjir memang wilayahnya, disana itu kita dapat kiriman air, masyarakat ikut nanem. Dari banjir hujan, sungai dan rob, sekarang udah mulai berkurang dari rob nya,” terangnya.

Dari penelitian yang dilakukan oleh alumni kelautan Undip, hutan mangrove Patikang di huni oleh 33 jenis burung, 8 jenis mamalia, 10 jenis reptil, dan 1 jenis amfibi. Bahkan menjadi habitat bagi beberapa spesies yang dillindungi, seperti burung Cikalang Christmas yang yang dilindungi pemerintah dan Aonyx Cinereus atau berang-berang cakar kecil asia yang masuk dalam daftar Appendix 1 atau terancam punah, menurut IUCN.

**Baca Juga: Kasi Intelijen Kejari Kabupaten Tangerang Berganti, Siap Bersinergi dengan Media

Memperingati hari mangrove sedunia, puluhan jurnalis bersama industri yang ada di Kota Cilegon, seperti PT Chandra Asri dan PT Krakatau Daya Listrik (KDL), turut menanam bibit mangrove di Hutan Patikang, sebagai salah satu cara melestarikan alam di Banten.

“Selain menjadi tempat wisata yang berwawasan lingkungan, kawasan Mangrove Patikang Lestari yang dibina oleh Chandra Asri ini juga menjadi lokasi penelitian dan daerah konservasi mangrove,” ujar Chrysanthi Tarigan, Corporate Communications General Manager Chandra Asri, dilokasi yang sama, Rabu (26/07/2023).

Kawasan edu-ekowisata mangrove Patikang Lestari masuk dalam daerah penyangga Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Tanjung Lesung. Melalui berbagai pengembangan, kawasan ini diharapkan menjadi target Desa Wisata
Kementerian Pariwisata.

Untuk memfasilitasi kenyamanan wisatawan, Chandra Asri telah membantu memperbaiki sarana dan infrastruktur dengan membangun dermaga kecil, 1 saung edukasi, 1 toilet, 1 saung serbaguna, dan trek sepanjang 179 meter yang memanfaatkan limbah non-B3 perusahaan berupa palet kayu.

Penanaman mangrove dilaksanakan sebagai upaya mendukung dekarbonisasi dengan memaksimalkan blue carbon atau karbon yang diserap, disimpan, dan dilepaskan menjadi cadangan oleh ekosistem pesisir dan laut.

“Chandra Asri berharap kawasan edu-ekowisata mangrove Patikang ini dapat menjadi destinasi wisata mandiri yang memberdayakan masyarakat sekitar, sehingga mampu memberikan manfaat lingkungan dan ekonomi yang berkelanjutan,” jelasnya.(Dhi)

Print Friendly, PDF & Email