oleh

Tumpukan Sampah di Sungai Bersejarah di Ibukota Provinsi Banten

image_pdfimage_print

Kabar6-Tumpukan sampah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cibanten menjadi sorotan beberapa hari terakhir.

Tumpukan sampah di sungai bersejarah di ibukota Provinsi Banten itu dikeluhkan karena mengeluarkan bau tak sedap.

Pada hari Sabtu (23/9/2023) Pemerintah Kota Serang beserta Kodim 0602/Serang, bersama sejumlah pihak mengangkat sampah tersebut.

Adapun penumpukan sampah tersebut terjadi di bawah jembatan Kidemang atau Tol Jakarta-Merak, yang didominasi oleh sampah-sampah masyarakat seperti bahan dapur serta bahan dagangan.

Dilansir dari kemendikbud.co.id, pada jaman Kerajaan Sunda, sungai-sungai yang mengalir dari pedalaman ke utara Jawa dimanfaatkan sebagai jalur penghubung antara Pajajaran dan Banten Girang.

Pada masa yang lebih lanjut, guna mendukung kelancaran transportasi air, dibangun pula kanal-kanal. Perkembangan ini mencapai puncaknya pada abad XVIII dimana kota dan sekitarnya banyak dilalui kanal sungai yang dapat dilayari perahu (Michrob, 1993: 78).

**Baca Juga: Pria di Lebak Ditemukan Tewas Tergantung di Dalam Rumah

Contoh pembuatan jalur kanal di Banten yaitu pembuatan saluran air dari Sungai Untung Jawa hingga Pontang yang dilaksanakan pada tahun 1660.

Pada tahun 1670 dibuat pula saluran dari Tanara hingga Pontang. Daerah tersebut makin berkembang dengan adanya kanal yang difungsikan sebagai jalur transportasi dan untuk mengairi daerah sekitarnya sehingga tumbuh menjadi daerah penghasil pangan bagi Banten.

Kegiatan pembersihan sampah tersebut diikuti oleh Wali Kota Serang Syafrudin, Dandim 0602/Serang Fajar Catur, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Serang Farah Richi, Kepala Dinas PUPR Iwan

Kepala BPBD Kota Serang Adiat, serta Camat Kecamatan Serang Mashudi juga diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat dan Balai Besar Wilayah Sungai C3 (BBWS C3).

Syafrudin mengatakan bahwa penumpukan sampah ini terjadi selain ulah masyarakat yang membuang sampah sembarangan, juga sampah yang berasal dari berbagai wilayah sekitar.

“Sampah ini indikasinya dari masyarakat, paling banyak itu dari masyarakat yang terdekat” ujar Syafrudin.(Aep)

Print Friendly, PDF & Email