1

WBP Rutan Kelas 1 Tangerang Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW

kabar6.com

Kabar6-Ratusan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) beserta seluruh petugas pemasyarakatan Rumah Tahanan (Rutan) Kelas 1 Tangerang memperingati Maulid Nabi secara bersama-sama di Masjid Baitussalam Rutan Kelas 1 Tangerang, Selasa, (20/11/2018).

Kepala Rutan Kelas 1 Tangerang, Dedi Cahyadi mengatakan kegiatan ini adalah salah satu program pembinaan kepada para WBP yang beragama muslim.

“Maulid adalah momentum bagi kita semua untuk kembali mengingat kembali lahirnya Nabi besar Muhammad SAW, karena Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang uswatun hasanah, berwatak mulia, lemah lembut, jujur, santun, amanah, dan selalu menyampaikan kebenaran,” kata Dedi.

Dedi menambahkan, Rasulullah dengan segala nilai-nilai yang diajarkan wajib diteladani oleh seluruh umat Islam.

“Kita sebagai umat Islam wajib tentunya meneladani sosok dan semangat jihad yang Rasulullah ajarkan. Hanya dengan meneladani sifat baginda Nabi itulah, umat bisa mengejawantahkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin,” ujarnya.

Dedi berharap, dengan peringatan Maulid Nabi kali ini, para WBP dan seluruh petugas pemasyarakatan dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi.**Baca juga: Peringati Maulid Nabi, DKM Masjid Al-Muhajirin Gelar Donor Darah dan Bazar.

“Khususnya bagi WBP, semoga dengan teladan Nabi Muhammad mereka dapat menjadi pribadi yang baik lagi jika sudah kembali kepada masyarakat,” pungkasnya.(Tim K6)




Dr Istiani: WBP di Lapas Harus Kuasai Cara Mengelola Stres dan Komunikasi Efektif

kabar6.com

Kabar6-Mengalami stress merupakan hal alamiah untuk setiap manusia, termasuk bagi warga binaan pemasyarakatan (WBP). Hal itu diungkapkan Dr istiani, salah satu tim penyusun buku saku untuk WBP dan juga Dosen Psikologi di Binus University Alam Sutera Tangerang.

Istiani menjelaskan, didalam lembaga pemasyarakatan (Lapas), interaksi diantara WBP menjadi sangat krusial dan dapat berkembang menjadi stressor.

“Langkah antisipasinya, WBP harus dapat mengenali stressor dan bagaimana cara pengelolaannya,” kata Dr Istiani kepada kabar6.com, Selasa (2/10/2018).

Kata istiani, dalam pengelolaan stress, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Yakni mengenai gejala stress dan menanggulangi situasi stress (coping) yang sesuai untuk setiap individu.

“Pengelolaan stress dan mengenali gejala-gejalanya penting untuk dapat mendorong dan menganalisa coping yang sesuai untuk setiap individu,” terangnya.

Selain itu pengelolaan stres, lanjut Istiani, komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk dikelola guna mewujudkan komunitas yang sehat mentalnya.

**Baca juga: Tim Medis Lapas Perempuan Tangerang Kaderisasi 29 WBP.

“Mengelola komunikasi efektif adalah suatu keterampilan untuk dapat memfasilitasi komunikasi efektif antar WBP,” paparnya. (fit)




Tim Medis Lapas Perempuan Tangerang Kaderisasi 29 WBP

kabar6.com

Kabar6-Minimalisir tingkat stress warga binaan pemasyarakatan (WBP), tim medis Lapas Perempuan Klas IIA Tangerang berdayakan 29 kader.

“Kita berdayakan 29 kader yang berasal dari WBP. Tugas mereka adalah untuk menjadi teman bagi para WBP lain yang mengalami stress,” kata dr Nuning Sukma Kamaratri, Kepala tim medis Lapas Perempuan Klas IIA Tangerang, Selasa (2/10/2018).

Kata Nuning, 29 kader dibawah pimpinannya itu dilatih dan dibina tentang wawasan yang dibutuhkan para WBP yang mengalami stress dan cara menanganinya.

“Alhamdulillah, saat ini banyak testimony yang kami dapatkan bahwa WBP yang tadinya stress sekarang sudah bisa tersenyum kembali,” ungkapnya.

Dan 29 kader ini memiliki tugas lain untuk mengawasi teman-teman dalam lingkungannya. Bila ada salah satu teman WBP yang memiliki ciri-ciri stress, kader segera melaporkan ke Kepala Tim Medis untuk langkah selanjutnya.

“Setiap ada kejanggalan, kader segera melaporkan kondisi yang terjadi dan menanyakan langkah yang akan diambil selanjutnya, agar WBP dapat kembali normal seperti sedia kala,” kata Nuning yang menangani lebih dari 400 WBP.

Bila memungkinkan, kader akan melakukan langkah antisipasi agar stress WBP tidak berlanjut. Namun, bila hal itu tidak memungkinkan, WBP bermasalah akan dibawa ke klinik untuk perawatan lebih lanjut.

**Baca juga: Dimediasi Polres Metro Tangerang, Atikah Dapat Bertemu Bayinya.

“Bila dapat ditangani di tempat, kader akan langsung menanganinya. Namun bila tidak memungkinkan, WBP akan di bawa ke klinik lapas,” jelasnya. (fit)




Hari Kesaktian Pancasila, WBP Rutan Kelas 1 Tangerang Safari ke Sekolah

kabar6.com

Kabar6-Dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila, (1/10/2018), Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas 1 Tangerang melakukan safari ke sejumlah sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Jambe.

Dalam kegiatan safari, WBP membagikan pengalamannya sebelum menjadi penghuni Rutan Kelas 1 Tangerang serta membagikan usaha para WBP untuk menjadi pribadi yang lebih baik, misalnya seperti mengikuti prlatihan-pelatihan yang ada di Rutan.

“Saya disini memotivasi kepada adik-adik untuk dapat menjadi generasi baik tidak seperti saya dan teman-teman WBP lain. Saya juga memberitahukan pada adik-adik bahwa WBP itu sebenarnya adalah orang baik dan dapat membuat sebuah karya yang berguna seperti patung Burung Garuda ini,” kata Andri (35), WBP kasus narkoba di SMK Karya Pembangunan, Senin, (1/10/2018).

Setelah itu, Kepala Rutan Kelas 1 Tangerang Dedi Cahyadi mengatakan, dihari Kesaktian Pancasila ini para warga binaan memberikan cedera mata yakni Patung Garuda yang merupakan karya dari WBP saat mengikuti pelatihan di dalam Rutan.**Baca juga: Kompol Ucu Syarifuloh SH Jabat Kapolsek Pasar Kemis.

“Ada 20 patung Burung Garuda yang kami berikan sebagai simbol kepedulian dan kenangan dari para WBP,” singkatnya.(Tim K6)




Dipicu Stres, Sebagian WBP di Lapas Perempuan Tangerang Derita Asam Lambung

kabar6.com

Kabar6-Sebagian besar warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Perempuan Klas IIA Tangerang menderita penyakit asam lambung dan sakit kepala.

Hal itu diungkapkan dr Nuning Sukma Kamaratri, Kepala tim medis Lapas Perempuan Klas IIA Tangerang.

Nuning mengatakan bahwa penyakit asam lambung dan sakit kepala menjadi penyakit paling banyak yang dikeluhkan 400 lebih WBP di Lapas Perempuan Klas II A Tangerang. Kedua penyakit itu dipicu memuncaknya rasa stress.

“Dari sekian banyak pasien yang datang ke klinik lapas, paling banyak keluhannya sakit kepala dan asam lambung yang dilatar belakangi rasa stress berlebihan,” kata Nuning kepada kabar6.com, Sabtu (29/9/2018).

Rasa stress yang diderita WBP ini, lanjut Nuning, berasal dari memuncaknya rasa rindu kepada anak, suami, keluarga,atau permasalahan seputar keluarga yang melanda WBP.

Selain itu, stress juga disebabkan oleh rasa takut yang menimpa WBP. Apakah dirinya dapat diterima kembali oleh keluarga dan lingkungan disaat WBP keluar dari lapas.

“Latar belakang stress yang diderita WBP berasal dari rumah. Apakah itu rindu suami, anak dan keluarga atau ada masalah dengan keluarga yang menyebabkan gangguan psikologis. Sehingga wbp mudah stress dan sensitive dengan rekan-rekan satu selnya,” papar Nuning.

Nuning melanjutkan, rasa stress berlebihan akan menyebabkan permasalahan baru dengan teman satu selnya. Hanya candaan kecil dapat memicu permusuhan atau pertengkaran diantara wbp.

**Baca juga: 90 WBP di Tangerang Ikut Konseling Penguatan Psikologis dari Binus.

“Ada binaan kita yang ‘perang dingin’ selama dua tahun. Tapi berkat tim medis wbp yang terus berusaha untuk mencairkan suasana diantara kedua wbp yang bermusuhan. Dan Alhamdulillah, saat ini keduanya sudah akur kembali,” ungkap Nuning. (fit)




90 WBP di Tangerang Ikut Konseling Penguatan Psikologis dari Binus

kabar6.com

Kabar6-Sesuai dengan Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, dimana system pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan (WBP) menjadi manusia seutuhnya.

Hal itu diungkapkan Namira Puspandari dari The Foundation for International Human Rights Reporting Standards (FIHRRST) di Ruang Auditorium Kampus Anggrek Binus University, Alam Sutera Tangerang, Jumat (28/9/2018).

“FIHRRST merupakan wadah non profit yang membela hak azasi manusia. Termasuk kegiatan konseling di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang ini,” ungkapnya.

Dikatakannya, system masyarakat seperti tertuang di Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 adalah masyarakat yang dapat menyadari kesalahan, memperbaiki diri, serta tidak lagi mengulang tindak pidana.

Sehingga WBP dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan, serta dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Namun demikian, implementasi undang-undang tersebut dan upaya rehabilitasi WBP yang dilakukan pemerintah dalam menciptakan WBP seutuhnya dan memiliki karakter yang baik dan siap kembali ke lingkungan masyarakat, diyakini belum dapat berjalan dengan maksimal.

Untuk itu, sesuai komitmen FIHRRST dalam mendukung perlindungan kelompok rentan dan marjinal, bersama Jurusan Psikologi Binus Alam Sutera memberikan program konseling individu dan kelompok ke Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang.

“Dalam program tersebut, kami memberikan penguatan kondisi psikologis dan karakter WBP,” ujar Namira Puspandari.

WBP yang memiliki trauma, lanjut Namira, dan kendala dalam pengelolaan stress dan emosi diberikan kesempatan untuk mengikuti konseling individu/pribadi.

Sehingga para WBP dapat memahami masalah yang dialami dan berusaha mengelola emosi dan dampak trauma itu sebaik mungkin.

Senada, Dr Istiani dari Binus University menambahkan, selama enam bulan program tersebut berjalan di Lapas perempuan Kelas IIA Tangerang, pihaknya telah berhasil memberikan konseling baik secara individu maupun kelompok.

“Selama program ini berjalan, kami sudah memberikan konseling kepada 90 WBP di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang,” papar Istiani.

**Baca juga: Peran Ilmu Psikologi Binus Alam Sutera Dalam Program Pembinaan Mental WBP.

Dari 90 WBP yang telah mendapatkan konseling, 70 diantaranya konseling kelompok dan 20 diantaranya konseling pribadi. (fit)




Peran Ilmu Psikologi Binus Alam Sutera Dalam Program Pembinaan Mental WBP

kabar6.com

Kabar6-Universitas Bina Nusantara (Binus) Alam Sutera Tangerang membahas peran ilmu psikologi dalam program pembinaan mental di lembaga permasyarakatan oleh organisasi masyarakat sipil, di Ruang Auditorium Kampus Anggrek Binus University, Jumat (28/9/2018).

Kegiatan yang diinisiasi bersama The Foundation for International Human Rights Reporting Standards (FIHRRST) serta Yayasan Tifa ini diikuti ratusan mahasiswa semester 1 Jurusan Psikologi Binus University.

Bahasan ini dilakukan karena berakhirnya pelaksanaan program ‘Mendorong kemitraan public-privat melalui program inovatif rehabilitasi Warga Binaan Permasyarakatan (WBP) yang memiliki pengalaman traumatis dan kendala dalam pengelolaan stress serta emosi’ di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang.

“Program ini dilakukan dalam rangka mendukung perlindungan kelompok rentan dan marjinal,” kata Dr Istiani dihadapan media.

Dalam program yang telah dijalankan tersebut, Kata Istiani, para WBP yang mengalami stress dan kondisi emosi yang tidak stabil, dapat melakukan konseling baik secara pribadi maupun kelompok.

“Sehingga para WBP dapat memahami permasalahan yang dialami serta berusaha untuk mengelola emosi dan dampak trauma sebaik mungkin,” paparnya.

Selain itu, pihaknya juga memberikan beragam pelatihan seperti parenting skill, pelatihan interpersonal dan komunikasi efektif.

Istiani berharap, agar rangkaian kegiatan ini dapat memberikan solusi atas kendala psikologis dan sosial para WBP yang kerap kali menjadi hambatan dalam bersosialisasi di Lapas dan interaksi dengan sesame WBP.

**Baca juga:Camat Ciputat Timur Memasuki Purna Tugas.

Hasil dari berjalannya program tersebut, pihaknya berhasil merangkum metode baru dengan membuat buku panduan untuk petugas Lapas dan buku saku untuk WBP. “Dan kami sudah menyumbangkan 300 buku,” terangnya. (fit)