1

Usia Provinsi Banten 23 Tahun, 826 Ribu Warganya Hidup di Bawah Garis Kemiskinan

Kabar6-Provinsi Banten berusia 23 tahun pada 4 Oktober 2023 mendatang. Namun di usia yang relatif cukup dewasa itu ternyata Pemprov Banten masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah.

Banten melepaskan diri dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000, ternyata Pemprov Banten belum terlepas dari pengentasan kemiskinan, pengangguran terbuka hingga penanganan stunting.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 223, sebanyak 826,13 ribu orang dari 12 juta jiwa penduduk di Provinsi Banten hidup di bawah garis kemiskinan.

BPS juga mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Banten mencapai 486,35 ribu orang. Sedangkan untuk anak penderita stunting mencapai 20 persen.

Pj Gubernur Banten Al Muktabar tak menampik masih ada sejumlah permasalahan yang menjadi sorotan di usia Provinsi Banten ke 23 tahun.

Kata Al Muktabar, permasalahan kemiskinan, pengangguran, dan stunting menjadi persoalan penting yang harus segera ditangani.

“Bahwa ada kurangnya, iya. Nah itu yang harus kita giatkan terus seperti pengangguran, kemiskinan, stunting,” katanya belum lama ini.

**Baca Juga: Marak Produk Impor, Insinyur di Banten Diminta Berkontribusi Terhadap Ketahanan Pangan

Sedangkan untuk penanganan stunting, Al Muktabar menjelaskan, sudah menggandeng sejumlah pihak untuk bersama-sama mensosialisasikan hal tersebut.

“Angka stunting kita turun 2,5 persen, sehingga saat ini menjadi 20 persen. Nah, ini yang akan kita genjot terus penurunan stunting,” jelasnya.

Saat disinggung, soal ketimpangan pemerataan pembangunan antara Selatan dan Utara Provinsi Banten, Al Muktabar menampik hal tersebut.

Kata dia, Pemerintah Provinsi Banten sudah semaksimal mungkin membantu semua Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten.

“Kawasan Selatan kita juga sebagian, sudah ter-support oleh terbukanya akses tol Serang-Panimbang memungkinkan itu terbuka dengan berbagai aktivitas,” pungkasnya.(Aep)




Gugatan MK Terkait Batas Usia Calon Wakil Presiden

Oleh: Achmad Nur Hidayat, MPP (Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta dan CEO Narasi Institute)

Kabar6-Mahkamah Konstitusi (MK) tengah mengadakan sidang uji materi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) yang berkaitan dengan batas usia calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres).

Sidang ini berfokus pada sejumlah gugatan yang diajukan oleh berbagai pihak terkait batas usia minimal untuk menjadi capres-cawapres. Gugatan ini memicu perdebatan serius mengenai pentingnya mengkompromikan antara usia dan kemampuan dalam memimpin.

Pada sisi satu, ada argumen bahwa batas usia yang lebih rendah, khususnya 35 tahun, akan memberi peluang lebih besar kepada generasi muda untuk berkiprah dalam pemerintahan. Wakil Ketua Komisi III DPR, Habiburokhman, dalam persidangan, menyatakan bahwa banyak negara di dunia menerapkan batas usia minimal yang lebih rendah untuk calon pemimpin, seperti Amerika Serikat, Rusia, dan India.

Menurutnya, mengingat Indonesia sedang memasuki bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif yang besar, penting untuk memberi peluang pada generasi muda untuk berkontribusi dalam pembangunan negara.

Di sisi lain, argumen lainnya adalah bahwa penting untuk mempertimbangkan kemampuan dan pengalaman dalam memimpin. Meskipun usia tidak selalu menjadi indikator tunggal, batas usia tertentu diharapkan mencerminkan kedewasaan dan kesiapan seseorang dalam menjalankan tugas-tugas kenegaraan.

Staf Ahli Kemendagri Togap Simangunsong menyatakan bahwa UUD 1945 tidak menetapkan batasan usia minimum tertentu sebagai kriteria umum untuk jabatan pemerintahan, dan keputusan mengenai hal ini semestinya menjadi kewenangan pembentuk undang-undang.

Pendapat yang serupa juga diutarakan oleh Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Dia menyatakan bahwa apapun keputusan MK, apakah menghapus atau mempertahankan batas usia minimal, harus dihormati karena merupakan keputusan politik. Namun, dia juga mengingatkan bahwa keputusan ini seharusnya tetap menjadi kewenangan DPR.

Secara umum, diskusi mengenai batas usia calon presiden dan calon wakil presiden mencerminkan perdebatan yang lebih luas tentang bagaimana mencari keseimbangan antara memberi peluang pada generasi muda dan memastikan bahwa pemimpin memiliki kemampuan dan pengalaman yang diperlukan dalam menghadapi tantangan kompleks dalam pemerintahan.

Bagaimana MK akan mengambil keputusan dalam kasus ini akan mempengaruhi arah demokrasi dan kepemimpinan di Indonesia.

Perlu Partai yang Sehat

Batas usia menjadi perdebatan hangat dalam gugatan MK ini. Para pendukung penghapusan batasan usia berpendapat bahwa kemampuan seseorang bukanlah semata-mata ditentukan oleh usia. Mereka menunjukkan contoh pemimpin muda dari berbagai negara yang telah sukses memimpin dengan baik.

Namun, penentangan terhadap penghapusan batasan usia berpendapat bahwa usia masih memiliki relevansi dalam mengukur kedewasaan dan pengalaman seseorang, terutama dalam menghadapi tantangan kompleks di dunia politik dan kepemimpinan.

Gugatan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait batas usia calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) telah memicu perdebatan sengit di tengah masyarakat. Sejumlah pihak mendukung penghapusan batasan usia.

Sementara yang lain berpendapat bahwa pembatasan tersebut masih penting untuk menjaga kualitas kepemimpinan. Perdebatan ini memperlihatkan kompleksitas dalam menentukan kriteria yang tepat untuk pemimpin negara.

**Baca Juga: Partai Gelora & Gerindra Matangkan Deklarasi Prabowo sebagai Capres

Pentingnya Partai yang Sehat: Kaderisasi Kepemimpinan

Pembahasan mengenai batas usia capres dan cawapres juga mengungkap pentingnya peran partai politik dalam menghasilkan calon-calon potensial yang berkualitas. Partai politik yang sehat dan memiliki mekanisme kaderisasi kepemimpinan yang baik dapat menghasilkan calon-calon yang memenuhi syarat baik dari segi usia maupun kemampuan.

Di sisi lain, partai yang lemah dalam kaderisasi mungkin masih memerlukan pembatasan usia sebagai filter untuk menjaga kualitas calon-calon yang diusung.

Batas Usia Bisa Jadi Dihapus, Bila Partai Kuat Kaderisasi Kepemimpinan

Pertama, Batas usia capres dan cawapres dapat dihapus jika partai politik memiliki mekanisme kaderisasi kepemimpinan yang kuat dan mampu menghasilkan calon-calon yang berkualitas, terlepas dari usia.

Kedua, Pentingnya fokus pada kemampuan dan rekam jejak calon-calon, yang dapat diukur melalui pengalaman dan kualitas kepemimpinan yang telah ditunjukkan dalam skala yang lebih kecil, seperti kepemimpinan di daerah atau dalam partai.

Ketiga, Partai politik perlu lebih berinvestasi dalam pendidikan politik dan pelatihan kepemimpinan bagi kader-kader muda, sehingga mereka dapat bersaing secara sehat dalam ajang pemilihan.

Keempat, Masyarakat juga perlu mendorong partai politik untuk melibatkan kaum muda dalam proses pengambilan keputusan dan kepemimpinan partai, sehingga generasi muda memiliki peran yang lebih signifikan dalam membentuk masa depan politik.

Pembatasan Usia Penting Saat Demokrasi Rawan Dikuasai Partai Politik Rusak dan Oligarki

Kesimpulannya, perdebatan tentang batas usia capres dan cawapres menggambarkan dilema antara usia dan kemampuan sebagai parameter dalam memilih pemimpin negara. Penghapusan batasan usia mungkin dapat dipertimbangkan jika partai politik mampu secara efektif menerapkan kaderisasi kepemimpinan yang sehat.

Namun, pembatasan usia tetap menjadi penting saat demokrasi rawan dikuasai oleh partai politik yang rusak atau oligarki yang memanipulasi proses pemilihan demi kepentingan pribadi atau kelompok.

Dalam konteks ini, pembatasan usia dapat berfungsi sebagai alat untuk menjaga integritas dan kualitas pemimpin negara. Oleh karena itu, kemampuan partai politik dalam menjalankan kaderisasi kepemimpinan yang transparan dan efektif menjadi faktor kunci dalam memutuskan apakah batas usia capres dan cawapres perlu dihapus atau tetap dipertahankan.

Demokrasi berpotensi menjadi korban ketika batas usia untuk calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) menjadi penting. Sejumlah kepala daerah, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Partai Garuda, bersama dengan sejumlah warga negara, menggugat batasan usia 40 tahun yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Sidang uji materi yang diadakan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) memberi panggung bagi perdebatan ini, menimbulkan pertanyaan tentang kriteria dan batasan usia yang relevan untuk pemimpin negara.

Dalam sidang tersebut, Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, menyatakan pentingnya batasan usia minimal untuk capres-cawapres guna memastikan pemimpin yang bijak dan berkualitas. Habiburokhman mengungkapkan bahwa batasan usia juga berfungsi sebagai parameter untuk menentukan seseorang yang memiliki kapasitas dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk tugas tersebut.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indonesia saat ini memasuki masa bonus demografi, di mana penduduk usia produktif memiliki potensi untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional. Ini memberikan peluang kepada generasi muda untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin, termasuk capres dan cawapres.

Namun, gugatan dari berbagai pihak menyoroti perdebatan tentang batasan usia. PSI, Partai Garuda, dan sejumlah kepala daerah berpendapat bahwa batasan usia 40 tahun terlalu tinggi dan membatasi peluang bagi pemimpin muda yang memiliki kualifikasi dan pengalaman.

Mereka mengacu pada contoh internasional di mana beberapa negara telah mengizinkan pemimpin yang berusia di bawah 40 tahun untuk menjabat.

Terkait dengan perbandingan internasional, Togap Simangunsong, Staf Ahli Kemendagri, menunjukkan bahwa banyak negara menerapkan batasan usia minimal capres-cawapres sekitar 35 tahun.

Menurutnya, UUD 1945 tidak menetapkan batasan usia tertentu untuk jabatan pemerintahan, dan hal ini diberikan kepada pembentuk undang-undang. Togap berpendapat bahwa batasan usia adalah kebijakan yang dapat berubah sesuai kebutuhan perkembangan negara.

Sementara itu, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, mengomentari gugatan tersebut. Dia menekankan bahwa keputusan MK akan memberi harapan pada kaum muda untuk berpartisipasi dalam politik. Namun, Cak Imin juga mengingatkan bahwa ini adalah keputusan politik yang sebaiknya diserahkan kepada lembaga yang berwenang, yaitu DPR.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah batasan usia capres-cawapres harus tetap pada 40 tahun atau dapat dikurangi menjadi 35 tahun. Diskusi ini memunculkan isu demokrasi yang rawan dikuasai oleh partai politik rusak dan oligarki.

Sementara beberapa menganggap batasan usia yang lebih rendah akan membuka peluang bagi generasi muda yang berkualitas, yang lain mungkin khawatir bahwa mengurangi batasan usia dapat mengakibatkan kebijakan yang tidak berpengalaman dan tidak matang.

Mahkamah Konstitusi akan memiliki tugas berat untuk memutuskan kesesuaian dan implikasi dari batasan usia capres-cawapres ini terhadap demokrasi dan masa depan bangsa.

Rekomendasi

Pertama, Batas Usia Bisa Jadi Dihapus, Bila Partai Kuat Kaderisasi Kepemimpinan: Diperlukan perbaikan dan penguatan mekanisme kaderisasi dalam partai politik sebagai langkah awal.Partai harus berinvestasi lebih banyak dalam pendidikan politik dan pelatihan kepemimpinan bagi anggota muda.

Penekanan pada rekam jejak, pengalaman, dan kemampuan calon-calon untuk mengukur kelayakan mereka secara lebih holistik.
Perlu memastikan proses kaderisasi transparan dan adil untuk menghasilkan pemimpin yang berkualitas, terlepas dari usia.

Kedua, Bila Partai Masih Lemah Seperti Sekarang, Pembatasan Masih Diperlukan: Perlu fokus pada perbaikan dan penguatan partai politik dalam hal kaderisasi kepemimpinan.Jika partai masih lemah dalam menghasilkan calon-calon yang berkualitas.

pembatasan usia bisa tetap menjadi alat untuk menjaga kualitas pemimpin negara.Proses seleksi dan persiapan calon-calon perlu diarahkan pada meningkatkan kualitas kepemimpinan di partai.

Ketiga, Pembatasan Usia Menjadi Penting Saat Demokrasi Rawan Dikuasai Partai Politik Rusak dan Oligarki: Kewaspadaan terhadap ancaman oligarki dalam proses pemilihan perlu ditingkatkan.Demokrasi yang rusak dan dikuasai oleh partai politik yang tidak transparan dapat mengakibatkan manipulasi proses pemilihan.

Pembatasan usia dapat menjadi salah satu alat untuk menghindari kemungkinan pemimpin yang tidak berpengalaman dan tidak matang mengambil alih kekuasaan dalam situasi yang rawan.

Rekomendasi-rekomendasi di atas dapat membantu mengarahkan perdebatan dan kebijakan terkait batas usia calon wakil presiden secara lebih bijaksana dan seimbang, dengan mempertimbangkan kondisi aktual partai politik dan ancaman terhadap integritas demokrasi.(*/Red)




Usia RSUD Adjidarmo 71 Tahun, Mutu Pelayanannya Harus Ditingkatkan

Kabar6-Tepat 2 Mei 2023, usia RSUD dr. Adjidarmo Rangkasbitung, Kabupaten Lebak berusia 71 tahun. Berbagai kegiatan seperti bakti sosial dan perlombaan digelar untuk memeriahkan.

Di usia yang tidak muda, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya berharap, RSUD Adjidarmo dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

“Dalam memberikan pelayanan yang paripurna, maka perlu dibangun kekompakan dan komitmen di internal RSUD,” ujar Iti saat peringatan HUT RSUD Adjidarmo, di Aula Multatuli Gedung Setda Lebak, Rabu (17/5/2023).

Iti mendorong agar RSUD bertransformasi meningkatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ini tidak lain bertujuan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang sedang menjalani perawatan maupun yang berkunjung.

**Baca Juga: Disperindagkop UKM Kota Tangerang Buka Pendaftaran Merek Gratis untuk Pelaku Usaha

“Tetapi yang terpenting adalah tetap kompak dan solid, bangun komunikasi yang baik di dalam internal rumah sakit, samakan persepsi dan perkuat komitmen untuk melayani masyarakat,” pesan Iti.

Sementara itu, Direktur RSUD Adjidarmo, dr. Budhi Mulyanto berharap, melalui momentum peringatan ulang tahun, RSUD dapat bertransformasi meningkatkan mutu layanan dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.

“Semoga RSUD dr. Adjidarmo dapat menjadi pilihan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kesehatan, baik bagi masyarakat Lebak ataupun luar Lebak. Mohon doanya juga semoga kami dapat bertransformasi dalam peningkatan mutu layanan karena rumah sakit ini milik kita bersama,” katanya.(Nda)




Waktu Tidur Ideal Seseorang Berdasarkan Usianya

Kabar6-Selain sebagai salah satu kebutuhan, tidur pada manusia berfungsi untuk mengumpulkan energi yang telah hilang, dan membantu tubuh membangun sistem kekebalannya. Ketika kebutuhan tidur ini tidak tercukupi, seseorang dapat kekurangan energi dan gampang sakit.

Jumlah tidur yang dibutuhkan seseorang tergantung pada sejumlah faktor, salah satu yang utama adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka jam tidur yang dibutuhkan pun semakin berkurang.

Namun, tetap saja ada beberapa kondisi yang membuat seseorang perlu mendapatkan waktu tidur lebih. Melansir halodoc, berikut waktu tidur ideal seseorang berdasarkan kelompok usia:

1. Bayi baru lahir
Bayi baru lahir yang berusia 0-3 bulan umumnya membutuhkan waktu tidur sebanyak 14-17 jam setiap hari

2. Bayi
Sedangkan bayi yang telah menginjak usia 4-11 bulan, rentang tidurnya bertambah dua jam menjadi 12-15 jam

3. Balita
Untuk balita berusia 1-2 tahun, jarak tidurnya diperlebar satu jam menjadi 11-14 jam

4. Anak-anak prasekolah
Anak-anak pra sekolah yang berusia 3-5 tahun normalnya memerlukan waktu tidur sebanyak 10-13 jam

5. Anak usia sekolah
Bagi anak yang telah memasuki usia sekolah, yaitu 6-13 tahun, membutuhkan tidur selama 9-11 jam

6. Remaja
Untuk remaja yang berusia 14-17 tahun umumnya membutuhkan waktu tidur sebanyak 8-10 jam saja.

7. Dewasa muda
Sedangkan untuk orang dewasa muda berusia 18-25 tahun normalnya hanya membutuhkan waktu tidur selama 7-9 jam.

8. Dewasa
Sama seperti orang dewasa muda, orang dewasa dengan kelompok usia 26-64 tahun membutuhkan waktu tidur 7-9 jam saja.

9. Lansia
Bagi lansia di atas 65 tahun, normalnya membutuhkan waktu tidur selama 7-8 jam saja. ** Baca juga: Hati-hati, Salah Pilih Jenis Diet Bisa Berakibat Buruk Bagi Tubuh

Yuk, sesuaikan waktu tidur dengan usia Anda agar manfaatnya menjadi maksimal.(ilj/bbs)




Perhatikan Waktu Tidur yang Tepat Berdasarkan Usia

Kabar6-Tidur cukup sekalgus berkualitas memang menjadi keinginan banyak orang, terutama bagi mereka yang menderita insomnia. Sebagian besar ahli memberi rekomendasi lama waktu tidur untuk orang dewasa minimal tujuh jam setiap malam.

Jumlah atau waktu lama untuk tidur yang teratur harus tepat untuk mencegah risiko masalah kesehatan. Terutama, jika Anda memang suka tidur larut, atau pun kerja lembur.

Untuk itu mencegah risiko kesehatan karena waktu tidur yang tidak cukup, melansir Healthline, National Sleep Foundation membagi menjadi sembilan kelompok usia dengan rata-rata kebutuhan lama waktu tidur. Begini pengelompokkannya:

1. Bayi yang baru lahir (0-3 bulan): 14-17 jam per hari
2. Bayi (4-11 bulan): 12 – 15 jam per hari
3. Balita (1-2 tahun): 11-14 jam per hari
4. Anak pra-sekolah (3-5 tahun): 10-13 jam per hari
5. Anak usia sekolah (6-13 tahun): 9-11 jam per hari
6. Remaja (14-17 tahun): 8-10 jam per hari
7. Orang dewasa muda (18-25 tahun): 7-9 jam per hari
8. Dewasa (26-64 tahun): 7-9 jam per hari
9. Orang dewasa yang lebih tua (di atas 65 tahun): 7-8 jam per hari

Rekomendasi lama waktu tidur dari National Sleep Foundation ini berfungsi sebagai pedoman umum untuk mengetahui berapa banyak tidur yang dibutuhkan anak-anak dan orang dewasa. ** Baca juga: Demi Kesehatan, Tidak Disarankan Mengisi Ulang Botol Air Minum Tanpa Dicuci Lagi

Sedangkan jumlah tidur ideal untuk tiap-tiap orang bisa bervariasi.(ilj/bbs)




Penelitian Temukan, Keluhan Migrain Berkurang Seiring Bertambahnya Usia

Kabar6-Penelitian di Swedia menemukan, seiring dengan semakin bertambahnya usiaa, gejala migrain yang sering Anda alami pun akan berkurang. Serangan migrain menjadi lebih jarang, lebih singkat, dan tidak terlalu nyeri.

Pada penelitian ini, melansir dokter.id, para peneliti mengamati secara acak 374 penderita migrain, yang terdiri dari 200 wanita dan 174 pria, berusia rata-rata 55 tahun. Pengamatan berlangsung selama 12 tahun, yaitu dari 1994 hingga 2006.

Saat awal penelitian, para penderita mengalami sekira 1-6 kali serangan migrain setiap bulannya. Pada 2005 dan 2006, para peneliti menelepon setiap penderita yang diamati dan menanyakan bagaimana keadaan migrain mereka sekarang ini.

Dalam waktu 12 tahun pengamatan, para peneliti menemukan bahwa sekira 30 perseb (110 orang) penderita tidak lagi mengalami serangan migrain. Sekira 91 persen dari 110 orang ini tidak lagi mengalami serangan migrain dalam waktu dua tahun terakhir.

Di antara 264 orang lainnya yang tetap mengalami serangan migrain, para peneliti menemukan bahwa serangan migrain lebih jarang terjadi, lebih singkat, dan dengan gejala yang lebih ringan.

Sekira 80 persen orang di antaranya mengatakan bahwa mereka mengalami perubahan frekuensi serangan migrain, yaitu 80 persen di antaranya mengatakan bahwa serangan migrain menjadi lebih jarang, dan 20 persen di antaranya mengatakan bahwa serangan migrain menjadi lebih sering.

Sebanyak 55 persen dari 264 orang mengatakan, mereka mengalami perubahan dalam lama serangan migrain berlangsung. Sekira 66 persen dari mereka mengatakan, serangan migrain berlangsung lebih singkat dan 34 persen lainnya mengatakan bahwa serangan migrain berlangsung lebih lama.

Kemudian, 66 persen dari 264 orang tersebut mengatakan, intensitas serangan migrain yang mereka alami mengalami perubahan, yaitu 83 persen di antaranya hanya mengalami nyeri ringan dan 17 persen sisanya mengalami nyeri yang lebih berat.

Dan hanya sekira 1,6 persen (enam orang) yang mengalami migrain kronik, yaitu serangan migrain yang berlangsung selama lebih dari 15 hari dalam satu bulan.

Namun para peneliti tidak mengetahui siapa yang akan mengalami kesembuhan. Mereka menduga, faktor genetika mungkin turut berperan, terutama pada wanita. Penelitian ini menunjukkan, penderita wanita yang memiliki anggota keluarga lain yang juga mengalami migrain akan terus mengalami serangan migrain.

Terapi sedini mungkin dapat membantu membuat serangan migrain menjadi lebih jarang, lebih singkat, dan tidak terlalu berat. Selain itu, terapi dini juga dapat menurunkan risiko terjadinya migrain kronik.

Tetapi perlu diingat, tidak semua penderita migrain akan mengalami perbaikan gejala seiring dengan semakin bertambahnya usia mereka. Beberapa penderita mungkin akan terus mengalami serangan migrain seumur hidupnya. ** Baca juga: Benarkah Kosmetik Bisa Sebabkan Migrain?

Selain itu, penderita migrain juga perlu memperhatikan beberapa hal lainnya yang juga dapat mempengaruhi serangan migrain seperti menjaga berat badan tetap sehat, menghindari penggunaan obat sakit kepala dan kafein secara berlebihan, dan mengatasi berbagai gangguan tidur.(ilj/bbs)




Lewat Usia 70 Tahun Pria Jadi Lebih Pemarah?

Kabar6-Sebuah penelitian mengungkapkan, para pria merasa bahwa kebahagiaan mereka mulai menurun saat berusia sekira 70 tahun. Hal ini membuat pria menjadi lebih pemarah.

Penelitian juga menemukan suatu terobosan baru mengenai mengapa para pria, yang berusia di antara 53-85 tahun merasa kehidupannya lebih baik saat memasuki usia 50 tahun, tetapi kemudian mulai merasa kurang bahagia saat berusia sekira 70 tahun.

Saat Anda berusia 50 tahun, kesibukan biasanya sudah mulai berkurang, dan telah dapat bereaksi lebih baik terhadap berbagai persoalan, dibandingkan saat Anda masih lebih muda dulu.

Namun, melansir Foxnews, setelah beberapa dekade berlalu, berbagai masalah baru pun mulai timbul, misalnya berbagai gangguan kesehatan yang mungkin dialami seiring bertambahnya usia, dan membuat Anda merasa tidak sebahagia dan sebebas sebelumnya.

Selain gangguan kesehatan, kematian anggota keluarga atau teman atau orang dekat lainnya serta penurunan kemampuan mental seperti gangguan daya ingat atau kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah juga dapat menyebabkan kebahagiaan seorang pria berkurang.

Anda pun tidak lagi sekuat dulu, yang mungkin membuat Anda lebih banyak bergantung pada orang lain atau tidak lagi dapat melakukan berbagai hal yang disukai. ** Baca juga: 5 Hal Tentang Lemak yang Perlu Anda Ketahui

Tetapi ada satu hal yang perlu diingat, walaupun mengalami berbagai hal yang kurang menyenangkan akhir-akhir ini, Anda dapat melihat kelahiran beberapa cucu, bagaimana lucunya dan bagaimana perkembangan mereka.

Hal ini tentunya dapat membawa kebahagiaan tersendiri bagi dan membuat Anda lebih bersyukur dengan kehidupan.(ilj/bbs)




Kenali Apa itu Metabolisme Tubuh

Kabar6-Metabolisme berhubungan dengan segala sesuatu yang dilakukan oleh tubuh, bagaimana organ tubuh melaksanakan fungsinya dengan tepat, proses perbaikan sel, pencernaan makanan dan pernapasan.

Merupakan istilah teknis yang digunakan saat menjelaskan semua reaksi biokimia dan hormonal dalam tubuh yang menjaga organ-organ tubuh dan sel-sel dapat bekerja secara optimal.

Lantas, apa saja hal-hal yang menentukan metabolisme? Melansir newhealthguide, salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi metabolisme seseorang adalah usia. Metabolisme seseorang menurun seiring dengan pertambahan usia. Metabolisme akan menurun sekira lima persen setiap 10 tahun, setelah usia 40 tahun. Hal ini disebabkan karena kita cenderung mengalami kehilangan massa otot.

Metabolisme juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pria memiliki massa otot yang lebih banyak dibandingkan wanita, sehingga membakar kalori lebih cepat. Wanita saat sudah melahirkan biasanya akan mengalami penurunan metabolisme.

Hal lain, keturunan juga mempengaruhi tingkat metabolisme seseorang. Apabila Anda memiliki keluarga yang kurus kemungkinan mempunyai tingkat metabolisme yang sama dengan keluarga. ** Baca juga: Benarkah Gula dari Buah Lebih Sehat?

Kemudian berat badan. Ternyata, seseorang yang bertubuh lebih besar memiliki lebih banyak massa otot, dan akan membakar lebih banyak kalori dibanding orang kurus. Hal ini dikarenakan mereka membutuhkan lebih banyak energi untuk bergerak.(ilj/bbs)




Lakukan Pola Makan Sesuai Usia

Kabar6-Seiring pertambahan usia, akan terjadi banyak perubahan pada tubuh, mulai dari kulit yang mengendur, lutut semakin melemah, dan rambut mulai beruban. Pada dasarnya, hal ini merupakan cara tubuh memberitahu kondisi tubuh kita yang sesungguhnya.

Di sisi lain, banyak orang yang mencoba agar tetap awet muda dengan melakukan berbagai hal seperti melakukan botox, transplantasi rambut bahkan sampai operasi. Cara-cara tersebut memang ampuh untuk membuat penampilan Anda terlihat lebih muda dari luar. Namun, apakah Anda juga ingin lebih muda dari dalam?

Agar tetap awet muda dari luar dan dalam, melansir Idiva, Anda harus melakukan diet atau pola makanan sehat yang sesuai dengan usia. Hal ini berguna untuk menjaga fisik dan pikiran tetap sehat dan sesuai dengan usia Anda, bahkan mungkin lebih muda dari usia yang sesungguhnya. Ini pola makan yang sesuai usia:

1. Wanita 30 tahun
Biasanya menginjak usia 30 tahun, merupakan mimpi buruk untuk setiap wanita muda. Mereka mulai khawatir dengan perubahan kulit, rambut dan biasanya terjadi penambahan berat badan.

Untuk menghindari hal ini biasanya mereka akan mulai melakukan diet ketat yang justru berbahaya. Apabila Anda memang ingin menurunkan berat badan, jauh lebih baik Anda beralih ke diet kaya protein dibanding hanya makan sayuran pada saat sarapan, makan siang dan makan malam.

Selain itu, olahraga teratur dan menghindari konsumsi alkohol akan membantu meningkatkan metabolisme tubuh. Konsumsi sayuran adalah hal yang baik, namun apabila hanya konsumsi sayuran maka kebutuhan gizi lain tidak akan terpenuhi. Sebaiknya Anda menghindari lemak jenuh yang banyak terdapat pada mentega dan keju.

2. Wanita 40 tahun
Usia 40 tahun merupakan masa di mana terjadi perubahan emosi besar-besaran yang dialami wanita. Saat ini adalah periode menjelang menopause.

Pada usia ini disarankan untuk banyak konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan kacang-kacangan. Hindari konsumsi lemak jenuh dan minuman berkarbonasi.

3. Wanita 50 tahun
Radang sendi adalah masalah yang paling sering dialami oleh wanita usia 50 tahun. Untuk membantu menangani masalah radang sendi adalah dengan konsumsi asam lemak omega-3 yang banyak terdapat dalam ikan salmon, dan kacang mede.

Selain itu juga konsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C dan makanan yang mengandung zat besi. Minum teh hijau atau teh hitam juga akan membantu.

4. Wanita usia 60 tahun
Masalah utama yang dihadapi wanita usia 60 tahun adalah pergeseran tulang panggul, patah tulang, darah tinggi dan gangguan tiroid. Perbanyak konsumsi asam lemak omega-3 dari ikan salmon.

Banyak konsumsi buah-buahan dan sayuran, biji-bijian, protein tanpa lemak dan produk susu bebas lemak. Jalankan juga diet rendah lemak dan tinggi serat. ** Baca juga: Apa Sebab Tubuh Bisa Merinding?

Beda usia memang beda pola dietnya. Ya, pola diet yang seimbang dan sesuai dengan kebutuham tubuh akan membantu menjaga kesehatan Anda.(ilj/bbs)




Perhatikan Lagi Makanan yang Dikonsumsi Saat Usia Bertambah

Kabar6-Seiring bertambahnya usia, menjadi sangat penting untuk berhati-hati dengan apa yang Anda makan. Artinya, Anda harus memastikan mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi, termasuk menambahkan suplemen apabila memang diperlukan.

Hal itu merupakan cara sederhana sekaligus memastikan Anda tetap sehat sepanjang hidup. Untuk mengetahui bahwa Anda memasok nutrisi yang tepat, melansir Sindonews, ada beberapa cara perubahan persyaratan tubuh seiring bertambahnya usia. Apa sajakah itu?

1. Perhatikan kebutuhan kalori
Jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh Anda tergantung pada tinggi badan, berat badan, massa otot, dan tingkat aktivitas Anda di antara banyak faktor lain.

Seiring bertambahnya usia, Anda mungkin membutuhkan kalori jauh lebih sedikit untuk mempertahankan berat badan, karena Anda cenderung berolahraga lebih sedikit dan juga memiliki lebih sedikit otot untuk dibawa.

Jika tidak mengurangi asupan kalori, Anda akan menambah berat badan dengan cepat, sebagian besar di sekitar perut. Namun, kalori yang lebih rendah tidak berarti Anda kompromi pada asupan gizi.

Mungkin saja Anda benar-benar membutuhkan asupan nutrisi yang lebih tinggi seiring bertambahnya usia. Anda perlu memastikan bahwa seluruh makanan seperti buah-buahan, sayuran, dan daging tanpa lemak merupakan bagian integral dari diet. Nutrisi seperti vitamin D, vitamin B12, kalsium dan protein sangat penting bagi tubuh.

Tambahkan protein ke dalam diet Anda Seiring bertambahnya usia, adalah hal yang umum untuk kehilangan otot dan kekuatan. Studi menunjukkan, rata-rata orang dewasa kehilangan 3-8 persen dari massa otot mereka setiap dekade setelah mencapai 30. Ini juga dikenal sebagai sarkopenia dan penyebab utama kelemahan serta patah tulang pada orang tua.

Meningkatkan asupan protein dapat membantu Anda melawan ini. Ini memperlambat tingkat kehilangan otot dan meningkatkan massa. Protein juga membantu Anda membangun lebih banyak otot. Anda juga harus memperhatikan kombinasi diet kaya protein dengan beberapa latihan resistensi untuk melawan kehilangan otot secara lebih efektif.

2. Tingkatkan asupan serat
Konstipasi adalah masalah kesehatan yang umum di antara lanjut usia, terutama setelah Anda berusia 65 tahun. Pada usia ini, orang kurang bergerak atau sedang dalam pengobatan yang memiliki konstipasi sebagai efek samping utama.

Satu-satunya cara untuk meredakan ini adalah dengan meningkatkan asupan serat dalam makanan Anda. Serat membantu menjaga pergerakan usus teratur. Diet tinggi serat juga mencegah penyakit divertikular yang menyebabkan kantong kecil terbentuk di sepanjang usus besar yang kemudian dapat terinfeksi dan meradang.

3. Kalsium dan vitamin D
Kalsium dan vitamin D adalah dua nutrisi terpenting untuk menjaga kesehatan tulang. Kalsium penting untuk tulang dan vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium.

Namun, penyerapan kalsium dari makanan lebih lambat pada orang usia lanjut. Ini kemungkinan disebabkan oleh kekurangan vitamin D. Tubuh Anda dapat menghasilkan vitamin D dari kolesterol di dalam tubuh ketika berada di bawah sinar matahari.

Seiring bertambahnya usia, kulit menjadi lebih tipis yang mengurangi kemampuan untuk membentuk Vitamin D. Tidak mendapatkan cukup kalsium atau vitamin D dapat menyebabkan keropos tulang dan meningkatkan risiko patah tulang. ** Baca juga: Minimalisir Migrain dengan 4 ‘Obat’ Alami Ini

Produk-produk susu dan sayuran berdaun hijau adalah sumber kalsium terbaik, sedangkan vitamin D banyak ditemukan pada ikan seperti salmon dan herring.(ilj/bbs)