1

Inovatif, Seorang Pria India Kirim Resume dalam Kotak Kue Kering untuk Lamar Kerja

Kabar6-Seorang pria di India melakukan hal unik yang disebut sebagai ide inovatif, yaitu mengirimkan resume miliknya di dalam sekotak kue kering saat melamar pekerjaan, ke berbagai perusahaan rintisan atau Startup di Bengaluru.

Pria tadi menyamar sebagai pengantar makanan lalu memberikan pesan di dalam kotaknya. Melansir Timesnownews, aksi tersebut diketahui dari unggahan akun Twitter bernama Aman Khandelwal, yang mengunggah foto dan menggunakan kaus merah sebagai pekerja pengiriman Zomato. “Berpakaian sebagai pengantar @zomato, saya mengirimkan resume saya dalam kotak kue. Mengirimkannya ke sekelompok startup di Bengaluru. Apakah ini momen @peakbengaluru,” demikian tulis Khandelwal sebagai keterangan postingan.

Khandelwal menuliskan pesan yang ditujukan kepada para perekrut, ” Sebagian besar resume berakhir di tempat sampah. Tapi milikku di perutmu,” tulisnya. ** Baca juga: Hilang di Pantai 13 Tahun Lalu, Pria Australia Temukan Kembali Cincinnya yang Hilang

Pria itu diketahui sedang mencari pekerjaan sebagai trainee manajemen. Namun, penyamarannya sebagai pekerja pengiriman Zomato membuat banyak warganet mempertanyakan standar keamanan.

“Apakah hanya saya yang merasa ini benar-benar ngeri dan gila? Apakah semudah itu menyamar sebagai pengantar barang dari Zomato/Swiggy? Bayangkan implikasi keamanannya di sini,” tulis seorang warganet.

“Intinya bukan karena dia pergi untuk memulai dan tidak ada keamanan di sana. Kurangnya keamanan bukanlah alasan yang sah bagi siapa pun untuk menyalahgunakan. Fakta bahwa ini dapat direplikasi dan melanggar rasa privasi dan keamanan yang melekat adalah intinya, ” komentar lainnya.

Pihak Zomato sendiri belum mengomentari insiden tersebut. Namun, sebuah cuitan lama di Twitter oleh Dunzo mengungkapkan bahwa Khandelwad telah melakukan hal ini sebelumnya.

Pengguna Twitter lainnya menunjukkan bahwa aksi seperti ini bukan yang pertama, sebelumnya seseorang dari Amerika Serikat (AS) melakukan hal yang sama dengan makanan donat di AS.(ilj/bbs)




Dunia Khawatir Cara AS Tangani Runtuhnya Silicon Valley Bank

Dunia Khawatir Cara AS Menangani Runtuhnya Silicon Valley Bank

Oleh Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik

Kabar6-Silicon Valley Bank (SVB) secara tiba-tiba dinyatakan ditutup oleh regulator AS pada Jumat 10/03/2023 kemarin. Langkah tersebut merupakan kelanjutan dari peristiwa ramainya deposan menarik uang mereka di tengah kekhawatiran atas kesehatan keuangan bank.

Penutupan tersebut diikuti pengumuman dari Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), lembaga seperti LPS di Indonesia, yang menyatakan bahwa FDIC telah mengambil kendali atas simpanan pemberi pinjaman dan mentransfer aset ke entitas yang baru dibuat, Deposit Insurance Bank of Santa Clara.

FDIC mengatakan kantor SVB akan dibuka kembali pada hari Senin ini sehingga nasabah yang dananya diasuransikan dapat menarik simpanan. Namun, ternyata ada 89% simpanan bank yang tidak diasuransikan. Ini berarti ada miliaran dolar sekarang yang tidak dapat diambil oleh nasabah.

Regulator meminta Manajemen SVB melakukan langkah bail in yaitu meminta pemilik SVB mencari modal dari bank lain untuk bergabung dengan SVB untuk mengamankan simpanan masyarakat tanpa jaminan tersebut.

Penyebab Runtuhnya SVB
Sebelum ditutup pada Jumat 10/3, selama 1 pekan sebelumnya SVB mengumumkan bahwa mereka telah kehilangan $1,8 miliar pada penjualan aset yang dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan modal untuk mengimbangi arus keluar deposito, dan berencana untuk menjual sekitar $2,25 miliar saham baru.

Pengumuman itu telah memicu lebih banyak penarikan dari nasabah. Akibatnya, saham bank anjlok 60% pada hari Kamis, dan 60% lainnya dalam perdagangan premarket pada hari Jumat.

FDIC terpaksa campur tangan dan menghentikan penjualan karena para deposan menarik uang mereka dengan terburu-buru sehingga kebangkrutan bank menjadi tidak terhindarkan.

Ada dua penyebab utama, runtuhnya SVB yang pertama adalah kesalahan fatal dari manajemen SVB Bank dan kedua adalah SVB terlalu fokus pada perusahaan rintisan.

Manajemen SVB membuat kesalahan mendasar
Manajemen SVB menginvestasikan deposito jangka pendek dalam aset jangka panjang dengan suku bunga tetap. Setelah itu suku bunga jangka pendek naik dan bank gagal pun terjadi.

SVB Terlalu Fokus Financing Teknologi dan Startup
SVB merupakan Bank yang fokus kepada pembiayaan perusahaan teknologi dan start-up. Bank ini memiliki aset sekitar $209 miliar dan deposito $175,4 miliar dan dinyatakan sebagai bank peringkat ke-16 sebagai pemberi pinjaman AS terbesar pada 2022 lalu.

SVB dikabarkan mengalami tekanan hebat karena kekhawatiran resesi, suku bunga yang lebih tinggi, dan perlambatan pasar untuk penawaran umum perdana. Faktor-faktor ini mempersulit start-up untuk mengumpulkan uang tambahan dan membuat nasabah menarik simpanan mereka di SVB.

FDIC mengatakan kantor SVB akan dibuka kembali pada hari Senin sehingga deposan yang diasuransikan dapat menarik simpanan. Namun, menurut regulator, 89% simpanan bank tidak diasuransikan, yang berarti miliaran dolar sekarang mungkin terdampar. Menurut sumber Reuters, agensi saat ini sedang mencari bank lain untuk bergabung dengan SVB untuk mengamankan simpanan tanpa jaminan.

Kehancuran SVB mengguncang Industri Teknologi Start Up
Runtuhnya Bank yang berfokus pada teknologi dan start up menjadi bahan pembicaraan di media sosial. Angel Investor seperi SVB kemarin dipuji karena peranannya dalam mengembangkan perusahaan startup teknologi di AS dan Dunia. Namun pekan ini pujian tersebut runtuh dan masa depan teknologi start up mengalami nasib diujung tanduk.

Kegagalan SVB dianggap sebagai keruntuhan terbesar dalam sistem perbankan AS melalui kanal Mutual Fund. Pembiayaan mengunakan Mutual Fund banyak digunakan untuk pengembangan start up namun kini Mutual Fund diprediksi menjadi sumber krisis baru di sektor keuangan sejak krisis keuangan 2008 lalu.

Runtuhnya SVB telah mengirimkan gelombang tsunami melalui pasar saham Eropa dan Asia, yang anjlok pada hari Jumat karena investor mulai melepas saham bank AS karena masalah likuiditas tersebut.

Kritik Cara Penanganan Bank Gagal SVB
Banyak analis keuangan berpendapat bahwa cara otoritas keuangan AS dalam menyelamatkan bank gagal SVB dinilai tidak tepat. Otoritas keuangan sengaja membiarkan SVB runtuh karena otoritas tidak melakukan Bail Out dan tidak memberikan jaminan kepada dana nasabah yang tidak terasuransikan.

Cara penanganan bank gagal SVB oleh otoritas keuangan AS seperti itu akan menyebabkan dampak buruk yang lebih besar baik di AS maupun di Dunia. Ada konsekuensi mengerikan yang akan dihadapi sektor perbankan setelah ledakan Silicon Valley Bank (SVB). Dampak sistemik akan bermunculan seperti krisis ekonomi yang lebih luas di AS dan Di Dunia.

Cara penanganan bank gagal terhadap SVB termasuk tidak lazim di AS. Otoritas keuangan AS biasanya rutin melakukan bail out terhadap bank gagal seperti yang diakukan pada krisis keuangan 2008 lalu. Mereka menerapkan the lender of last resort dimana regulator kerap melakukan bail out dan menjamin semua uang nasabah yang ditempatkan pada bank gagal bayar tersebut.

Di Indonesia, kita mengenal Bank Century yang dibail out oleh otoritas keuangan Indonesia dan akhirnya diselamatkan menjadi bank entitas baru bernama J Trust Bank.

**Baca Juga: Pemeriksaan Menkominfo di Kejagung, Jokowi : Kita Hormati Proses Hukum

Permainan Berubah Dan Konsekuensinya
Apa yang terjadi pada SVB yang dibiarkan runtuh adalah satu sinyal bahwa permainan penyelamatan bank sudah berubah. Dulu dikenal istilah penyelamatan menggunakan konsep bail out, namun kini penyelamatan menggunakan konsep bail in dimana pemilik bank yang harus bertanggungjawab dalam menyelamatkan bank sendiri. Tidak ada lagi uang publik untuk menyelematkan para pemilik bank.

Perubahan tersebut dampak dari tekanan publik dan para tax payers yang tidak terima pajaknya digunakan untuk mengkompensasi kesalahan para oligarki perbankan seperti sebelumnya. Pelajaran dari krisis keuangan 2008 lalu.

Namun perubahan permainan “bail in” terhadap SVB punya konsekuensi serius di masa depan dan dapat menyebabkan kehancuran perbankan yang besar.

Setelah kejadian runtuhnya SVB, Dunia kini menyadari apa artinya simpanan nasabah yang tidak diasuransikan. Pelajaran dari SVB, menyebabkan para nasabah yang memiliki simpanan nasabah yang tidak diasuransikan segera menarik dananya di sejumlah bank lainnya.

Efek penarikan dana yang masif tersebut akan menyebakan runtuhnya bank-bank serupa SVB yang khususnya jenis bank yang menggunakan skema mutual fund dalam pembiayaan perusahaan start up.

Third round effect yang mungkin dapat terjadi dari runtuhnya SVB adalah tutupnya banyak perusahaan start up diseluruh dunia. Mereka ada ribuan usaha yang dikenal sebagai entitas bisnis yang paling cepat dan paling inovatif di dunia. Kekurangan modal terhadap perusahaan start up akan menyebabkan perusahan tersebut akan gagal melakukan penggajian di masa depan.

Four round effect lain akan terjadi manakala setelah SVB, banyak bank lain runtuh khususnya mereka yang bergerak membiayaan start up, maka keruntuhan bank akan segera menyebar ke seluruh nadi keuangan dunia dan memunculkan krisis keuangan baru di tahun 2023. Ini adalah pengulangan siklus 15 tahunan dari krisis keuangan 2008 sebelummnya.

Semoga efek runtuhnya SVB tidak menyebabkan “goncangan besar” bagi dunia keuangan di Indonesia, meski sebenarnya banyak lembaga keuangan baik BUMN maupun swasta yang melakukan skema mutual fund yang sama untuk membiayai start up di Indonesia.

Meski demikian, otoritas keuangan Indonesia harus berhati-hati mencermati dampak runtuhnya SVB terhadap sektor keuangan Indonesia. Paling tidak dengan melakukan update pengawasan terbaru sehingga pantauan risiko sistem perbankan menjadi efektif.

Patut diingat bahwa bank gagal terjadi karena lemahnya pengawasan risiko sistem keuangan yang dilakukan oleh para otoritas keuangan. Manajemen bank mungkin melakukan kesalahan namun kenapa kesalahan tersebut dibiarkan itu adalah tanggunjawab otoritas stabiltias sistem keuangan yang kini menggunakan UU Omnibuslaw Sektor Keuangan PPSK terbaru adalah tanggungjawab bersama antara Bank Indonesia, OJK, LPS dimana Kementerian Keuangan merupakan leading sectornya.(*)




Perusahaan Startup Asal Pittsburgh Rilis Moonwalkers, Sepatu Tercepat di Dunia

Kabar6-Sebuah perusahaan startup asal Pittsburgh, Amerika Serikat (AS), Shift Robotics, mengklaim telah menemukan solusi untuk mempercepat waktu berkomuter. Mereka merilis Moonwalkers, produk yang disebut sebagai sepatu tercepat di dunia.

Sekilas, Moonwalkers terlihat seperti roller skate. “Strap sepatu menempel di alas kakimu yang biasa seperti sepasang sendal yang mewah. Setiap sepatu didesain berengsel yang memungkin kamu berjalan normal selagi delapan roda bertenaga menggerakkan kamu sehingga melaju lebih cepat daripada biasanya,” demikian tulis Shift Robotics dalam situs mereka.

Dalam gambar yang ditampilkan, Moonwalkers adalah alat tambahan yang bisa ditempelkan pada sepatu apa pun. Produk itu, melansir Hypebeast, memiliki roda canggih yang disebut dapat meningkat kecepatan berjalan hingga 250 persen. Selain karena roda, alas kaki ini juga dilengkapi software untuk mengatur atau beradaptasi dengan gerakan pemakai.

Tak seperti roller skate biasa, Moonwalkers dikatakan dapat dengan mudah digunakan untuk menaiki tangga. Ada rem elektronik untuk mengunci roda ketika tidak dibutuhkan. Mesin unik yang mengandalkan algoritma di dalamnya diklaim bisa berfungsi sebagai perpanjangan kaki.

Moonwalkers sendiri terinspirasi ide founder Shift Robotics, Xunjie Zhang, yang berpikir bahwa sepatu bertenaga bisa memangkas perjalanannya di keseharian. Sebelumnya, Zhang pernah nyaris tertabrak mobil karena mengendarai scooter ke tempat kerja.

“Di situlah aku bertanya pada diri sendiri mengapa aku tidak bisa berjalan 30 menit. Bukan hanya itu cara yang lebih aman tapi itu adalah bagian dari kita. Jadi aku memulai misi untuk meningkatkan kecepatan berjalan daripada menggantinya,” terang Zhang dalam video.

Sepatu itu dijual cukup mahal yakni sekira Rp10 jutaan, namun produk tersebut belum dirilis secara massal. Saat ini, Moonwalkers sudah didaftarkan pada situs penggalangan dana Kickstarter dan mendapat cukup banyak investasi. ** Baca juga: Gunakan Bukti DNA, Ilmuwan Forensik Rekonstruksi Wajah Vampir yang Hidup pada Abad ke-18

Hingga kini Shift Robotics sudah mengumpulkan sekira Rp827 jutaan dari target sekira Rp898 jutaan.(ilj/bbs)




Wow! Robot Pizza di Prancis Hapal 5 Juta Resep

Kabar6-Startup asal Prancis bernama EKIM menciptakan robot pizza berbentuk lengan mekanis satu tangan. Meskipun terkesan sederhana, robot pizza ini bisa membuat adonan pizza lezat bak chef profesional.

Robot pizza ini, melansir Hitekno, dilengkapi dengan sejumlah komponen dari produsen robot, termasuk tiga lengan yang siap bergerak cepat. Lengan tersebut bisa dioperasikan secara bersamaan sehingga lebih praktis. Robot pizza dapat memotong dan meratakan adonan dengan satu tangan, sementara tangan satunya akan memilih bahan dan bumbunya.

Tangan ketiga dapat memotong dan mengemas pizza sehingga adonan akan lebih cepat jadi. Lengan robot akan ditempatkan di atas meja yang dilengkapi dengan oven kelas profesional.

Robot pizza dijuluki dengan sebutan PAZZI dan dikembangkan dengan bantuan juara dunia pembuat pizza, Thierry Graffagnino. PAZZI dirancang untuk dapat meniru gerakan pembuat pizza profesional yang dikenal dengan pizzaiolos.

Robot pizza dapat membuat pizza dari hampir lima juta kombinasi resep. PAZZI juga dikembangkan untuk dapat memproduksi 10 pizza sekaligus dalam satu waktu.

Robot ini dirancang untuk beroperasi dengan otonomi lengkap sehingga pelanggan dapat memesan pesanan khusus langsung kepada robot. ** Baca juga: Meski Pakai Masker, Warga Australia Dilarang Mengobrol untuk Cegah Penyebaran COVID-19

PAZZI akan meresponnya dan segera membuat pizza khusus permintaan pelanggan. Ia akan ditempatkan di tempat-tempat sibuk untuk membuat makanan cepat saji berkualitas tinggi.

Jika sudah diproduksi massal, robot pizza atau PAZZI akan ditempatkan di stasiun kereta api, bandara, pusat perbelanjaan dan kampus.

Menarik.(ilj/bbs)