1

Nahas, Pria Asal AS Ditembak Mati Pemburu Karena Disangka Seekor Rusa

Kabar6-Lukas Dudley (28), pria asal Amerika Serikat (AS), tewas akibat ditembak oleh seorang pemburu yang mengira sosoknya sebagai rusa. Dudley diidentifikasi oleh kantor kepala polisi daerah Beltrami sebagai korban kematian dari perburuan yang terjadi sekira pukul 19.16 waktu setempat, di sekitar batas reservasi Danau Merah, Puposky, Minnesota, AS.

Dalam siaran persnya, melansir Dailymail, Sheriff Ernie Beitel mengungkapkan bahwa insiden berawal saat Dudley sedang berburu rusa di dekat jalan perbatasan, ketika pria itu ditembak fatal oleh pemburu lain, Rain Stately (33). Pihak berwenang yakin, kedua pria itu tidak berburu bersama pada saat kejadian.

Stately mengatakan pada pihak berwenang bahwa saat itu hampir senja dan dia melihat gerakan dari apa yang dia yakini sebagai rusa. Stately pun melancarkan satu peluru dari senapannya. Sheriff menerangkan, Dudley tidak memakai rompi oranye menyala maupun pakaian visibilitas lain yang biasa dipakai pemburu.

Setelah tahu serangannya salah target, Stately menghubungi 911. Dudley dibawa ke Kantor Pemeriksa Medis Midwest dan diotopsi di sana.

Kejadian ini sedang diselidiki oleh Kantor polisi kepala daerah Beltrami, Departemen Kepolisian Suku Danau Merah, Divisi Penegakan Sumber Daya Alam Departemen Minnesota dan Biro Investigasi Federal (FBI).

Pihak berwenang belum mengungkapkan apakah pemburu bernama Stately akan menghadapi tuduhan apa pun sehubungan dengan kematian Dudley.

Dalam berita obituarinya, Dudley dideskripsikan sebagai penduduk asli Minnesota yang dibesarkan dan dididik di wilayah Danau Merah. Dia bekerja sebagai penebang dan hobinya yang cukup banyak di antara lain berburu, memancing, berada di luar rumah dan memasak.

Dudley meninggalkan orangtua, tunangan dan ketiga anaknya.(ilj/bbs)




Menyedihkan, Seekor Rusa Hutan Mati dengan Perut Penuh Sampah Seberat Tujuh Kilogram

Kabar6-Sebuah peristiwa menyedihkan menimpa seekor rusa hutan di Thailand. Hewan itu ditemukan mati dengan sebanyak tujuh kilogram sampah dalam perutnya.

Petugas Taman Nasional Khun Sathan di Thailand, melansir BBC, mengatakan bahwa dengan ditemukannya kasus kematian rusa akibat sampah yang dimakannya, menunjukkan bahwa sampah sudah banyak ditemukan di hutan, laut dan sungai di daerah Taman Nasional tersebut.

“Temuan plastik di dalam perut, merupakan salah satu penyebab matinya rusa hutan ini,” kata Kriangsak Thanompun, direktur Taman Nasional Khun Sathan.

Secara alami, ketika sampah yang tidak bisa hancur ada di usus, maka akan mengakibatkan saluran pembuangan dari hewan tersebut terganggu. Hal inilah yang disinyalir membuat sampah-sampah dalam perut rusa tadi mengendap hingga mencapai berat tujuh kilo.

Taman Nasional Thailand lantas merilis beberapa foto sampah yang sudah dikeluarkan dari perut rusa malang itu. Rusa yang beratnya sekira 200 kg dengan panjang 230 cm dan tinggi 135 cm ini diperkirakan mati dua hari sebelum ditemukan.

Penyebab utamanya memang sampah yang menyumbat usus rusa. Tidak ada tanda-tanda perburuan, termasuk luka-luka di tubuh rusa jantan berusia 10 tahun itu. Namun para petugas mengatakan, kondisinya cukup mengenaskan dengan bulu rontok dan kuku kaki depan terlepas.

Fakta lain juga menguatkan bahwa bukan tidak mungkin hewan lain akan mengalami hal yang sama. Terlebih Thailand termasuk salah satu negara pengguna plastik terbesar dengan pemakaian kantong plastik sekali pakai sekira 3.000 kali dalam setahun, untuk penggunaan apa pun.

Kejadian ini keruan saja membuat ratusan netizen marah di laman Facebook Taman Nasional Thailand. Mereka banyak menyatakan kesedihan karena sedikitnya makanan di hutan sehingga rusa atau binatang lain makan apa yang mereka dapat. ** Baca juga: Peneliti Inggris Temukan Fosil Monster Laut Berusia 520 Juta Tahun dengan 18 Tentakel di Mulutnya

Menjaga lingkungan tidak hanya untuk kepentingan manusia, tapi juga menjaga kelestarian makhluk hidup lainnya.(ilj/bbs)




Rusa di Amerika Serikat Terserang Penyakit ‘Zombi’

Kabar6-Warga dunia dikejutkan lagi dengan adanya kasus rusa gila atau yang disebut juga dengan penyakit zombi. Kasus ini terjadi di 22 negara bagian Amerika Serikat (AS). Selain itu, ditemukan juga rusa mati pada beberapa wilayah di Kanada.

Rusa-rusa itu mati karena penyakit saraf yaitu chronic wasting disease (CWD). Dan rusa yang terkena penyakit itu, melansir businessinsider, mulai berperilaku seperti zombi, bahkan berat badan mereka pun turun drastis. Selain itu, rusa mengeluarkan air liur dan ekspresinya terlihat ‘kosong’. Hal yang mengerikan, hewan tadi tidak memiliki rasa takut pada manusia.

Apakah penyakit zombi ini bisa menyerang manusia? Penularan penyakit CWD rupanya bisa terjadi melalui protein atau yang biasanya disebut prion, berada dalam cairan tubuh seperti kotoran, air liur, darah, atau juga kencing. Hal yang lebih gila, prion tersebut bisa bertahan walaupun rusa yang terjangkit sudah mati.

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), sebenarnya penyakit ini pertama kalinya ditemukan di Colorado pada 1967, dan belum ada yang menyerang manusia.

Kekhawatiran mulai memuncak ketika ditemukan kera yang tertular penyakit itu setelah memakan daging rusa yang sudah terinfeksi. Tiga dari lima kera yang memakan rusa gila tersebut positif terinfeksi CWD. Hal ini adalah hal baru karena ada hewan yang bisa terjangkit setelah memakan dagingnya.

Padahal, sekira 2/3 penduduk AS berkata kalau mereka suka mengonsumsi daging rusa. Tentu hal ini menjadi sebuah perhatian besar karena rusa di AS juga dikonsumsi oleh penduduknya. Bila tidak segera diatasi secara sungguh-sungguh, banyak nyawa yang terancam karenanya. ** Baca juga: Disangka Polisi Tidur, Ternyata Ular Piton Raksasa

Saat ini, CDC mulai menyarankan kepada pemburu agar tidak sembarangan menangkap rusa. Bila terlihat rusa-rusa yang ada bertingkah aneh seperti zombi, lebih baik dihindari untuk meminimalisir kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi dan mengancam keselamatan orang banyak.(ilj/bbs)




Kawanan Rusa ‘Serbu’ London Saat Lockdown Pandemi COVID-19

Kabar6-Pemandangan seru atau tak biasa terlihat di London, Inggris, saat memasuki pekan ketiga penerapan lockdown. Sekawanan rusa menyerbu London, dan berjalan-jalan di halaman rumah penduduk tanpa rasa takut sama sekali.

Hewan bertanduk tersebut, melansir Sooperboy, melenggang dengan tenang di kota yang biasanya sangat padat, namun kini sepi karena pandemi COVID-19. Warga yang tengah terkunci di rumah akibat lockdown di Harold Hill mengatakan, kawanan rusa pindah ke daerah itu dan telah merumput dan tidur siang di halaman rumah milik mereka.

Penyanyi sekaligus penulis lagu Billy Bragg men-tweet foto-foto rusa berkeliaran di jalaan kosong dan makan rumput dari halaman rumah penduduk. Sementara penduduk tetap berada di dalam rumah mereka. ** Baca juga: 6 Turis di India Terpaksa Tinggal dalam Gua Karena Kehabisan Uang Saat Lockdown

Warga setempat mengatakan, rusa jantan berkeliaran ke daerah itu dari Taman Dagnam, sebuah fenomena yang jarang terjadi.(ilj/bbs)




Seekor Rusa Mati dengan 7 Kg Sampah dalam Perutnya

Kabar6-Banyak kalangan, termasuk netizen, terbakar amarah setelah seekor rusa liar di Thailand ditemukan mati dengan tujuh kilogram sampah plastik dan limbah lain dalam perutnya. Limbah itu termasuk celana dalam, saset kopi dan bungkus mi instan.

Petugas Taman Nasional Thailand, melansir BBC Indonesia, mengatakan bahwa temuan ini menunjukkan begitu banyaknya sampah yang tersebar di hutan dan juga laut serta sungai. “Temuan plastik di perut, merupakan salah satu penyebab matinya rusa,” kata Kriangsak Thanompun, direktur Taman Nasional Khun Sathan.

Disebutkan, kematian rusa liar itu akibatkan tersumbatnya usus. Dalam laman Facebooknya, Taman Nasional di Provinsi Phrae mengunggah foto-foto rusa yang mati akibat berkilo-kilo sampah ini.

Rusa yang beratnya sekira 200 kg, dengan panjang 230 cm dan tinggi 135 cm tersebut diperkirakan mati dua hari sebelum ditemukan. Tidak ada luka-luka di tubuh rusa jantan berusia 10 tahun tadi, namun para petugas mengatakan kondisinya cukup mengenaskan dengan bulu rontok dan kuku kaki depan terlepas.

Diketahui, Thailand termasuk salah satu negara pengguna plastik terbesar dengan pemakaian kantong plastik sekali pakai sekira 3.000 kali setahun, untuk penggunaan apa pun.

Ratusan pengguna yang marah di laman Facebook Taman Nasional Thailand antara lain menyatakan kesedihan karena ‘sedikitnya makanan di hutan sehingga rusa atau binatang lain makan apa yang mereka dapat.’

Kriangsak mengungkapkan, petugas juga menemukan rusa betina dengan tiga kilogram sampah plastik di perutnya. Dijelaskan, kemungkinan plastik bercampur dengan rumput dalam waktu lama dan juga menyebabkan penyumbatan. Kriangsak mengakui bahwa masalah sampah merupakan persoalan kronis di taman nasional.

Menurutnya, para petugas telah lama berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak buang sampah. Namun sampah tetap saja banyak bertebaran, diperkirakan dari orang-orang yang berkunjung ataupun penduduk sekitar.

Kriangsak memperkirakan sampah di seputar taman nasional sekira delapan ton per tahun, tergantung jumlah pengunjung. ** Baca juga: Perhiasan Senilai Rp1,3 Miliar Ikut Terbuang ke Tempat Sampah di Georgia

Diketahui, 12 November 2019 lalu, kabinet menyepakati usulan kementerian lingkungan untuk mengurangi penggunaan tas plastik. Melalui usulan yang akan diterapkan pada 1 Januari 2020, warga diminta untuk menggunakan kantong plastik lebih dari sekali.

“Kami harus memberikan contoh kepada yang lain. Kami harus memulainya di organisasi kami dan kemudian dikembangkan ke masyarakat di seputar taman nasional,” ujar Kriangsak.

Ditambahkan, “Pengunjung yang datang ke taman nasional juga diminta untuk tidak membawa plastik ke kawasan. Dan bila mereka ada sampah, harusdibuang di tempat yang disediakan.” (ilj/bbs)




Rusa Langka Bertanduk 3 Ditemukan Fotografer Amatir dalam Hutan Michigan

Kabar6-Seorang fotografer amatir bernama Steve Lindberg berhasil membidik pemandangan langka, rusa bertanduk tiga, di hutan Michigan yang dipenuhi salju.

Dalam akun Facebook miliknya, Lindberg menuliskan, “Lima hari sebelum musim berburu untuk Whitetail Deer, lihat apa yang saya temukan bersama pasangannya. Seekor Rusa tiga tanduk dengan sembilan atau dua belas cabang. Saya tidak pernah melihat rusa seperti ini sebelumnya.”

Lindberg, melansir Independent, melihat rusa jantan bertanduk tiga itu bersama seekor rusa betina kecil. Namun, keesokan harinya, rusa itu tiba-tiba menghilang. Menurut pemimpin penelitian di University of Cambridge’s Large Animal Research Group bernama Profesor Tim Clutton-Brock, ada beberapa kemungkinan mengapa rusa yang ditemukan Lindberg memiliki tiga tanduk.

“Kemungkinannya telah terjadi deformasi alami pada gagang bunga atau benjolan yang tumbuh dari tanduk rusa, atau mungkin ini karena luka di masa lalu yang menyebabkan tanduk tumbuh bengkok. Tampaknya malformasi salah satu tanduk telah menyebabkannya terbelah dua,” urai Tim.

Tanduk rusa sendiri terbuat dari tulang yang tertanam di kepalanya. Ketika tanduk mulai muncul, mereka akan ditutupi kulit halus yang disebut beludru.

Saat tanduk berkembang sepenuhnya, rusa akan membuang beludru dengan menggosokkan tanduk ke pohon atau semak-semak, dan kemudian menggantikannya dengan tanduk baru. Siklus ini terjadi setiap tahun.

Tanduk besar dan bercabang ini hanya dimiliki oleh rusa jantan, sementara rusa betina juga memiliki tanduk dengan ukuran yang sangat kecil. Tanduk ini memiliki dua fungsi utama. Pertama untuk membuat para betina terkesan, kedua untuk bertarung dengan pejantan lainnya.

Diketahui, rusa terbesar yang pernah hidup berada di Irlandia dengan tinggi mencapai dua meter. Ia memiliki tanduk super besar berukuran 3,6 meter.

Menurut peneliti, ukurannya yang sangat besar diduga akibat seleksi seksual (pertarungan memperebutkan betina) yang ekstrem, di mana betina hanya berkembang biak dengan rusa jantan bertanduk besar, sehingga memiliki keturunan yang mengesankan. Spesies ini mati di Irlandia sekira 11 ribu tahun yang lalu.

Menurut Profesor Tim Clutton-Brock, rusa Michigan bertanduk tiga mungkin akan mempengaruhi kemampuannya dalam menarik perhatian betina, dan melawan pesaingnya. Kendati dengan beberapa syarat, salah satunya tanduk itu harus tumbuh dengan kuat. ** Baca juga: Kompak, 7 Guru dalam Satu Sekolah di AS Hamil dan Melahirkan dalam Waktu Relatif Bersamaan

Hal ini karena apabila tanduk tumbuh lemah, maka tanduk ekstra hanya akan menjadi penghalang saat rusa bertarung.(ilj/bbs)