Kabar6-Tim peneliti Tiongkok mengembangkan proses untuk mengkloning babi yang sepenuhnya menggunakan robot. Hal ini diharapkan dapat membantu negara untuk mengurangi ketergantungan pada babi hasil pembiakan impor.
Pada Maret lalu, melansir Mashable, seekor induk pengganti melahirkan tujuh anak babi hasil kloning di College of Artificial Intelligence di Universitas Nankai di Tianjin, Tiongkok. “Setiap langkah proses kloning dilakukan secara otomatis, dan sama sekali tidak melibatkan pengoperasian oleh manusia,” kata Liu Yaowei, anggota tim yang mengembangkan sistem tersebut.
Yaowei menambahkan, penggunaan robot juga telah menambah tingkat keberhasilan proses kloning, karena kecil kemungkinannya untuk merusak sel saat melakukan proses kloning yang rumit. Sebelumnya, masalah ini menjadi kendala penggunaan teknik tersebut secara lebih luas.
“Jika berhasil, sistem otomatis ini dapat dikembangkan menjadi perangkat kloning yang bisa dibeli oleh perusahaan atau lembaga penelitian mana pun, sehingga ilmuwan tak perlu melakukan kloning manual yang memakan waktu,” terang Pan Dengke, mantan peneliti di Chinese Academy of Agricultural Sciences yang membantu memproduksi babi kloning pertama di Tiongkok pada 2005.
Teknik paling umum untuk mengkloning embrio yang layak di laboratorium disebut transfer inti sel somatik. Proses ini melelahkan, memakan waktu dan perlu dilakukan di bawah mikroskop. Dibutuhkan sel telur (oosit) dan sel tubuh (sel somatik) yang terakhir diambil dari hewan untuk dikloning.
Peneliti kemudian mengeluarkan inti dari sel telur yang bisa berasal dari hewan lain, dan menggantinya dengan inti dari sel tubuh. ** Baca juga: Sebuah Desa di Inggris Wajibkan Semua Warganya Hidup Tanpa Pakaian Saat Musim Panas
Pada 2017, tim Universitas Nankai menghasilkan anak babi pertama di dunia yang dikloning menggunakan robot. Namun pada percobaan pertama ini, beberapa bagian dari proses kloning, termasuk penghapusan inti sel telur, masih harus dilakukan oleh manusia.
Sejak itu, tim peneliti meningkatkan algoritma kontrol mereka dan sekarang dapat melakukan kloning sepenuhnya secara otomatis. “Makalah peer-review akan segera muncul di jurnal Engineering untuk melaporkan detail teknis,” ungkap Yaowei.
Dalam lima tahun terakhir, tim juga telah mampu meningkatkan tingkat keberhasilan pengembangan embrio kloning dari 21 persen menjadi 27, persen, dibandingkan dengan tingkat keberhasilan 10 persen untuk operasi manual.
“Sistem bertenaga AI kami dapat menghitung ketegangan di dalam sel dan mengarahkan robot untuk menggunakan kekuatan minimal untuk menyelesaikan proses kloning, yang mengurangi kerusakan sel yang disebabkan oleh tangan manusia,” tambah Yaowei.
Liu berharap kemajuan ini dapat membuat stok babi berkualitas tinggi lebih banyak tersedia di Tiongkok, dan bahkan dapat membantu negara itu mandiri di tengah kekhawatiran akan rentannya pembatasan impor dari AS dan negara-negara Barat lainnya.(ilj/bbs)