1

Lewat Usia 70 Tahun Pria Jadi Lebih Pemarah?

Kabar6-Sebuah penelitian mengungkapkan, para pria merasa bahwa kebahagiaan mereka mulai menurun saat berusia sekira 70 tahun. Hal ini membuat pria menjadi lebih pemarah.

Penelitian juga menemukan suatu terobosan baru mengenai mengapa para pria, yang berusia di antara 53-85 tahun merasa kehidupannya lebih baik saat memasuki usia 50 tahun, tetapi kemudian mulai merasa kurang bahagia saat berusia sekira 70 tahun.

Saat Anda berusia 50 tahun, kesibukan biasanya sudah mulai berkurang, dan telah dapat bereaksi lebih baik terhadap berbagai persoalan, dibandingkan saat Anda masih lebih muda dulu.

Namun, melansir Foxnews, setelah beberapa dekade berlalu, berbagai masalah baru pun mulai timbul, misalnya berbagai gangguan kesehatan yang mungkin dialami seiring bertambahnya usia, dan membuat Anda merasa tidak sebahagia dan sebebas sebelumnya.

Selain gangguan kesehatan, kematian anggota keluarga atau teman atau orang dekat lainnya serta penurunan kemampuan mental seperti gangguan daya ingat atau kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah juga dapat menyebabkan kebahagiaan seorang pria berkurang.

Anda pun tidak lagi sekuat dulu, yang mungkin membuat Anda lebih banyak bergantung pada orang lain atau tidak lagi dapat melakukan berbagai hal yang disukai. ** Baca juga: 5 Hal Tentang Lemak yang Perlu Anda Ketahui

Tetapi ada satu hal yang perlu diingat, walaupun mengalami berbagai hal yang kurang menyenangkan akhir-akhir ini, Anda dapat melihat kelahiran beberapa cucu, bagaimana lucunya dan bagaimana perkembangan mereka.

Hal ini tentunya dapat membawa kebahagiaan tersendiri bagi dan membuat Anda lebih bersyukur dengan kehidupan.(ilj/bbs)




Bahayakan Kesehatan, 5 Fakta Tersembunyi dari Kemarahan

Kabar6-Menahan amarah, terlebih saat emosi sedang memuncak, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dan tidak sedikit orang gampang tersulut amarahnya, bahkan pada hal-hal yang sangat sepele.

Sebuah penelitian mengungkapkan, amarah berkaitan dengan usia yang pendek. Tidak hanya itu, melansir TabloidBintang, terdapat lima fakta tersembunyi dari kemarahan yang berbahaya bagi kesehatan. Apa sajakah itu?

1. Pemarah berusia pendek
Riset dari Iowa State University menemukan, pria pemarah yang berusia antara 20-40 tahun, satu setengah kali lebih mungkin meninggal pada usia 35 tahun, dibandingkan dengan mereka yang lebih tenang.

Ilmuwan yakin, hal ini disebabkan sejumlah faktor yang menghubungkan stres dengan kerusakan fisiologis. Seringnya pelepasan adrenalin selama periode kerusakan stres DNA, dapat menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa seperti multiple sclerosis.

2. Pemarah cenderung kurang istirahat
Perasaan amarah menghasilkan respons yang meningkat dalam amigdala, yaitu bagian otak yang terkait dengan naluri bertahan hidup.

Emosi dalam amarah mendorong amigdala untuk memberi sinyal kecemasan yang meningkat ke bagian otak dan tubuh lainnya yang meningkatkan aliran darah ke anggota badan dan jantung, yang membuat rileksasi berkurang.

Menurut ilmuwan syaraf di Universitas Massachusetts, mereka yang mengumbar amarah cenderung mengalami insomnia daripada mereka yang terlibat dalam ‘perdebatan’ emosional.

“Menuliskan penyebab kemarahan Anda mengurai beban pikiran Anda, mengurangi respons ketakutan dan mendorong rileksasi,” kata Mike Fisher, direktur British Association of Anger Management.

3. Sebabkan sakit kepala
Emosi seperti terlalu gembira atau terlalu marah mengakibatkan pelepasan hormon stres kortisol, adrenalin dan testosteron, yang menempatkan tubuh ke ‘mode flight’.

Lonjakan kimiawi meningkatkan aliran darah ke otak dan memicu pembengkakan pembuluh darah dan saraf di sekitar otak serta tekanan yang bisa mengakibatkan ketegangan dan sakit kepala.

4. Rusak sistem pernapasan
Menurut periset di Harvard School of Public Health, masalah permusuhan dapat mengurangi fungsi sistem pernapasan. Selama periode delapan tahun, individu yang selalu bermusuhan melakukan tindakan yang sangat buruk secara sangat signifikan dan lebih buruk daripada orang-orang yang tidak bermusuhan.

5. Sebabkan depresi
Ketika kita merasa marah, neurotransmiter dan hormon mengalir melalui aliran darah dan dapat meningkatkan denyut jantung serta ketegangan otot. Ini merupakan keadaan tubuh yang harus diwaspadai.

Seringnya terjadi reaksi ini membuat ketegangan pada neuron di hipotalamus (pusat kendali stres pada otak) menjadi sulit bagi neuron untuk dimatikan. Dan hormon bahagia (serotonin) secara signifikan terkuras pada beberapa individu dengan sifat agresif. ** Baca juga: Apa yang Terjadi Saat Tubuh Kekurangan Lemak?

Jadi, kendalikan amarah Anda agar kesehatan fisik dan mental tetap terjaga.(ilj/bbs)




Pemarah, Waspadai 5 Masalah Kesehatan yang Muncul

Kabar6-Banyak orang yang tidak bisa mengendalikan emosi atau amarah mereka, termasuk untuk masalah yang sepele. Ya, menahan amarah memang bukanlah sesuatu yang mudah.

Sebuah penelitian, melansir TabloidBintang, mengungkapkan lima fakta tersembunyi dari kemarahan, yang berbahaya bagi kesehatan Anda. Apa sajakah itu:

1. Berkaitan dengan usia seseorang
Riset dari Iowa State University menemukan bahwa pria yang marah antara usia 20-40 tahun, satu setengah kali lebih mungkin meninggal dunia pada usia 35 tahun, dibandingkan dengan mereka yang lebih tenang.

Ilmuwan yakin, hal ini disebabkan sejumlah faktor yang menghubungkan stres dengan kerusakan fisiologis. Seringnya pelepasan adrenalin selama periode kerusakan stres DNA, dapat menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa seperti multiple sclerosis.

2. Pemarah cenderung kurang istirahat
Perasaan amarah menghasilkan respons yang meningkat dalam amigdala, yaitu bagian otak yang terkait dengan naluri bertahan hidup. Emosi dalam amarah mendorong amigdala untuk memberi sinyal kecemasan yang meningkat ke bagian otak dan tubuh lainnya yang meningkatkan aliran darah ke anggota badan dan jantung, yang membuat rileksasi berkurang.

Menurut ilmuwan saraf di Universitas Massachusetts, mereka yang mengumbar amarah cenderung mengalami insomnia ketimbang mereka yang terlibat dalam ‘perdebatan’ emosional.

“Menuliskan penyebab kemarahan Anda mengurai beban pikiran Anda, mengurangi respons ketakutan dan mendorong relaksasi,” kata Mike Fisher, direktur British Association of Anger Management.

3. Kemarahan bisa sebabkan sakit kepala
Emosi seperti terlalu gembira atau terlalu marah mengakibatkan pelepasan hormon stres kortisol, adrenalin dan testosteron, yang menempatkan tubuh ke ‘mode flight’.

Lonjakan kimiawi meningkatkan aliran darah ke otak dan memicu pembengkakan pembuluh darah dan saraf di sekitar otak serta tekanan yang bisa mengakibatkan ketegangan dan sakit kepala.

4. Kemarahan merusak sistem pernapasan
Menurut periset di Harvard School of Public Health, masalah permusuhan dapat mengurangi fungsi sistem pernapasan. Selama periode delapan tahun, individu yang selalu bermusuhan melakukan tindakan yang sangat buruk secara sangat signifikan dan lebih buruk daripada orang-orang yang tidak bermusuhan.

5. Kemarahan bisa sebabkan depresi
Ketika kita merasa marah, neurotransmiter dan hormon mengalir melalui aliran darah dan dapat meningkatkan denyut jantung serta ketegangan otot. Ini merupakan kondisi tubuh yang harus diwaspadai. ** Baca juga: Adakah Pengaruh Polusi Terhadap Kesehatan Mata?

Seringnya terjadi reaksi ini membuat ketegangan pada neuron di hipotalamus (pusat kendali stres pada otak) menjadi sulit bagi neuron untuk dimatikan. Dan hormon bahagia (serotonin) secara signifikan terkuras pada beberapa individu dengan sifat agresif.

Jadi, kendalikan amarah Anda demi kesehatan.(ilj/bbs)




Tidak Selalu Negatif, Punya Pasangan Pemarah Bermanfaat Bagi Kesehatan Pria

Kabar6-Tidak sedikit orang yang mengeluh karena pasangan mereka memiliki emosional tinggi, sehingga tak jarang terjadi pertengkaran. Namun siapa sangka, memiliki pasangan yang pemarah ternyata bermanfaat juga bagi kesehatan pria, lho.

Menurut penelitian, melansir Wolipop, memiliki pasangan yang mudah marah bisa mengurangi risiko terkena penyakit seperti diabetes. Penelitian ini mungkin akan mengubah persepsi orang-orang mengenai suatu hubungan yang ideal, yakni memiliki pasangan yang sabar dan selalu pengertian.

Dampak negatif dari memiliki kepribadian yang kuat sesungguhnya masih banyak diperdebatkan, tetapi mempunyai pasangan dengan emosional tinggi juga bisa berdampak positif.

Penelitian yang dilakukan oleh Michigan State University dan University of Chicago menganalisa bahwa memiliki temperamen yang buruk dapat berdampak pada kondisi kesehatan hubungan seseorang.

Penelitian dilakukan pada 1,228 pasangan yang sudah bertunangan, meneliti tentang seberapa tinggi tingkat kepuasan para responden dengan hubungannya, seberapa bahagia mereka bersama pasangannya.

Para responden juga diberikan pertanyaan mengenai kepercayaan dan keterbukaan mereka dengan pasangannya, termasuk dengan kritikan dan tuntutan dari pasangan mereka.

Hasilnya, ditemukan dampak yang berbeda, tergantung pada jenis kelamin masing-masing orang. Wanita yang memiliki lingkungan positif mengalami pengurangan kemungkinan terkena diabetes di masa mendatang.

Para peneliti menjelaskan, hal ini terjadi karena para wanita lebih menyadari cara mereka berinteraksi dengan pasangannya, sehingga memiliki dampak signifikan bagi kondisi kesehatan metabolisme mereka.

Sedangkan pada pria justru ditemukan hal sebaliknya. Pria yang memiliki pasangan suka mengatur, mengkritik dan banyak menuntut justru dapat mengurangi risiko dirinya terkena diabetes di kemudian hari.

Tidak hanya dapat mengurangi risiko terkena diabetes, para pria ini juga jadi lebih meningkatkan diri untuk mengontrol kadar gula dalam dirinya. ** Baca juga: Menurut Riset, Pria Ternyata Lebih Banyak Bicara Dibanding Wanita

Para peneliti juga menjelaskan bahwa ini bukanlah hasil dari hubungan yang intens dan saling bertentangan, melainkan hasil dari tuntutan dan kritikan seseorang untuk mempertahankan kesehatan pasangannya.

Bagaimana dengan pasangan Anda?(ilj/bbs)