1

Sering Migrain, Ternyata Ada Cacing Pita Hidup dan Bertelur dalam Otak Pria AS Ini

Kabar6-Hal mengejutkan ditemukan dokter setelah melakukan pemeriksaan terhadap seorang pria berusia 52 tahun asal Amerika Serikat (AS) yang tak disebutkan namanya.

Awalnya, pasien pria itu sering mengalami migrain, dan mengeluh obat yang diberikan oleh dokter tak juga menyembuhkan sakitnya. Melansir Globalnews, dokter yang melakukan pemindaian menemukan sejumlah telur cacing pita ‘bersarang’ di otaknya, dan pasien pria tersebut didiagnosis mengidap neurocysticercosis, sejenis infeksi larva cacing pita babi yang dapat masuk ke jaringan seperti otak dan otot.

Semula, tim dokter dibuat bingung setelah mengetahui pasien tadi mengaku belum pernah mengunjungi daerah berisiko tinggi. “Setelah diperiksa, pasien menyangkal makan daging mentah atau jajanan pinggir jalan. Pada saat yang sama dia mengaku menikmati daging setengah matang sepanjang hidupnya,” demikian menurut sebuah penelitian di American Journal Of Case Report.

Para peneliti meyakini infeksi tersebut disebabkan oleh tidak mencuci tangan serta makan daging yang kurang matang. Namun nasib baik pria tersebut ketika diberi obat anti parasit dan anti inflamasi dan dilaporkan sudah pulih seperti sedia kala.

Dalam situsnya, Pusat Pengendalian Penyakit Menular Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa sistiserkosis dapat terjadi pada individu yang belum pernah bepergian ke luar negeri.

“Misalnya, seseorang yang terinfeksi cacing pita dan tidak mencuci tangannya bisa saja secara tidak sengaja mengkontaminasi makanan dengan telur cacing pita saat menyiapkan makanan untuk orang lain,” sebut Pusat Pengendalian Penyakit Menular AS.(ilj/bbs)




Derita Sakit Kepala Selama 5 Bulan, Ada Sumpit ‘Nyangkut’ di Otak Pria Vietnam Ini

Kabar6-Sudah selama lima bulan seorang pria berusia 35 tahun asal Vietnam yang tak disebutkan namanya mengeluh sakit kepala parah. Awalnya, ia memeriksakan diri ke Rumah Sakit Persahabatan Kuba di Dong Hoi, dengan sakit kepala tak kunjung sembuh dan hidung ‘meler’ terus menerus.

Selanjutnya, melansir ndtv, dokter kemudian melakukan CT scan yang hasilnya menunjukkan bahwa pria tersebut menderita tension pneumocephalus, suatu kondisi neurologis yang jarang ditemukan namun berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan tekanan intrakranial yang berbahaya. Dokter lantas melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dan menemukan sesuatu yang mengejutkan, yaitu ada sepasang sumpit menembus hidung dan otak pria tersebut.

Kepala Departemen Bedah Saraf, Nguyen Van Man, menyebut kasus ini sarang jarang terjadi. Pria tersebut bingung ketika ditanya bagaimana bisa sumpit tersebut masuk hidung. Namun pria itu ingat bahwa dirinya sempat terlibat perkelahian lima bulan lalu saat sedang minum-minum di Vietnam.

Namun, dia tak bisa mengingat jelas bagaimana kejadian itu, dan hanya ingat sempat ada seseorang yang menikam wajahnya dengan benda. Sesaat setelah perkelahian, pria tersebut sempat memeriksakan diri ke dokter, tetapi tak ditemukan kelainan apa pun pada hidungnya.

Beruntung, dokter di Rumah Sakit Persahabatan Kuba berhasil mengeluarkan sumpit tersebut melalui operasi endoskopi melalui hidung. Dokter menggunakan bedah mikro untuk menutup fistula, hubungan abnormal antara arteri dan vena di jaringan otak dan sumsum tulang belakang.

Kabar terakhir, pasien dilaporkan kondisi stabil dan menunggu keluar dari rumah sakit.(ilj/bbs)




Sering Lupa, Dokter Temukan Cacing Hidup dalam Otak Wanita Australia Ini

Kabar6-Sebuah kasus viral diterbitkan dalam Jurnal Emerging Infectious Diseases milik Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), di mana seekor cacing hidup dalam otak seorang wanita berusia 64 tahun dari New South Wales, Australia.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Melansir Skynews, berawal saat wanita yang tak diungkap identitasnya itu mengalami berbagai gejala termasuk sakit perut, diare, berkeringat di malam hari, dan batuk kering. Ia pun memutuskan pergi ke rumah sakit untuk mengecek kondisinya. Semula dokter menyimpulkan wanita tersebut mungkin mengidap pneumonia atau infeksi pada paru. Namun setelah diberi obat, wanita tadi justru mengalami perburukan gejala.

“Pertama, demam dan batuk terus menerus pada tahun 2021, kemudian depresi dan pelupa pada tahun 2022,” demikian bunyi studi tersebut.

Dokter lantas melakukan pemindaian otaknya dan menemukan ada lesi yang memerlukan biopsi. Namun selama operasi, mereka menemukan sesuatu benda panjang seperti tali.

“Ketika mereka mengeluarkannya, mereka menyadari bahwa itu adalah cacing gelang parasit hidup berukuran 3 inci, yang pertama dari jenisnya yang pernah dilaporkan pada manusia,” tulis studi itu.

Jenis cacing itu adalah ophidascaris robertsi, biasanya ditemukan pada ular piton karpet. Meskipun tidak pernah melakukan kontak langsung dengan ular, pasien kerap mencari sayuran liar di dekat rumahnya, yang dikenal sebagai sayuran Warrigal atau bayam Selandia Baru, untuk dimasak.

Dugaan dokter, larva cacing tersebut keluar melalui kotoran ular piton dan kemudian dikonsumsi oleh wanita tersebut melalui sayuran, tangan, atau peralatan dapur yang terkontaminasi.

Pasien tersebut akhirnya diberi obat untuk membunuh larva lain yang mungkin hidup di organ tubuhnya. Disebutkan, perhatian ekstra harus diberikan karena pasien tersebut adalah orang pertama yang dirawat imbas spesies cacing gelang ini.(ilj/bbs)




Ilmuwan Sebut Warga Jepang yang Antisosial Miliki Volume Otak Lebih Kecil

Kabar6-Pada orang usia senja atau orang-orang tua, kurangnya kontak sosial dikaitkan dengan demensia dan alzheimer. Ya, kerap menyendiri, isolasi, dan antisosial ternyata dapat berpengaruh pada kondisi otak seseorang.

Para peneliti di Jepang, melansir Sciencedaily, ingin memahami bagaimana isolasi memengaruhi otak, dengan mengamati 8.896 orang berusia 65 tahun ke atas, yang menjalani pemindaian MRI. Relawan dalam penelitian ditanya seberapa sering mereka berhubungan dengan kerabat dan teman yang tidak tinggal bersama mereka, seperti bertemu atau berbicara di telepon.

Mereka dapat memilih jawaban setiap hari, beberapa kali seminggu, beberapa kali sebulan atau jarang. Hasilnya, orang dengan tingkat kontak sosial terendah memiliki volume otak yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang paling banyak melakukan kontak sosial.

Total volume otak mereka, yang merupakan jumlah materi putih dan abu-abu, sebagai persentase dari total volume di dalam tengkorak, adalah 67,3 persen pada kelompok kontak terendah dibandingkan dengan 67,8 persen pada kelompok kontak tertinggi.

Relawan juga memiliki volume otak yang lebih rendah di daerah otak termasuk hippocampus dan amigdala, yang berperan dalam memori dan terkait dengan demensia. Hippocampus adalah salah satu area pertama yang terkena penyakit Alzheimer.

Kurangnya kontak sosial disebut mempercepat penyusutan otak secara bertahap yang terjadi seiring bertambahnya usia. Namun orang yang terisolasi juga cenderung memiliki gaya hidup yang lebih tidak sehat, yang mungkin berdampak buruk bagi otak mereka.

Dr Toshiharu Ninomiya, penulis senior studi tersebut, dari Universitas Kyushu di Jepang, mengatakan bahwa isolasi sosial adalah masalah yang berkembang untuk orang dewasa yang lebih tua. Hasil tersebut menunjukkan bahwa memberikan dukungan bagi orang-orang dalam membantu mereka memulai dan mempertahankan hubungan dengan orang lain bermanfaat untuk mencegah atrofi otak dan perkembangan demensia.

Hubungan antara kurangnya kontak sosial dan otak yang lebih kecil, yang ditemukan pada orang Jepang yang lebih tua, ditemukan sebagai kasus bahkan ketika faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi otak, termasuk berat badan, kebiasaan merokok dan alkohol seseorang dan apakah mereka menderita diabetes.

Namun studi yang diterbitkan dalam jurnal tersebut mencatat, orang yang kehilangan volume otak mungkin mengalami perubahan kepribadian, seperti menjadi lebih apatis. Kondisi tersebut mungkin menyebabkan mereka lebih jarang melihat orang, daripada melihat orang lebih jarang menjadi penyebab perubahan otak.

Orang-orang yang terisolasi secara sosial dalam penelitian ini juga memiliki area kerusakan otak yang lebih kecil, yang disebut lesi materi putih, daripada orang-orang yang sering melakukan kontak sosial. ** Baca juga: Gara-gara Tongkat Selfie Seorang Turis di Tiongkok ‘Diblacklist’ Lihat Panda Seumur Hidup

Proporsi volume intrakranial yang terdiri dari lesi materi putih adalah 0,30 persen untuk kelompok yang terisolasi secara sosial, dibandingkan dengan 0,26 untuk kelompok yang paling terhubung secara sosial.

Para peneliti menemukan, depresi yang terkait dengan penyusutan otak, sebagian menjelaskan hubungan antara isolasi sosial dan volume otak.(ilj/bbs)




Bersihkan Loteng, Pria di Inggris Temukan Kepala Mumi Tanpa Otak

Kabar6-Seorang pria yang tak diungkap identitasnya tak sengaja menemukan kepala mumi tanpa otak di sebuah loteng rumah wilayah Kent, Inggris, saat sedang membersihkan rumah saudara laki-lakinya yang telah meninggal dunia.

Kepala mumi ini memiliki bekas penggalan di lehernya. Melansir Mirror, kepala itu diperkirakan dibawa kembali dari Mesir sebagai suvenir dan kemudian diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, tidak ada yang tahu persis bagaimana kepala mumi itu bisa berakhir di loteng rumah. Tim ilmuwan melakukan pemeriksaan untuk mengungkap dan merekonstruksi sejarah tersembunyi dari individu tersebut.

Ahli dari Universitas Gereja Kristus Canterbury meletakkan mumi ini di bawah sinar-X. Mereka menemukan mumi ini berjenis kelamin wanita dan terdapat pipa yang tertinggal di lubang hidung kiri dan di saluran tulang belakang.

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, Dosen Radiografi Diagnostik di Canterbury Christ Church University, James Elliot, melakukan pemindaian computed tomography (CT) di Rumah Sakit Maidstone. Hasilnya, otak mumi itu telah diangkat serta giginya telah aus karena pola makan yang kasar. Sedangkan lidahnya masih terawetkan dengan baik.

Elliot menyayangkan cara mumifikasi ribuan tahun lalu yang harus menghilangkan otak, karena beranggapan pikiran manusia tersimpan di dalam hati. ** Baca juga: Pria India Ini Naik Motor Sendiri ke RS Dengan Pisau Tertancap di Lehernya

“Dimulai pada tahun 3500 SM, mumifikasi dipandang sebagai cara untuk menjaga roh dalam perjalanannya menuju alam baka. Ironisnya, orang Mesir kuno percaya bahwa pikiran seseorang disimpan di dalam hati mereka dan kurang memperhatikan otak,” kata Elliot.

Namun, otak menghilang menjadi salah satu alasan mengapa kepala mumi itu masih terawetkan hingga kini. “Terlepas dari ini, otak telah diangkat untuk membantu pelestarian individu tersebut,” terang Elliot.

Dijelaskan, data pemindaian ini rencananya akan menjadi acuan untuk pembuatan replika kepala tiga dimensi guna studi yang lebih intensif agar tidak merusak peninggalan asli.

“Kami berencana menggunakan data pemindaian untuk membuat replika kepala tiga dimensi dan kemungkinan rekonstruksi wajah untuk memungkinkan studi yang lebih intensif tanpa mengekspos artefak yang sebenarnya. Rekonstruksi serupa dilakukan dengan Ta Kush, mumi di Museum Maidstone,” papar Elliot.

Saat ini kepala mumi diawetkan oleh konservator arkeologi profesional. Rencananya temuan tersebut akan diungkap ke publik di Beaney Museum, Canterbury, Inggris.(ilj/bbs)




Pria Belanda yang Sudah 12 Tahun Lumpuh Bisa Berjalan Lagi dengan Kekuatan Pikirannya

Kabar6-Gert-Jan Oskam (40), pria asal Belanda, yang sudah menderita lumpuh selama 12 tahun dilaporkan dapat berjalan lagi untuk pertama kalinya hanya dengan menggunakan kekuatan pikirannya.

Oskam, melansir Smithsonianmag, dinyatakan bisa berjalan lagi berkat perpaduan pikiran dan implan yang dipasang di otak dan sumsum tulang belakang. Sebelumnya, Oskam dinyatakan lumpuh di kaki dan lumpuh sebagian di lengannya setelah kecelakaan bersepeda 12 tahun lalu. Dia divonis menderita kerusakan tulang belakang, dan beritahu tidak akan pernah bisa berjalan lagi.

Hingga akhirnya sebuah tim internasional dari Institut Teknologi Federal Swiss di Lausanne, melengkapi Oskam dengan antarmuka otak-tulang belakang, sebuah alat yang dapat membuat pria ini bisa menggerakkan tungkai dan kakinya hanya dengan memikirkannya.

Menurut para peneliti, kini Oskam sudah dapat berdiri, menaiki tangga, dan bahkan melintasi medan yang rumit dengan bantuan alat bantu jalan. ** Baca juga: Perusahaan Milik Elon Musk Klaim FDA Beri Izin Uji Coba Tanam Chip ke Otak Manusia

Perangkat itu ditanamkan ke tengkorak Oskam. Ketika dia berpikir untuk berjalan, implan mendeteksi aktivitas listrik di korteks, lapisan luar otak, dan mengirimkan gelombang otak secara nirkabel ke komputer yang dikenakan Oskam di dalam ransel.

Informasi tersebut kemudian ditransmisikan ke generator pulsa yang dimasukkan ke sumsum tulang belakangnya, secara efektif mengaktifkan otot dan memungkinkannya menghasilkan gerakan tertentu.

Untuk bisa berjalan dengan baik, Oskam menjalani 40 sesi dengan alat itu. “Saya merasa seperti balita, belajar berjalan lagi. Ini merupakan perjalanan yang panjang, tapi sekarang saya bisa berdiri dan minum bir dengan teman saya. Ini adalah kesenangan yang tidak disadari banyak orang,” terang Oskam.

Para peneliti mengatakan, mereka sekarang berencana untuk membuat teknologi lebih ramping. Peneliti juga sedang merekrut tiga orang untuk melihat apakah perangkat serupa dapat mengembalikan gerakan lengan.(ilj/bbs)




Perusahaan di AS Lakukan Eksperimen dengan Tanam 50 Chip ke Otak Manusia yang Depresi dan Cacat Fisik

Kabar6-Perusahaan Blackrock Neurotech yang berbasis di Utah, negara bagian Amerika Serikat (AS), melakukan eksperimen dengan memasukan 50 chip ke otak manusia. Chip implan yang digunakan dalam penelitian ini bernama NeuroPort Array.

Eksperimen ini, melansir Unilad, diklaim sebagai bagian dari penelitian untuk meningkatkan kehidupan orang-orang dengan kelumpuhan, depresi, dan cacat fisik. Di masa depan, NeuroPort Array diklaim mampu membantu manusia mengendalikan lengan robot dan kursi roda listrik melalui pikiran penggunanya dengan mengakses pikiran orang tersebut melalui 100 jarum mikro yang membaca sinyal listrik yang dihasilkan otak.

Chip implan ini akan menempel pada sinyal-sinyal yang dihasilkan oleh otak manusia dan memecahkan kodenya menggunakan pembelajaran mesin. Nantinya, mereka dapat melakukan tugas-tugas kompleks seperti menggunakan komputer atau menggambar.

Penelitian tersebut dianggap sangat signifikan, karena temuan ini adalah satu-satunya implan BCI otak yang dilakukan langsung pada manusia. ** Baca juga: Tulang Hitam dalam Kantong Linen yang Ditemukan Orang Mesir Kuno 3.300 Tahun Lalu Dianggap Sebagai Jenazah Dewa

“Larik implan kami telah memungkinkan orang untuk terhubung langsung ke komputer, mengendalikan lengan robot dan kursi roda, bermain video game, bahkan mendapatkan kembali sensasi – hanya dengan sinyal otak mereka,” jelas Marcus Gerhardt, salah satu pendiri perusahaan.

Gerhardt menjelaskan, perangkat medis buatan perusahaannya ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian, mobilitas, serta kualitas hidup bagi orang-orang dengan kelumpuhan.

Dia berharap bahwa alat ini mampu membantu orang-orang dengan kelumpuhan untuk membangun kehidupan baru yang mungkin selama ini tampak mustahil dilakukan karena kecacatan mereka.

“Kami pikir kami akan melihat orang-orang itu kembali bekerja, membangun kemandirian yang lebih besar, dan terlibat dengan dunia dengan cara-cara baru yang kuat,” terang Gerhardt.

Gerhardt juga mengungkapkan, perusahaannya memiliki visi jangka panjang terhadap temuan ini, bahwa chip implan mereka akan tersedia untuk orang-orang dengan kelumpuhan organ dalam seperti alat pacu jantung untuk orang-orang dengan masalah jantung.(ilj/bbs)




Embrio Tikus Sintetis dari Laboratorium di California Hasilkan Otak dan Detak Jantung

Kabar6-Para ilmuwan di Cambridge menciptakan embrio tikus sintetis atau buatan di laboratorium tanpa menggunakan telur atau sperma.

Hasilnya, melansir Scitechdaily, embrio ini memiliki otak dan detak jantung. Embrio tikus yang dikembangkan menggunakan sel punca tadi hanya bertahan selama delapan hari karena cacat, tetapi mereka mencapai titik di mana otak mulai berkembang. Menurut para ilmuwan, hal itu bisa meningkatkan pemahaman tentang tahap awal perkembangan organ, dan mengapa beberapa kehamilan gagal.

Sementara illmuwan lain mengingatkan, meskipun teknik ini menjanjikan, masih banyak rintangan yang harus diatasi. Disebutkan, para peneliti dari Universitas Cambridge dan Institut Teknologi California (Caltech) adalah ilmuwan terbaru yang mempublikasikan hasil penelitian mereka pada jurnal Nature.

Tim Cambridge mempelajari tahap-tahap awal kehamilan selama dekade terakhir, tetapi begitu banyak yang belum diketahui apa yang terjadi di dalam rahim. Dengan meniru proses alami di laboratorium, mereka menemukan cara untuk mendapatkan tiga jenis sel induk dari tikus untuk berinteraksi dan tumbuh menjadi struktur seperti embrio.

Profesor Magdalena Zernicka-Goetz, profesor pengembangan mamalia dan biologi sel induk di Cambridge dan profesor biologi di Caltech, mengatakan hasil tersebut adalah ‘mimpi yang menjadi kenyataan’ dan dapat memberikan gambaran sekilas tentang bagaimana organ terbentuk. ** Baca juga: Temuan Jejak Kaki Berusia 8.200 Tahun di Inggris Ungkap Peradaban Manusia

Kini para peneliti berencana untuk mengupayakan bagaimana menjaga embrio sintetis berkembang selama satu atau dua hari lebih lama, yang sulit dilakukan tanpa membuat plasenta sintetis. Akhirnya, ambisi mereka adalah mengembangkan embrio serupa dari sel induk manusia, tetapi ini masih jauh dan secara etis jauh lebih rumit.

Undang-undang Inggris saat ini mengizinkan embrio manusia untuk dipelajari di laboratorium hanya sampai hari keempat belas perkembangannya, tetapi tidak ada aturan seputar embrio sintetis.(ilj/bbs)




Momentum Hari Otak Sedunia, Siloam Hospitals Edukasi Empat Hal Utama Kesehatan Otak Manusia

Kabar6.com

Kabar6 – Hari Otak Sedunia menjadi peringatan tahunan yang amat penting. Lantaran, di zaman modern seperti sekarang ini, semakin banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan neurologi atau sistem saraf, terutama pada organ otak.

Peringatan Hari Otak Sedunia atau World Brain Day yang dirayakan setiap tanggal 22 Juli itu, turut dikampanyekan Siloam Hospitals Lippo Village melalui edukasi dan diskusi antar keluarga pasien atau pasien rawat pasien. Diskusi yang dikemas dengan suasana santai tersebut mampu menyita lebih dari 20 pasangan pengunjung yang hadir di area lobby rumah sakit.

Lalu, Apa pesan utama dari Hari Otak Sedunia tahun 2022 yang disampaikan manajemen Siloam Hospitals Lippo Village?

Direktur Siloam Hospitals Lippo Village, dr. Jeffry Oeswadi MARS., menyampaikan ada lima hal yang fokus dikampanyekan dalam rangka world brain day tahun 2022, yaitu :

Kesadaran : Kesehatan otak sangat penting untuk Kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang.

Pencegahan : Kebanyakan penyakit otak sebenarnya bisa dicegah

Advokasi : Pendidikan adalah kunci untuk Kesehatan otak

Akses : Kesamaan akses untuk sumber daya, perawatan dan rehabilitasi itu sangat penting untuk Kesehatan otak.

“Karena kesehatan otak itu secara khusus memang harus pemiliknya yang menjaga, baik secara fisik maupun mental. Karena para dokter hanya menjaga jika sudah terjadi gejala penyakit terkait organ otak atau dalam proses penyembuhan”, tutur Jeffry Oeswadi, Jumat (22/07/2022) di Lippo Karawaci Tangerang.

Merangsang Kerja Otak Secara Berkelanjutan

Menilik betapa pentingnya peran otak, masyarakat harus lebih sadar akan efek kesehatan otak dan memulai upaya pencegahan agar organ ini tak mengalami gangguan.

Dokter Spesialis Bedah Siloam Hospitals Lippo Village (SHLV), dr. Petra Octavian P Wahjoepramono Sp.BS., pada momentum Hari Otak Sedunia yang dikemas dalam edukasi bincang santai oleh manajemen SHLV, Petra mengingatkan agar kinerja organ otak dapat terjaga melalui stimulus saraf agar otak senantiasa berfungsi.

“Konsumsi obat, termasuk kemoterapi bukan penyebab utama seseorang mengalami demensia atau kepikunan, agar otak kita tetap berfungsi dengan baik, cara terbaik adalah dengan menggunakannya”, ungkap Petra Octavian pada sesi diskusi dari sejumlah pertanyaan pengunjung.

Menurut Petra Octavian, timbulnya penyakit pikun/demensia pada usia lanjut, disebabkan karena otak tidak mendapatkan rangsangan, termasuk didalam nya menjaga kesehatan mental.

“Jadi otak tetap harus dirangsang agar tetap sehat. Misalnya dengan rutin membaca, melukis, berdiskusi atau menjalankan hobi yang bermanfaat dengan tujuan agar kesehatan mental tetap terjaga “, pungkas Petra Octavian dokter spesialis bedah saraf yang keseharian berpraktek tetap di Siloam Hospitals Lippo Village ini.(fit)




Kelainan Langka, Penemuan Otak Manusia Tanpa Kerutan

Kabar6-Jika biasanya otak manusia normal memiliki lekukan dan alur-alur di seluruh permukaannya, baru-baru ini ada penemuan unik otak manusia tanpa kerutan di Bank Otak Inggris.

Adalah Adam Voorhes yang menjadi penemu otak tanpa kerutan itu. David Dexter, Direktur Sains Bank Otak Inggris, sendiri mengaku terkejut dengan temuan Voorhes. Ya, Dexter sama sekali belum pernah melihat otak yang polos tanpa lipatan dan alur. ** Baca juga: Viral, Polisi India Terkejut Saat Hentikan Sebuah Bajaj yang Ternyata Berisi 27 Penumpang

Ketiadaan alur dan lipatan tersebut, melansir Iflscience, sebenarnya merupakan kelainan langka yang disebut lissencephaly. Kelainan tersebut disebabkan oleh migrasi neuron abnormal saat perkembangan embrio. Untuk memahami kelainan tersebut, Voorhes menghabiskan waktu satu tahun penuh meneliti 100 koleksi otak manusia. Ia membaca dokumen-dokumen berusia ratusan tahun yang menjelaskan kelainan lissencephaly tersebut.

Voorhes kemudian menemukan bahwa penderita lissencephaly ringan akan mengalami kesulitan dalam menelan, peregangan urat, menangkap benda, serta mencerna suatu hal yang baru. Sebagian besar penderita lissencephaly meninggal dunia sebelum usia 10 tahun.

Semua otak yang diteliti Voorhes sebenarnya merupakan koleksi dari pasien Austin State Mental Hospital. Lebih dari 20 tahun koleksi ini terlupakan di sudut belakang laboratorium hewan.

Di antara semua tabung-tabung berisi otak yang kini sudah diamankan, penemuan unik otak manusia tanpa kerutan tersebut adalah koleksi yang paling langka.(ilj/bbs)