1

Agar Nelayan Aman Berlayar, BMKG Maritim Akan Berikan Pelatihan

Kabar6.com

Kabar6- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Serang, akan mengadakan pelatihan bagi para nelayan dan pembudidaya ikan laut di Kabupaten Pandeglang.

“Kami akan mengadakan sekolah lapang untuk para nelayan, agar para nelayan lebih sefty dalam berlayar,”kata Kepala BMKG Maritim Serang Muhamad Nurhuda saat bertemu Bupati Pandeglang Irna Narulita di Pendopo, Selasa (15/6/2021).

Ia juga mengatakan, selain para nelayan, pihak BMKG Maritim akan memberikan pelatihan juga bagi para pembudidaya ikan laut di Pandeglang.

**Baca juga: Mau Jual Obat Terlarang, Pemuda di Pandeglang Dibekuk Polisi

“Kami datang kesini untuk menyampaikan kegiatan kami kepada ibu Bupati sekaligus bersilaturahmi,” ujarnya.

Terkait Waktu, Nurhuda menjelaskan, pelaksanaan kegiatan akan dimulai pada pekan depan. “Tanggal 23 nanti kami akan laksanakan di Kecamatan Panimbang, selanjutnya di Kecamatan Labuan, dan terakhir di Kecamatan Sumur,”jelasnya.(aep)




Cerita Nelayan Pantai Utara di Kronjo Berpeluh Kala Pandemi Covid-19

Kabar6.com

Kabar6-Perjuangan para nelayan di Pantai Utara Kabupaten Tangerang semakin berat di masa pandemi Covid-19. Mereka mengaku pendapatannya dari menjaring udang semakin kecil karena kondisi perairan surut.

Warto, 35 tahun, warga Kampung Pekapuran, RT 02/04, Kronjo, satu dari sekian nelayan yang berpeluh. Semakin banyaknya hasil panen udang yang ia raup tapi justru kecil nilai angka jual di pasaran.

“Pendapatan saya kalau tidak ada covid biasanya saya dapat uang kisaran 500 ribu sekarang masa pandemi saya bisa dapat 200 ribu belum juga beli solarnya,” uangkapnya kepada Kabar6.com, Selasa, (18/5/2021).

Pria asal Brebes yang menggeluti pekerjaan sebagai nelayan sejak 12 tahun silam itu hasil pendapatan di masa pandemi ini kisaran 40 persen. Kalau cuaca bagus bisa memperoleh udang antara 10-20 kilogram.

Jika nasib sedang tak berpihak kepadanya Warto hanya memperoleh udang sebanyak 5 kilogram. Ia bilang harga jualnya pun beda. Per kilogram kisaran Rp 25 hingga 75 ribu.

“Untung bini saya dapat uang BLT yang 600 ribu dari pemerintah, tapi saya tidak dapat PKH (Program Keluarga Harapan-red),” ujarnya.

Warto untuk, untuk membantu ekonomi keluarga hanya mengandalkan istrinya yang berdagang kerupuk di pasar.

“Kalo ada rezeki paling saya dibantu dengan istri saya yang dagang kerupuk di pasar,” ungkapnya.

**Baca juga: Diikuti 5000 Peserta, Mayora Group Gelar Vaksinasi Gotong Royong

“Harapan saya kepada pemerintah untuk Kampung Pekapuran pemerintah lebih melihat lagi nasib para nelayan, lebih bagus lagi pemerintah harus kontrol para nelayan biar tau nasib para nelayan itu bagaimana,” tutup Warto.(cr)




Akibat Cuaca Buruk, Nelayan di Sumur Pandeglang Hilang Usai Digulung Ombak

Kabar6.com

Kabar6- Seorang nelayan di kabupaten Pandeglang dikabarkan hilang saat melaut. Identitas nelayan yang hilang itu Udin Nurdin (49) warga Margahayu, Desa Sukadame Kecamatan Pagelaran.

Nelayan tradisional itu dikabarkan hilang pada Rabu (10/3/2021) pagi tadi. Adapun lokasi kejadian tak jauh dari pantai Ketapang, Desa Tanggul Jaya, Kecamatan Sumur.

Warga setempat Jumri mengatakan, korban dan bersama rekannya hendak pulang usai mencari ikan. Namun tiba-tiba perahu korban di gulung ombak.

“Akibat cuaca buruk ombaknya gede,” kata Jumri saat dikonfirmasi.

Setelah di gulung ombak perahu, naas korban langsung hilang. Sementara satu rekannya bernama Alan sebagai nahkoda tersebut berhasil selamat.

**Baca juga: Mayat Bayi Perempuan Gegerkan Warga Kadu Bungbang Pandeglang

“Setelah di lihat ke depan oleh rekannya, ternyata korban sudah gak ada,”ujarnya.

Hingga saat ini korban belum ditemukan, Warga setempat dan juga Basarnas Banten di kerahkan untuk melakukan pencarian.(aep)




Usia 104 Tahun, Lansia di Langkawi Masih Bekerja Sebagai Nelayan Demi Keluarga

Kabar6-Tok Wan memang sosok ibu yang berani dan pekerja keras. Bagaimana tidak, lansia berusia 104 tahun ini menolak untuk pensiun, dan lebih memilih menjadi nelayan demi menghidupi keluarganya.

Dalam unggahan Twitter dari seorang netizen bernama @amriothmann ini, melansir Worldofbuzz, ibu sekaligus nenek asal Langkawi, Malaysia, ini selalu disibukkan dengan aktivitasnya menangkap ikan dan udang di laut setiap hari.

“Tak ada istilah orang Melayu malas, kalau mengunjungi ke pulau Tuba Langkawi, kamu akan bertemu dengan wanita berusia 104 tahun yang masih melakukan aktivitas sebagai nelayan. Harap pihak yang berkaitan memberi perhatian dan pertolongan untuk kelangsungan hidupnya,” demikian tulis Amri.

Padahal, anak-anak dan cucu-cucu Tok Wan sudah memintanya untuk berhenti bekerja, dan menikmati masa tua dengan bersantai di rumah. Namun, Tok Wan menolak permintaan anak dan cucunya tersebut.

“Tok Wan punya keluarga, tapi dia mengabaikan mereka ketika cucunya memintanya untuk tinggal di rumah. Tok Wan bersikeras melakukan rutinitas hariannya seperti biasa, dan dia juga mengatakan bahwa dia masih sehat,” cuit Amri lagi.

Tidak hanya sibuk menangkap ikan dan udang di laut saja, Tok Wan juga mengolahnya menjadi belacan, atau terasi buatan yang kemudian dijual di pulau Tuba, Langkawi.

Tweet Amri yang menceritakan tentang kisah nenek hebat itu pun mendapat banyak respon dari netizen, yang mengaku kagum dengan kerja keras ibu tadi. ** Baca juga: Negara Mana Saja yang Sudah Menjelajah Mars?

“104 tahun? Nelayan? Aku aja masih 21 tahun udah sering merasa capek kalau naik tangga karena eskalator rusak. Memalukan, masih muda udah capek, besok tua bagaimana?,” cuit netizen @Alyaaarose.

“Semoga Allah membantu dengan memberikan kesehatan, kekuatan dan rezeki yang melimpah, aamiin,” komentar netizen bernama @OMARAHMAD04.

Semangat kerja yang sangat menginspirasi.(ilj/bbs)




Seorang Nelayan Asal Teluk Naga Ditemukan Tewas di Pulau Air

Kabar6.com

Kabar6 – Rodia (52), nelayan asal kampung Garapan RT 002 RW 005, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang ditemukan tewas mengambang di Pulau Air, Kepuluan Seribu, Jakarta, Rabu (13/1/2021) sekira pukul 09.00 WIB.

Kapolsek Teluknaga AKP Edy Suprayitno mengatakan, korban pertama kali ditemukan oleh para nelayan yang sedang melaut. Saat itu, para nelayan mendengar teriakan dan mendatangi sumber suara. Namun melihat korban sudah meninggal dunia.

“Berdasarkan keterangan saksi, korban awalnya berterikan minta tolong, tapi saat didatangi mendapati korban meninggal,” kata Edy berdasarkan keterangan tertulisnya.

Berdasarkan keterangan saksi, lanjut Edy, sebelum ditemukan meninggal, korban bersama temannya bernama Firmansah (23) terlihat pergi melaut ke wilayah Kepuluan Seribu, Selasa (12/1/2021) sekira pukul 20.00 WIB.

**Baca juga: Selama PPKM, Camat Kresek Akan Gelar Operasi Yustisi Tiap Hari

“Kami belum bisa menyimpulkan penyebab kematian korban, karena masih melakukan pencarian satu korban bernama Firmansah yang masih hilang,” tuturnya.

Edy menambahkan, korban saat ini sudah dievakuasi ke rumah duka di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga oleh nelayan dibantu oleh anggota TNI Angkatan Laut (AL).

“Satu korban sudah berada dirumah duka, sementara satu korban masih dalam pencarian,” pungkasnya.(vee)




Terlalu Kecil, Nelayan di India Kembalikan Lagi Ikan Hiu Langka Berkepala Dua yang Ditangkap

Kabar6-Dengan alasan ukurannya masih terlalu kecil, seorang nelayan melepas bayi hiu berkepala dua yang baru ditangkap di lepas pantai Maharashtra, India.

“Kami tidak makan ikan kecil seperti itu, terutama hiu. Jadi, saya pikir itu aneh dan memutuskan untuk tetap melepaskannya,” jelas Nitin Patil, nelayan yang menangkap hiu langka tersebut

Sementara itu rekan Nitin yang bernama Umesh Palekar, melansir Huffpost, mengatakan bahwa sepanjang menjadi nelayan, ini adalah kali pertama dia melihat hiu berkepala dua. “Kami belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya,” ujar Umesh.

Ilmuwan dan ahli biologi yang memeriksa foto ikan dengan panjang sekira sembilan sentimeter tersebut menjelaskan bahwa itu adalah hiu dari jenis spadenose atau sharpnose.

Dikatakan, hiu berkepala dua yang ditangkap Nitin itu bisa menjadi yang pertama di sepanjang garis pantai negara bagian Maharashtra, yang memiliki panjang sekira 600 kilometer.

“Catatan kami menunjukkan bahwa hiu berkepala dua sangat jarang dilaporkan di sepanjang pantai India,” ungkap seorang ilmuwan dari Central Marine Fisheries Research Institute. ** Baca juga: Pengusaha Asal India Sikat 2 Bank Setelah Pelajari Teknik Merampok dari YouTube

National Geographic pada 2016 menulis, mutasi dua kepala telah menjadi lebih umum, tetapi tidak ada yang tahu persis penyebabnya. National Geographic menawarkan beberapa faktor yang mungkin untuk mutasi tersebut, termasuk polusi dan kumpulan gen yang menyusut karena penangkapan berlebihan.(ilj/bbs)




Setelah 10 Hari Hilang, Nelayan Desa Tanjung Pasir Ditemukan Tewas

Kabar6.com

Kabar6 – Nelayan asal Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang berinisial D alias Acong (33), akhirnya ditemukan dalam kondisi sudah meninggal di Pantai Anyer, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Sabtu petang (21/11/2020). Sebelumnya, korban dinyatakan tenggelam saat melaut bersama dua temannya 12 November 2020.

Kapolsek Teluknaga AKP Dodi Abdul Rohim membenarkan, nelayan berinisial D asal Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga sudah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Menurut Dodi, jasad korban ditemukan di Pantai Anyer, Kabupaten Serang oleh salah seorang pemulung.

**Baca juga: Milad Ke-108, PP Muhammadiyah Solear Gelar Pelatihan Multimedia

“Iya, sudah ditemukan di Pantai Sanghiang Anyer. Jasad korban ditemukan pertama kali oleh seorang pemulung,” kata Dodi saat dikonfirmasi melalui telepon, Minggu (22/11/2020).

Dodi menambahkan, jasad korban sudah dibawa ke rumah duka di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga untuk segera dimakamkan. “Jasad korban sudah di rumah duka, hari ini dimakamkan,” imbuhnya. (vee)




Nelayan di Filipina Temukan Mutiara Senilai Rp1,3 Triliun

Kabar6-Seorang nelayan yang tidak diungkap identitasnya menemukan mutiara seberat 34 kilogram di sebelah barat Pulau Palawan, Filipina. Namun pria itu tidak menyadari bahwa mutiara tersebut adalah yang terbesar di dunia.

Selama 10 tahun, melansir Dailymail, dia menyembunyikan mutiara tadi dalam sebuah tas besar yang diletakkan di bawah kasur. Rupanya, nelayan dan keluarganya menganggap mutiara itu sebagai jimat keberuntungan. Jadi sebelum melaut, mereka mengusapkan tangan pada mutiara raksasa tersebut. Hal yang tidak mereka ketahui, mutiara yang ditemukan itu bisa bernilai Rp1,3 triliun.

Salah seorang kerabat nelayan bernama Aileen Amurao mengatakan bahwa pria itu memberinya mutiara raksasa untuk dijaga, karena keluarga nelayan ingin pindah ke tempat baru.

Mutiara itu sempat tergeletak di rumah Amurao untuk beberapa minggu, sampai akhirnya Amurao yang merupakan pegawai dinas turisme kota Puerto Princesa memiliki waktu untuk mengecek di internet.

Saat itulah dia sangat terkejut karena mutiara yang dititipkan padanya barangkali merupakan mutiara terbesar di dunia dengan ukuran panjang 67 cm dan lebar 30 cm.

Dikatakan Amurao, nelayan itu bersama ayah dan saudaranya menemukan mutiara raksasa dalam kerang raksasa. Kerang tersebut sempat tersangkut di bawah perahu yang mereka naiki. Mereka kemudian mengangkat kerang raksasa dan membelahnya.

Namun, diungkapkan Amurao, nelayan itu tak mau namanya dipublikasi. Menurut catatan, mutiara terbesar dunia adalah ‘Mutiara Allah’ yang beratnya mencapai 6,4 kilogram, yang bernilai Rp427 miliar. ** Baca juga: Mukjizat, Pria AS Ini Selamat Setelah Babak Belur Diserang Beruang yang Sama Sebanyak 2 Kali

Luar biasa.(ilj/bbs)




Terlepas dari Pelampung Ban, Nelayan Pandeglang Tenggelam dan Ditemukan Tewas

Kabar6.com

Kabar6- Seorang nelayan Misdana dikabarkan hilang tenggelam, Sabtu kemarin (10/10/2020) ditemukan tewas dalam posisi di atas karang di pesisir Muara Citeluk, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Humas Basarnas Banten Warsito mengatakan, mayat korban pertama kali ditemukan oleh Sarjani dan akhirnya melaporkan ke petugas gabungan.

“Adanya informasi tim SAR gabungan dari Basarnas, Satpolair Polres Pandeglang, Kampung Siaga Bencana, Tagana, dan masyarakat langsung menuju ditemukanya korban. Selanjutnya melakukan evakuasi,” kata Warsito, Minggu (11/10/2020).

Atas hasil musyawarah petugas dan keluarga korban, kata Warsito, korban langsung dibawa ke rumah duka di Desa Batu Hideng Kecamatan Cimanggu.

Adapun kronologis kejadian itu bermula saat korban bersama beberapa nelayan berangkat ke laut untuk melakukan pencarian ikan menggunakan jaring di perairan Tanjung Cariang desa Batuhideung pagi hari, Sabtu (10/10/2020).

Peralatan atau sarana yang digunakan dalam kegiatan pencarian ikan tersebut menggunakan sebuah ban dalam dari kendaraan yang dipompa dengan angin. Ini digunakan oleh perorangan sebagai pengganti perahu.

**Baca juga: Aksi Tolak UU Omnibus Law Ricuh, Dua Mahasiswa Pandeglang Derita Benjol.

Tak lama rekannya menyaksikan korban tenggelam akibat terlepas dari ban yang ditumpanginya. Melihat kejadian tersebut rekan lainnya berupaya menolong namun tidak bisa ditemukan. “Kemudian mereka pulang untuk melaporkan kejadian tersebut kepada warga dan kepala desa,” tutupnya. (Aep)




Jasad Nelayan yang Hilang di Perairan Cihara Lebak Ditemukan

Kabar6.com

Kabar6-Tim SAR gabungan akhirnya menemukan Edi (45) nelayan yang hilang setelah perahunya terbalik dihantam gelombang di Perairan Cihara, Kabupaten Lebak, dalam kondisi meninggal dunia, Selasa (22/9/2020) malam.

Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Banten selaku SAR Mission Coordinator (SMC) dalam operasi SAR, M. Zaenal Arifin, mengatakan, jasad nelayan asal Kabupaten Pandeglang itu ditemukan sebelah barat Pantai Bagedur radius 5 NM dari lokasi kejadian.

“Jenazah korban langsung dievakuasi kemudian diserahkan kepada pihak keluarga menuju rumah duka di Kecamatan Cikeusik, Pandeglang,” kata Zaenal.

Zaenal menyampaikan terima kasih atas upaya yang dilakukan personel SAR gabungan yang bekerja keras melakukan upaya pencarian terhadap korban mulai Minggu (20/9).

“Sebelumnya pada pagi hari personel melakukan pencarian dengan membagi area menjadi 3. Pertama menyisir dengan pengamatan secara visual melalui jalur darat ke arah timur sejauh 12 KM dari Tanjung panto, kemudian kedua menyisur melalui jalur darat sejauh 18 KM dari lokasi kejadian ke arah barat, dan menyisir melalui jalur darat sejauh 12 KM ke arah timur dari Muara Binuangeun,” papar Zaenal.

**Baca juga: Pencarian Nelayan Hilang di Lebak Hari Keempat Belum Ditemukan.

Diketahui, perahu kincang Berkah Abadi dihantam gelombang besar saat arah pulang dari Perairan Bayah menuju Binuangeun. Akibat kejadian itu, dua awak Edi dan Luki terjatuh ke laut. Luki berhasil diselamatkan oleh nelayan yang datang, sementara Edi tenggelam.(Nda)