1

Limbah APK Pemilu Dapat Didaur Ulang Jadi Bahan Keramik dan Bata

Kabar6-Limbah alat peraga kampanye (APK) Pemilu 2024 dapat didaur ulang menjadi barang bernilai ekonomis. Alat komunikasi luar ruang seperti billboard, baliho, spanduk dan atau banner bahan dasarnya terbuat dari flexi.

“Bisa buat bahan keramik dan bata,” kata Asisten Daerah I Bidang Pembangunan Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Heru Agus Santoso kepada kabar6.com di Serpong, Senin (12/2/2024).

Selama masa tenang Pemilu 2024 pada 11-13 Februari ini, setiap atribut kampanye milik peserta pemilu wajib dicopoti. Termasuk di Kota Tangsel. Segala sudut ruas jalan dan pemukiman warga harus steril dari APK.

Patut diketahui, penanganan sampah APK telah diperketat lewat surat edaran dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 3 Tahun 2024 tertanggal 3 Januari 2024. Kepala daerah harus mencegah sisa APK bercampur dengan sampah lainnya di tempat pembuangan akhir.

APK dikategorikan sebagai limbah spesifik yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Limbah Spesifik.

Barang bertuliskan foto dan jargon peserta Pemilu 2024 dikategorikan sebagai limbah yang muncul secara tidak teratur sesuai Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Limbah.

**Baca Juga: 6 Saksi Perkara Penjualan Emas Dipanggil Kejagung

Barang-barang berisi foto dan jargon kampanye juga dikategorikan sebagai limbah yang muncul secara tidak teratur. Mengacu pada Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Limbah.

Sejumlah pabrik yang memproduksi bahan material rumah tangga kini banyak yang memanfaatkan limbah flexi. Hasil cacahan sampah APK bisa diolah menjadi bahan dasar pembuatan keramik dan bata.

“Seperti di Serang,” jelas Heru Agus Santoso. Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangsel, Wahyunoto Lukman mengutarakan, titik pengumpulan sampah APK Pemilu 2024 terpusat di Parigi, Kecamatan Pondok Aren.

Di lokasi itu terdapat perangkat mesin insenerator yang fungsinya untuk pengolahan sampah. “Yang sudah tidak bisa dimanfaatkan, kita musnahkan di fasilitas insenerator,” utaranya secara terpisah dihubungi kabar6.com.

Ia tidak melarang yang kondisinya masih bagus dapat diambil lagi oleh tim sukses peserta pemilu. Sebab sampah lembaran APK tentu juga dapat berfungsi untuk keperluan lainnya sesuai kebutuhan pemiliknya.

“Silahkan dimanfaatkan kembali oleh warga, komunitas, warung-warung dan lain-lain,” singkat Wahyunoto.(yud)

 




Viral Lift Terjatuh di Unpam, Rektorat: Hanya Terhenti Terganjal Keramik

Kabar6.com

Kabar6-Rektorat Universitas Pamulang (Unpam) menanggapi adanya kabar mengenai video viral lift terjatuh di Gedung Unpam Victor.

Rektor Unpam, Nurzaman mengatakan, lift yang dikabarkan terjatuh itu hanya terganjal oleh serpihan keramik, sehingga terhenti.

“Tidak ada insiden lift jatuh di Unpam, yang terjadi lift terhenti saat dicoba dihidupkan oleh petugas karena terganjal serpihan keramik yang diganti di depan pintu lift,” ujarnya kepada awak media, Kamis (24/11/2022).

“Saat dicoba lift tersebut dalam keadaan kosong atau tanpa penumpang,” tambahnya.

**Baca juga: Pemkot Tangsel Kirim 50 Relawan ke Lokasi Gempa di Cianjur

Sementara itu, Wakil Rektor Unpam 4, Dewi Anggraini memaparkan, lift yang dikabarkan jatuh pada Rabu 23 November 2022 itu terdapat pecahan atap lift retak akibat gempa.

“Kemarin ada pecahan atap lift retak sepertinya akibat gempa. tapi tidak ada orang. di lift gedung A k Kampus Viktor,” tutupnya.(eka)




Jadikan Kebiasaan Minum Kopi Lebih Ramah Lingkungan

Kabar6-Selain kopi buatan sendiri yang menggunakan mug atau cangkir, Anda tentu pernah memesan kopi dalam gelas plastik. Hal yang mungkin terabaikan adalah, berapa banyak sampah gelas plastik yang Anda ‘sumbangkan’ dalam sebulan?

Karena itulah, untuk mengurangi sampah plastik, Anda bisa mulai mengubah kebiasaan minum kopi yang lebih positif bagi lingkungan atau ramah lingkungan. Melansir Femina, berikut penjelasannya:

1. Hemat penggunaan energi listrik
Bagaimana kopi yang Anda minum setiap pagi dibuat? Kopi yang dibuat menggunakan French press, AeroPress, atau manual brew lainnya yang tidak menggunakan listrik, jelas lebih hemat energi ketimbang mesin pembuat kopi yang menggunakan listrik. Cold brew yang kini naik daun atau kopi tubruk yang sederhana juga bisa jadi pilihan.

2. Kurangi sampah
Environmental Audit Committee (EAC) melaporkan, dari 2,5 triliun gelas kopi sekali pakai yang digunakan setiap tahun di Inggris, hanya 0,25 persen saja yang didaur ulang.

Bahkan, gelas kertas yang digunakan untuk kopi bukan pilihan yang sepenuhnya lebih baik, karena memiliki lapisan agar tak bocor, yang membuatnya sulit didaur ulang.

Itu baru gelas kopi sekali pakai, belum lagi sachet kopi instan, filter, sedotan, kapsul kopi sekali pakai, dan plastik yang digunakan untuk membawanya dari kedai ke meja.

Langkah bijak dapat Anda lakukan dengan memilih gerai kopi yang menggunakan gelas, sedotan, dan kantong yang terbuat dari tumbuhan seperti singkong yang mudah terurai secara alami. Lebih mudah lagi jika Anda membawa sendiri gelas, sedotan bambu/metal, dan tas untuk menentengnya.

Jika Anda suka membuat kopi di rumah atau kantor menggunakan kertas filter, pertimbangkan untuk beralih ke filter yang terbuat dari kain atau keramik porcelain, sehingga bisa digunakan berkali-kali.

Ampas kopi paling sederhana dikembalikan ke tanah, tapi ada juga yang dengan kreatif menggunakan sebagai pewarna kain (eco print).

3. Minimalkan jejak karbon
Sebisa mungkin minumlah kopi di tokonya, beli yang dekat dengan lokasi tempat tinggal atau kantor sehingga tidak perlu kendaraan yang menggunakan bensin, atau jika memesan lakukan secara kolektif. ** Baca juga: Pilih 5 Jenis Masker Terbaik untuk Hindari Polusi Udara

Bila Anda menyukai susu, pertimbangkan menggunakan susu dari tumbuhan (vegan milk) yang memiliki jejak karbon lebih sedikit. Pengamat lingkungan menilai peternakan sapi adalah salah satu penyumbang karbon yang besar antara lain dengan menilai penggunaan lahan dan penyediaan pangannya.

Mudah, bukan? (ilj/bbs)




Gali Reruntuhan Keraton Surosowan, BPCB Banten Temukan Keramik Jepang dan Uang VOC

Kabar6.com

Kabar6-Balai Pelestatian dan Cagar Budaya (BPCB) Banten, menemukan pecahan keramik yang di duga berasal dari Jepang.

Penemuan pecahan keramik itu hasil ekskavasi atau penggalian disebelah Utara reruntuhan Keraton Surosowan, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.

Menurut Juliadi, Kasie Pelindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan dari BPCB Banten, berdasarkan beberapa referensi, Kesultanan Banten telah melakukan hubungan dagang dan mengirim perwakilannya ke Kerajaan Jepang.

Di koin Kesultanan Banten, terdapat tulisan aksara Jawa kuno yang berbunyi Pangeran Ratu Ing Banten, di jaman Sultan Maulana Muhammad atau Sultan Bangen ke tiga.

Namun untuk memastikannya, masih dilakukan penelitian temuan tersebut. Pecahan keramik yang di duga berasal dari Jepang, juga tersimpan di Puslit BPCB Banten, untuk dibersihkan kemudian di teliti.

“Ada dugaan juga keramik Jepang, tapi masih perlu ahlinya. Karena disekitar lokasi Kesultanan Banten ini banyak sekali ditemukan pecahan keramik Jepang,” kata Juliadi, saat ditemui di lokasi ekskavasi, Jumat (26/7/2019).

Kemudian ditemukan juga mata uang kuno kesultanan Banten dan beberapa mata uang negara lainnya, seperti dari Belanda.

Mata uang itu telah dikumpulkan di pusat penelitian (Puslit) BPCB Banten, yang berada di Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, atau tepat berada disamping Museum Banten Lama.

“Penemuan koin dilokasi eskavasi Keraton Surosowan ada sekitar delapan, kita masih terus melakukan ekskavasi. Yang jelas terlihat itu mata uang VOC dan mata uang yang dibuat oleh Kesultanan Banten,” terangnya.

Menurut Junaidi, temuan yang paling menarik adalah cangklong atau alat hisap rokok di jaman Kesultanan Banten.

Terlebih, alat hisap saat itu hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja dan termasuk batang mewah.

Penemuan cangklong membuktikan kalau sebelum Belanda menjajah Banten, telah terjalin hubungan yang baik antar dua kerajaan tersebut.

**Baca juga: Pamer Hasil Buruan Burung Elang, Pemuda di Pandeglang Terancam Penjara 5 Tahun.

Terlebih, posisi Kesultanan Banten dan Pelabuhan Karangantu nya terletak di sebelah Utara Laut Jawa.

“Hasil identifikasi buatan dari Eropa atau tepatnya di Belanda. Ini membuktikan hubungan dagang yang intensif dilakukan saat kerajaan. Berdasarkan beberapa referensi memang sudah ada hubungan dagang dan dipakai, biasanya hal-hal yang sudah di dapat hanya-hanya orang tertentu yang memakai,” jelasnya.(Dhi)