1

Prabowo Diyakini Dapat Mendorong Terwujudnya Solusi Dua Negara, Palestina Merdeka

Kabar6-Pengamat geopolitik Tengku Zulkifli Usman (TZU) berharap presiden terpilih Prabowo Subianto dapat meningkatkan peran Indonesia secara global dalam mendorong terwujudnya negara Palestina merdeka.

Solusi dua negara (two state solution) merupakan opsi untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina yang telah digaungkan Indonesia di Sidang Darurat Majelis Umum PBB pada Jumat, 27 Oktober 2023 lalu.

“Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) sudah mulai memetakan fondasi baru keterlibatan kita dalam penyelesaian konflik-konflik global. Terpilihnya Pak Prabowo, ini bagus. Ini sinyal positif, bahwa kita akan banyak terlibat dalam tataran geopolitik global,” kata Tengku Zulkifli Usman, Rabu (8/5/2024).

Hal itu disampaikan TZU dalam Gelora Talks bertajuk ‘Ketika Gelombang Pro Palestina Menyala di Kampus-kampus Indonesia’, Rabu (8/5/2024) sore. **Baca Juga: Pemkot Tangsel Targetkan Standar Pelayanan Publik Tingkat Nasional Masuk 10 Besar

Diskusi ini juga menghadirkan Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Muhammad Abid Al Akbar dan Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Yogi Syahputra Alidrus sebagai narasumber.

Sebagai pemimpin negara yang memiliki pemahaman tentang geopolitik global, TZU yakin Prabowo berani menekan Israel dan standar ganda barat dalam kasus Palestina untuk menerima proposal ‘two state solution’.

“Pak Prabowo misalnya setelah dilantik nanti, beliau bisa langsung menekan Israel. Dengan banyak tekanan Internasional itu, Israel bisa menerima two state solution, solusi dunia negara,” katanya.

Menurut TZU, Israel pada dasarnya tidak ingin ada dua negara dan dua warga hidup secara berdampingan, antara Israel dan Palestina. Sebaliknya, Israel ingin mewujudkan Israel Raya, sehingga melakukan upaya genosida terhadap rakyat Palestina.

“Sekarang ini penduduk Palestina ada 7 juta, Israel juga 7 juga. Kalau ada dua negara, penduduk Israel akan kalah jauh dalam beberapa tahun ke depan. Karena itu Israel ingin mendirikan Israel Raya, makanya rakyat Palestina dibunuhi, digenosida, etnisnya sengaja dibersihkan,” ujarnya.

Namun, upaya Israel itu justru menimbulkan kesadaran global dan tekanan internasional secara masif untuk meluruskan sejarah pendudukan Israel terhadap tanah Palestina.

“Tekanan kampus dan intelektual di Amerika sangat luar biasa, dan telah berhasil mengubah paradigma persoalan Palestina, bukan lagi persoalan politik atau agama, tetapi ini sudah kemanusiaan,” tegasnya.

TZU menilai aksi solidaritas mahasiswa di Amerika Serikat (AS) harus mendapatkan dukungan kampus-kampus di Indonesia secara luas.

“Kesadaran global ini, harus kita ambil peluangnya dengan baik untuk memberikan tekanan kepada Israel, serta mendorong diplomasi Indonesia secara maksimal, ” katanya.

*Harusnya Malu*

Sementara itu, Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Muhammad Abid Al Akbar mengatakan, mahasiswa Indonesia harusnya malu dengan upaya mahasiswa di AS yang telah memulai gerakan global solidaritas Palestina.

“Mahasiswa Indonesia jangan hanya bergerak pada isu domestik, tetapi juga isu global. Jangan hanya demo soal UKT, atau Pemilu saja. Aksi kita juga harus diakui secara global dan memiliki efek bagi kemerdekaan Palestina,” kata Abid Al Akbar.

Abid juga mengkritik organisasi mahasiswa seperti HMI, GMNI, PMKRI, PMII dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang kurang melakukan aksi solidaritas terhadap Palestina, padahal Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

“Kalau ada aksi-aksi solidaritas Palestina itu, yang demo mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus, lainnya tidak. Kita pertanyakan temen-temen HMI, PMII dan lainnya yang tidak mengawal isu Palestina. Padahal sebagai negara mayoritas muslim, gerakan mahasiswa Indonesia bisa memiliki power luar biasa di mata internasional, ” katanya.

Sedangkan Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Yogi Syahputra Alidrus mengatakan, 172 BEM di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM)/Aisyiyah akan melakukan aksi besar-besaran solidaritas Palestina dalam waktu dekat.

“Kemarin kita sudah melakukan aksi solidaritas Palestina secara serentak di berbagai daerah difasilitasi rektorat dari 172 PTM/Aisyiyah. Kita akan melakukan lagi aksi besar-besaran dengan jumlah massa lebih besar dalam waktu dekat. Yang akan aksi BEM-nya,” kata Yogi Saputra Alidrus.

Yogi yang juga Presiden BEM 172 PTM/Aisyiyah ini sudah melakukan komunikasi intens dengan BEM Muhammadiyah se-Indonesia untuk melakukan aksi solidaritas Palestina yang jauh lebih besar.

“Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Dan Muhammadiyah menilai konflik Israel-Palestina harus dihentikan. Ini tidak ada kaitannya dengan isu keagamaan, tetapi murni kemanusiaan,” tegas Yogi.

Muhammadiyah, lanjutnya, mendukung kemerdekaan Palestina sebagai negara berdaulat dan bebas dari penjajah Israel.

“Universitas-universitas di Muhammadiyah akan melakukan gerakan-gerakan mendukung kesadaran global kemerdekaan Palestina. Saya sendiri sebagai Presiden Mahasiswa Muhammadiyah se-Indonesia akan turun ke jalan dalam jumlah yang cukup besar untuk bela Palestina,” pungkasnya.(red)




PD III Kemungkinan Besar Bakal Segera Terjadi, Berikut Titik Hotspotnya!

Kabar6-Pengamat Timur Tengah Tengku Zulkifli Usman (TZU)mengatakan, ada tiga negara yang akan menjadi pemantik perang dunia (PD) III, yakni Ukraina, Israel dan Taiwan.

“Ketiga negara tersebut, sudah pasti akan menjadi pemantik Perang Dunia III saat ini. Tetapi, kita tidak tahu, apakah terjadi di Eropa Timur (Ukraina), Timur Tengah (Israel), dan salah-satunya di dekat sini (Taiwan) yang akan menjadi medan tempur Perang Dunia III,” kata Tengku Zulkifli Usman, Rabu (24/4/2024) sore.

Hal itu disampaikan Tengku Zulkifli Usman dalam Gelora Talks bertajuk ‘Iran Vs Israel Saling Gebuk & Ancaman Perang Global’ yang ditayangkan di kanal YouTube Gelora TV, Rabu (24/4/2024).

Diskusi ini juga menghadirikan Henwira Halim, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri (Hublu) DPN Partai Gelorambang Rakyat (Gelora) Indonesia) dan Dadi Krismatono, Ketua Bidang Narasi DPN Partai Gelora bertindak. sebagai host.

TZU, panggilan akrab Tengku Zulkifli Usman berharap agar Taiwan tidak menjadi medan tempur PD III, karena akan membawa pengaruh secara langsung pada situasi geopolitik di tanah air. Sebab, secara geografis wilayah Indonesia berada di dalam di kawasan Asia Pasifik.

“Dalam posisi geopolitik sekarang, China itu sebagai ancaman dunia, bukan Rusia. Dari ketiga kekuatan dunia yang ada, Amerika, China dan Rusia, Rusia sekarang justru yang paling lemah. Karena itu, Amerika dalam kebijakan luar negeri mereka, memasukkan China sebagai musuh utama,” katanya.

Sebab, dominasi China dalam kemajuan ekonomi tidak hanya merambah Asia Timur, Asia dan Eropa saja, tetapi sudah mencapai seluruh belahan dunia, termasuk Israel.

“Amerika sudah menyetujui RUU paket bantuan luar negeri lebih dari 60,8 miliar dolar AS untuk Ukraina; 26,6 miliar dolar AS untuk Israel; dan 8 miliar dolar AS untuk sekutu-sekutu AS di kawasan Indo-Pasifik untuk melawan China,” katanya.

Ia menilai dengan adanya bantuan tersebut, Amerika sebenarnya sudah mempersiapkan rencana tiga hotspot medan tempur untuk PD III. Ketiga hotspot tesebut, sudah masuk dalam rencana strategi ke depan Amerika.

**Baca Juga: Jurus Juwita Wulandari Wujudkan Lansia di Lebak Tangguh dan Smart

“Tapi sekali lagi kita tidak tahu, dititik mana medan Perang Dunia III itu akan dimulai, semua hotspot tersebut sangat potensial. Tapi mudah-mudahan jangan di depan rumah kita, ” pungkasnya.

Ketua Bidang Hublu DPN Partai Gelora Henwira Halim menambahkan, China memang menjadi ancaman baru bagi Amerika. Sebab, China lahir sebagai superpower baru dunia, tetapi bukan karena kemajuan teknologi, tapi dipicu kemajuan ekonomi.

“China ini menjadi negara superpower baru dengan jalan berbeda, bukan melakukan invasi dan konflik bersenjata seperti Amerika dan Rusia. Tapi ini yang justru membuat Amerika menjadi khawatir, dan menjadikan China musuh utama, karena menjadi ancaman buat mereka,” kata Henwira.

Sehingga Amerika juga kerap pasang badan untuk Israel agar tidak kehilangan muka di mata China. Sebab, ternyata proyek-proyek China di Israel juga banyak, dan tidak sedikit nilai investasinya.

“Sudah pasti Amerika dan China akan meredahkan ketegangan konflik di Timur Tengah dan Israel. Ada peran untuk menjaga stabilitas dari usaha dagangnya China dan Amerika di Israel,” katanya.

Henwira berpandangan ketegangan antara Israel yang didukung Amerika dengan Iran yang didukung Rusia dan China tidak akan berlanjut, hanya sekedar psywar atau unjuk kekuatan saja antara kedua belah pihak.

“Kelihatannya eskalasi tidak akan berlanjut, meskipun Israel telah melakukan serangan balasan di fasilitas militer dan nuklir Isfahan. Kata Israel, ‘kalau elu bisa nyerang kita, kita juga bisa’. Itu saja hanya ingin menunjukkan. Dan buktinya, Iran juga tidak melakukan serangan balasan lagi, meski ada arahan dari Rusia untuk tidak membalas. Saya kira konflik Israel-Iran akan mereda, yang masih berlanjut itu, Israel dengan Palestina,” tegasnya.(TimK6)




Jokowi Kecewa Debat Kandidat Capres Saling Serang Personal

Kabar6-Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo akhirnya bereaksi atas hasil debat kandidat ketiga calon presiden akhir pekan kemarin. Ia melihat substansi dari visi para kandidat justru malahan tidak kelihatan.

“Yang kelihatan justru saling serang,” ungkapnya di Serang, Provinsi Banten, Selasa (9/1/2023).

Menurutnya, argumentasi saling serang wajar. Asalkan yang disoroti masalah kebijakan serta visi dari masing-masing calon presiden.

**Baca Juga: Dampingi Presiden, Bupati Serang Ungkap Kemajuan dari Dana Desa

Jokowi bilang, tapi kalau sudah menyerang personal yang tidak ada hubungannya dengan konteks debat mengenai hubungan internasional, geopolitik, pertahanan dan lain sebagainya justru salah kaprah.

“Saya kira kurang memberikan pendidikan, kurang edukasi,” ujarnya. Jokowi ingin debat kandidat selanjutnya dibuat rambu-rambu sehingga menjadi lebih hidup.

“Saling serang enggak apa-apa, asalkan policy (kebijakan). Visinya yang diserang, bukan untuk saling menjatuhkan,” sesal Jokowi.

Diketahui, capres nomor urut 1 Anies Rasyid Baswedan mengkritisi rival Prabowo Subianto capres nomor urut 2 tentang standar etika. Prabowo pun bereaksi membalas sindiran agar Anies tidak pantas bicara tentang etik kepadanya.(yud)




Menghadapi Tantangan Mobil Listrik: Antara Energi Bersih, Geopolitik, dan Kesejahteraan Nasional

Oleh: Achmad Nur Hidayat, MPP | Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute

Kabar6-Prof. Didin S. Damanhuri, seorang Guru Besar IPB & Univ. Paramadina telah memberikan paparan tentang Hilirisasi, Untungkan Siapa?. Dalam wawancara eksklusif di program Zoominari Kebijakan Publik yang diselenggarakan oleh Narasi Institute hari Jumat (18/08/2023) dengan tema “Hilirisasi, Untungkan Siapa?” yang di pandu oleh Achmad Nur Hidayat.

Dalam menghadapi tantangan global terkait energi dan lingkungan, Indonesia terlibat dalam perdebatan mengenai proyeksi masa depan energi dan dampaknya terhadap geopolitik.

Dia mengungkapkan kompleksitas isu ini dengan mengaitkan upaya transisi dari energi kotor ke bersih, khususnya melalui mobil listrik, dengan rivalitas antara China dan Amerika dalam perspektif geopolitik.

Pakar tersebut menjelaskan bahwa proyeksi masa depan dunia melibatkan pengurangan emisi karbon dengan menggantikan energi kotor dengan energi bersih. Proses ini diperkuat dengan keberadaan mobil listrik yang diharapkan dapat mengurangi karbon dioksida dan dampak perubahan iklim.

Namun, upaya ini belum sepenuhnya diadopsi secara global, hanya beberapa negara seperti Amerika, Jepang, Korea Selatan, Eropa, dan China yang menjadi pionir dalam perkembangan mobil listrik.

Persaingan global dalam merebut peran strategis mobil listrik, yang dipandang sebagai komoditas masa depan, juga berdampak pada Indonesia. Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia memiliki potensi besar dalam industri baterai mobil listrik.

“Sebagai sebuah komoditas strategis masa depan yang nanti kan kita tahu energinya dari baterai. Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia cuman berupa material. nah pada saat yang sama terjadi dunia ini digunakan oleh sebuah konflik geopolitik dan geostrategi kualitas antara Amerika dan China, apalagi Cina sudah hampir menyalip kekuatan ekonomi Amerika.”, ujarnya.

Dalam konteks rivalitas antara China dan Amerika, Indonesia memiliki posisi geopolitik yang menarik bagi keduanya. Posisi Indonesia yang dekat dengan China dan sebagai bagian dari poros geopolitik Cina-Indonesia memengaruhi kemungkinan dominasi China dalam industri mobil listrik.

“Indonesia sudah menjadi tempat yang memang dimenangkan lah oleh China di dalam rivalitas dengan Amerika bahkan Elon Musk juga membutuhkan bahan baku lithium dan nikel harus bernegosiasi ke Beijing, walaupun sebenarnya tambangnya ada di Indonesia.”, imbuhnya.

Peran Kunci China dalam Industri Mobil Listrik

China telah memainkan peran kunci dalam mengubah lanskap industri mobil listrik secara global. Sebagai salah satu produsen mobil listrik terbesar di dunia, China telah melakukan investasi besar-besaran dalam riset, pengembangan, dan produksi mobil listrik serta baterainya. Pemerintah China telah memberikan dukungan substansial dalam bentuk insentif fiskal, kebijakan regulasi yang mendukung, dan infrastruktur pengisian baterai yang luas. Semua ini telah mendorong pertumbuhan pasar mobil listrik yang signifikan di negara tersebut.

Dalam konteks hubungannya dengan Indonesia, dominasi China dalam industri mobil listrik memiliki implikasi penting terkait dengan nikel sebagai bahan baku baterai. China, sebagai produsen baterai terbesar di dunia, memiliki akses lebih besar terhadap pasokan nikel dan logam lain yang digunakan dalam pembuatan baterai. Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia sejauh ini lebih cenderung menjadi penyedia bahan mentah daripada mengambil bagian dalam rantai pasok dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Kehadiran China dalam perjanjian kemitraan strategis dengan Indonesia dan kepemilikan sejumlah smelter nikel di Indonesia menunjukkan peran dominan China dalam industri ini.

Didin mengatakan bahwa “Indonesia sudah menjadi tempat yang memang dimenangkan lah oleh China di dalam rivalitas dengan Amerika bahkan Elon Musk juga membutuhkan bahan baku lithium dan nikel harus bernegosiasi ke Beijing, walaupun sebenarnya tambangnya ada di Indonesia. Itu satu bukti bahwa memang pertambangan ini sudah dikuasai China, jadi ini memperkuat apa yang disampaikan oleh pak Faisal Basri.”

Kendati demikian, perlu dipertimbangkan bagaimana Indonesia dapat mengambil manfaat lebih besar dari hubungannya dengan China dalam industri mobil listrik. Hal ini dapat mencakup kolaborasi dalam pengembangan teknologi baterai, peningkatan nilai tambah dalam rantai pasok nikel, dan pengembangan kebijakan yang mendukung transformasi industri nikel menjadi industri dengan nilai tambah lebih tinggi. Dengan demikian, Indonesia dapat mengoptimalkan potensi sumber daya alamnya dan mengambil peran yang lebih proaktif dalam perkembangan industri mobil listrik global.

Dampak Rivalitas Amerika-China dan Perlunya Kewaspadaan

Rivalitas ekonomi dan geopolitik antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok memiliki implikasi signifikan terhadap dinamika hilirisasi nikel di Indonesia. China, sebagai negara yang semakin mendominasi pasar global, memiliki kepentingan strategis dalam mengamankan pasokan nikel sebagai bahan baku untuk industri mobil listrik yang sedang berkembang pesat. Keberadaan nikel sebagai bahan utama baterai mobil listrik menjadikan Indonesia dengan cadangan nikel terbesar di dunia menjadi potensi target yang menarik bagi China. Kedekatan geografis Indonesia dengan Tiongkok menjadi nilai tambah bagi China dalam mengakses pasokan nikel tersebut.

Dalam konteks ini, penting bagi Indonesia untuk menjaga kewaspadaan terhadap dampak dari rivalitas Amerika-China. Perjanjian kemitraan dan hubungan yang semakin erat antara Indonesia dan China dalam dekade terakhir perlu dilihat dengan cermat, terutama dalam konteks hilirisasi nikel dan industri mobil listrik. Meskipun kemitraan dapat membawa manfaat ekonomi, Indonesia juga perlu memastikan bahwa kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat tidak terabaikan. Dengan mengambil langkah-langkah yang cermat dan berdasarkan analisis yang mendalam, Indonesia dapat menghindari potensi kerugian dalam dinamika geopolitik global yang dapat mempengaruhi perekonomian dan kedaulatan negara.

Dalam hal ini Didin mengatakan, “Jadi sekarang baik sekarang ini dalam rangka nikel maupun sebelumnya Migas selalu menjadi korban dari rivalitas yang sekarang kuasai oleh China, Tapi sebelumnya pernah dikuasai untuk Migas oleh Amerika. Jadi sebenarnya saya kira sumber masalah yang utama Karena sistem politik kita yang sangat rapuh dan butuh pembiayaan besar yang umumnya mengandalkan perburuan rente di dalam eksplorasi eksploitasi SDA.”

Penguasaan China dalam Pertambangan Nikel dan Hilirisasinya yang Tidak Menguntungkan Indonesia

Pengaruh dominan China dalam pertambangan nikel Indonesia dan pelaksanaan hilirisasi yang terkait dengannya sebenarnya tidak memberikan banyak manfaat bagi Indonesia dan rakyatnya. Meskipun Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, penguasaan China atas sebagian besar rantai pasok nikel telah mengakibatkan manfaat ekonomi yang seharusnya diterima oleh Indonesia lebih banyak mengalir ke China. Keterlibatan China dalam pertambangan nikel dan hilirisasinya telah menyebabkan Indonesia lebih berperan sebagai pemasok bahan baku mentah daripada sebagai pelaku dalam proses industri yang lebih bernilai tambah.

Kelemahan utama terletak pada kurangnya persiapan dalam membangun struktur industri yang lebih komprehensif dan bernilai tambah di dalam negeri. Sebagai akibatnya, ekspor ilegal dan ekspor langsung ke China terjadi, yang menguntungkan China lebih dari Indonesia. Pekerjaan yang dihasilkan oleh industri nikel ini cenderung menguntungkan tenaga kerja asing dari China daripada tenaga kerja lokal Indonesia. Bahkan dalam hal teknologi dan manajemen, keahlian dari luar negeri lebih dihargai daripada yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.

Dengan demikian, kendati Indonesia memiliki potensi besar sebagai produsen nikel terbesar, pengaruh China dalam industri ini sejauh ini belum membawa manfaat signifikan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Hal ini menunjukkan perlunya refleksi mendalam dalam menghadapi kerjasama ekonomi internasional, sehingga hasil yang dihasilkan dari sumber daya alam yang berlimpah dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia secara lebih merata dan adil.

Positioning Indonesia dalam Hilirisasi

Didin menyatakan bahwa Indonesia harus mengambil posisi yang lebih serius dalam hilirisasi yang menguntungkan rakyat.

“Padahal Indonesia butuh sekali sebuah positioning yang lebih serius di dalam hilirisasi yang sudah benar tetapi hilirisasi yang menguntungkan kesejahteraan rakyat sebesar-besarnya. Plus reindustrialisasi yang belum disentuh. karena reindustrialisasi dimana saham industri manufaktur menurun sekitar 18% yang tadinya hampir 30% itu belum bisa dijawab, jadi jauh panggang daripada api.” ujarnya.

Dampak Negatif dan Tantangan dalam Hilirisasi Nikel

Proses hilirisasi nikel di Indonesia tidak terlepas dari dampak negatif dan tantangan yang perlu diatasi. Salah satu dampaknya adalah ketidakmampuan Indonesia dalam mengoptimalkan nilai tambah dari bahan baku nikel menjadi produk-produk jadi yang lebih bernilai tinggi. Sebagian besar nikel diekspor dalam bentuk bahan mentah, yang mengakibatkan Indonesia kehilangan peluang untuk menghasilkan produk bernilai tinggi dan meningkatkan pendapatan dari ekspor. Hal ini tercermin dalam keterbatasan infrastruktur, kurangnya fasilitas pengolahan, dan rendahnya tingkat keahlian dalam industri hilirisasi.

Tantangan lainnya adalah dominasi China dalam rantai pasok nikel. Meskipun Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, sebagian besar manfaat dari proses hilirisasi justru dinikmati oleh China. Penguasaan China atas smelter dan keahlian dalam pengolahan nikel berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak berasal dari China daripada lokal, mengabaikan potensi pembangunan ekonomi lokal dan peningkatan keterampilan tenaga kerja Indonesia.

Dampak negatif ini juga mengindikasikan perlunya perhatian serius terhadap upaya hilirisasi yang lebih efektif dan berkelanjutan. Upaya ini harus mencakup investasi dalam pembangunan infrastruktur, peningkatan kapasitas teknologi, pengembangan tenaga kerja lokal, dan regulasi yang mendukung transformasi nilai tambah dalam industri nikel. Dengan mengatasi tantangan ini, Indonesia dapat memaksimalkan potensi sumber daya alamnya dan mewujudkan manfaat ekonomi yang lebih merata bagi rakyat Indonesia.

Alternatif Hilirisasi yang Tidak Dieksplorasi dengan Optimal

Meskipun pemerintah Indonesia memilih untuk fokus pada hilirisasi nikel, terdapat beragam potensi sektor lain yang belum dieksplorasi dengan optimal. Salah satu contoh yang menonjol adalah sektor agro dan maritim. Sebenarnya, sektor-sektor ini memiliki potensi yang cukup besar untuk memberikan manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia, namun belum mendapatkan perhatian serius dalam rencana hilirisasi. Misalnya, sektor pertanian dan perikanan memiliki daya tarik tersendiri karena teknologinya yang sederhana dan potensi dampak multiplier pada ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat.

Garam, sebagai contoh, memiliki teknologi yang relatif sederhana dan dapat dihasilkan secara lokal. Namun, saat ini Indonesia masih mengandalkan impor garam industri dan konsumsi. Jika garam dapat diolah dan dihasilkan secara mandiri, hal ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada impor, tetapi juga memberikan dampak positif pada ketenagakerjaan dan sektor petani lokal. Selain itu, sektor maritim seperti perikanan, rumput laut, dan hasil laut lainnya juga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Keputusan untuk fokus pada hilirisasi nikel seharusnya tidak mengesampingkan potensi sektor lain yang dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih merata dan berkelanjutan.

Didin mengatakan “Sebut saja Misalnya garam. itu teknologinya sederhana bisa banyak dilakukan di Madura dan sebagainya sekarang ini, baik garam industri maupun garam konsumsi sudah dikuasai oleh impor, tapi kalau memang mau Hilirisasi mengapa teknologi yang udah dikuasai berpuluh-puluh tahun sebelum tahun 90-an tidak di seriuskan untuk hilirisasi garam misalnya, belum rumput laut, belum Udah Rajungan, ikan kemudian karet, kelapa. Ini teknologi yang relatif sudah dikuasai oleh Indonesia, multiplayer effect baik ketenagakerjaan maupun finansial sampai kesejahteraan jauh lebih punya dampak besar terhadap Indonesia dan rakyat Indonesia.”

Penting bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan untuk mengkaji lebih lanjut sektor-sektor alternatif yang belum dieksplorasi secara optimal. Dengan memperhatikan potensi dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari sektor-sektor ini, Indonesia dapat mengambil langkah yang lebih seimbang dalam rencana hilirisasinya. Hal ini akan mendukung upaya untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, di mana manfaat ekonomi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pilihan Hilirisasi Nikel untuk kepentingan politis

Menurut Didin, “lebih kuat lagi kita tahu bahwa posisi China di Indonesia ini makin dimudahkan karena banyak proxy dalam perspektif bisnis maupun proxy pada akhirnya juga banyak pejabat-pejabat kita yang lebih heavy (welcoming) terhadap keberadaan China ini.” Ujarnya.

Keputusan pemerintah Indonesia untuk fokus pada hilirisasi nikel sebagai bagian dari strategi ekonomi memiliki kaitan erat dengan faktor politik yang melibatkan partai politik dan pemilihan umum. Hilirisasi nikel bukan hanya pertimbangan ekonomi semata, tetapi juga memiliki dimensi politik yang signifikan. Para pemimpin partai politik, terutama menjelang Pemilu 2024 dan pilpres, memiliki kebutuhan akan dana yang besar untuk membiayai kampanye dan kegiatan politik mereka. Oleh karena itu, hilirisasi nikel, yang diharapkan mampu menghasilkan pendapatan yang besar, menjadi alternatif menarik untuk memenuhi kebutuhan dana ini.

Didin mengatakan “Pertanyaannya mengapa nikel sangat menonjol untuk hilirisasi pemerintahan Jokowi ini? Itu karena proyek nikel dengan saingan pabrik-pabrik mobil listrik di dunia dimana China bisa membantu untuk kepentingan politik Jokowi, karena kita tahu partai-partai dalam rangka Pemilu 2024, pilpres maupun Pilkada serentak itu butuh dana yang sangat besar.”

Faktor politik ini juga tercermin dalam rivalitas antar-menko yang melaporkan kasus ekspor ilegal nikel kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tindakan ini dapat dipahami sebagai usaha para pemimpin politik untuk mencari dukungan publik dan mendapatkan manfaat politik dari isu tersebut. Selain itu, keputusan fokus pada hilirisasi nikel juga terkait dengan kepentingan ekonomi para elit politik yang memiliki keterlibatan dalam bisnis dan ingin memperoleh keuntungan dari sektor tersebut.

Mengapa Nikel menjadi pilihan sedangkan komoditas lain seperti garam, ikan, dan lain-lain tidak? Secara tegas Didin mengatakan “Mengapa tidak dipilih? Karena uangnya kecil untuk kepentingan para elit politik pemburu rente.”.

Namun, perlu dicatat bahwa pilihan fokus pada hilirisasi nikel ini memiliki risiko yang perlu diakui. Hilirisasi yang terpusat pada nikel, sementara menghasilkan pendapatan yang signifikan, belum tentu memberikan manfaat jangka panjang bagi rakyat Indonesia. Oleh karena itu, dalam menghadapi pilihan strategi ekonomi, perlu adanya keseimbangan antara kepentingan politik jangka pendek dan manfaat jangka panjang bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Kasus ekspor nikel ilegal karena kegagalan Indonesia dalam mengelola industri dalam negeri

Kasus ekspor nikel ilegal menyoroti kegagalan Indonesia dalam mengelola industri dalam negeri dan menyerap nikel untuk kepentingan industri nasional. Meskipun Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia, sebagian besar nikel hasil tambang diekspor secara mentah tanpa mengalami proses pengolahan di dalam negeri. Hal ini terjadi karena kurangnya infrastruktur, investasi, dan pengembangan industri hilirisasi yang memadai.

Didin berpendapat bahwa “Sebenarnya kalau mau telusuri lebih dalam Mengapa terjadi ekspor ilegal itu konsekuensi karena nikel ini sebagai satu pilihan realistis yang sangat menonjol dibanding pemerintah, karena bagi para pebisnis yang merangkap jadi pejabat tinggi maupun pemimpin Indonesia untuk hilirisasi produk nikel menjadi produk antara.
Tapi kemudian ketika terjadi smelter itu sudah berjalan itu tidak laku untuk dijual Oleh industri dalam Negeri akhirnya dia ekspor ke China, itu kelemahan Indonesia ini. sehingga ekspor ilegal ini menjadi konsekuensi karena tidak siapnya Indonesia di dalam membangun satu struktur pohon industri berbasis nikel, satu konsekuensi logis dari ketidaksiapan Indonesia, belum lagi hal yang lebih detail berdasarkan laporan-laporan dari lapangan pertambangan nikel.”

Kegagalan ini memiliki dampak serius terhadap perekonomian dan penciptaan nilai tambah di Indonesia. Meskipun Indonesia memiliki sumber daya nikel yang melimpah, kurangnya kemampuan untuk mengolah nikel menjadi produk bernilai tambah menyebabkan sebagian besar manfaat ekonomi dari nikel justru dinikmati oleh negara lain, terutama China.

Kesimpulan

Dalam menghadapi kompleksitas ini, Indonesia dapat mengambil langkah yang bijaksana untuk masa depannya. Pertama, pemerintah perlu lebih memperkuat kerja sama dengan berbagai negara dalam pengembangan energi bersih, termasuk mobil listrik, dengan memastikan bahwa kepentingan nasional tetap terjaga tanpa menjadi boneka dalam persaingan geopolitik. Selain itu, penting bagi Indonesia untuk berinvestasi dalam riset dan pengembangan teknologi terkait mobil listrik serta membangun infrastruktur yang mendukungnya.

Bagi Indonesia untuk merangkul transisi menuju energi bersih dan mobil listrik dengan pandangan lebih holistik, mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan, perekonomian, dan geopolitik.

Pemerintah perlu bersikap tegas dalam merumuskan kebijakan yang menjunjung tinggi kedaulatan dan kepentingan nasional, sambil tetap memanfaatkan potensi industri nikel dengan bijak untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.(*/Red)




Fahri Hamzah: Negara Tetangga Senang Kalau Presiden Indonesia Tak Ngerti Geopolitik

Kabar6-Warganet menilai figur calon presiden (capres) Prabowo Subianto memiliki kepedulian terhadap pertahanan dan keamanan Indonesia, dibandingkan dengan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Prabowo dianggap ide dan gagasan terhadap pertahanan Indonesia, isu pertahanan negara bukan hanya soal keamanan, melainkan juga terkait pangan, energi dan keuangan.

“Berdasarkan percakapan digital warganet banyak menganggap figur Prabowo Subianto memiliki keterkaitan kuat terhadap isu pertahanan dan keamanan,” kata Endy Kurniawan, Ketua Bidang Rekuitmen Anggota DPN Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Selasa (1/8/2023).

Hal itu disampaikan Endy saat menyampaikan hasil riset digital Gelora Petamaya bekerja sama dengan Lembaga Riset Digital Cakradata dengan tema ‘Menyongsong Pemilu dan Pilpres 2024 Isu Pertahanan & Keamanan’.

Dalam pengambilan data yang dilakukan pada 1 Januari-26 Juli 2023, itu terungkap bahwa percakapan warganet terhadap persepsi bakal calon presiden mengenai isu pertahanan dan keamanan, Prabowo menempati posisi teratas, diikuti Ganjar dan Anies.

“Prabowo Subianto paling banyak dibicarakan, percakapannya mencapai 9.254 percakapan. Kemudian Ganjar Pranowo 866 percakapan dan Anies Baswedan 455 percakapan,” jelasnya.

Atas dasar hal itu, warganet beranggapan bahwa gaya kepemimpinan Prabowo Subianto dianggap dapat menjadi kandidat Presiden yang sesuai untuk mengatasi isu terkait pertahanan dan keamanan.

“Prabowo bisa memberikan perasaan aman dan kepastian tentang masa depan Indonesia. Karena ketika bicara ancaman pertahanan dan keamanan itu juga terkait pangan, energi dan keuangan,” ujarnya.

Prabowo juga dinilai sebagai figur yang paling mampu dalam menjaga maritim Indonesia dari ancaman situasi geopolitik di kawasan Asia Pasifik dari potensi konflik antara Amerika Serikat dan China yang bisa berdampak langsung pada Indonesia.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan, Indonesia memerlukan capres yang memiliki wawasan geopolitik dan dan diperhitungkan secara geopolitik.

“Artinya jika seseorang diperhitungkan secara gopolitik, maka orang itu akan dipercaya untuk mengamankan kawasan kita ini. Kalau dia memimpin Indonesia, dia akan punya posisi gepolitik yang lebih kuat,” kata Fahri Hamzah.

**Baca Juga: Anis Matta : Partai Gelora Siap Deklarasikan Dukungan ke Prabowo Dalam Waktu Dekat

Menurut Fahri Hamzah, negara tetangga memiliki kecenderungan agar Indonesia tidak memiliki pemimpin yang mengerti betul masalah geopolitik, karena akan merugikan mereka.

“Calon presiden yang mengerti geopolitik akan mendatangkan kecurigaan dari negara-mnegara tetangga, karena ada kecenderungan kalau bisa Presiden Indonesia tidak punya kepedulian geopolitik. Impor pangan, energi pasti akan dihentikan, termasuk ekspor tenaga kerja, karena akan mendorong kemandirian. Jika semua distop, ini akan merugikan mereka,” ujarnya.

Fahri menegaskan, Presiden yang mengerti geopolitik, serta memahami isu pertahanan dan keamanan saat ini diperlukan di tengah situasi dunia yang sedang tidak baik-baik saja.

“Jadi memang kita perlu capres yang memahami isu pertahanan dan keamanan. Ini penting ada capres yang mempunyai visi ketika dunia dalam situasi seperti sekarang, dunia tidak baik-baik saja ada konflik yang terbuka, ekonomi, pertahanan. Jangan sampai kita menjadi korban lagi, jadi collateral damage. Karena itulah perlu orang yang punya pendirian atau pengetahuan untuk memimpin Indonesia,” katanya.

Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini menambahkan, Prabowo Subianto adalah capres yang juga memiliki kedalaman berpikir mengenai kemandirian, dibandingkan capres lain.

“Prabowo menurut saya capres atau tokoh paling banyak berbicara tentang bagaimana kemandirian baik itu pangan dan energi. Bahkan sebagai Menteri Pertahanan, beliau bisa menyakinkan Presiden, bahwa pangan bagian dari pertahanan. Ini tidak kita dengar dari capres-capres lain,” pungkasnya.(Tim K6)




Ternyata, Ini Lima Negara Paling Gencar Kerahkan Buzzer

Kabar6-Oxford Internet Institute di bawah University of Oxford, merilis laporan The Global Disinformation Order berjudul ‘2019 Global Inventory of Organized Social Media Manipulation’. Laporan yang dirilis pada 26 September 2019 lalu, mengungkap manipulasi media sosial yang terorganisir di 70 negara.

Dalam laporan itu, 70 negara yang diteliti digolongkan dalam empat kategori sesuai tinggi rendahnya peran buzzer yang diandalkan pemerintah. Kategori tersebut meliputi kapasitas tinggi, sedang, rendah, minimal. ** Baca juga: Tertangkap Kamera, Seekor Ikan yang Memiliki Kepala Transparan di Monterey Bay

Itu artinya, negara-negara yang masuk kategori kapasitas tinggi sangat mengandalkan buzzer dalam menyebarkan propagandanya. Ya, negara rela merekrut tim berjumlah banyak, memberi pelatihan formal pada buzzernya, dan menggelontorkan dana yang jumlahnya tidak sedikit.

Berdasarkan laporan ‘2019 Global Inventory of Organized Social Media Manipulation’, melansir Okezone, ini lima negara yang paling gencar mengerahkan buzzer:

1. Arab Saudi
Arab Saudi termasuk negara paling mengandalkan Facebook dan Twitter untuk menyebarkan propagandanya ke luar negeri. Diperkirakan, mereka merogoh sekira Rp2,6 juta demi menciptakan satu tagar Twitter yang masuk daftar ‘trending’.

2. Israel
Tim buzzer di Israel beranggotakan 400 orang dan mendapat pelatihan formal dan berstatus sebagai staf permanen. Nilai kontraknya bervariasi, mulai dari Rp11 miliar hingga Rp1,4 triliun.

3. Tiongkok
Tim buzzer Tiongkok diperkirakan berjumlah 300 ribu hingga dua juta orang. Mereka berstatus staf permanen serta bekerja di kantor lokal dan regional.

Pemerintah Tiongkok menyebarkan propaganda melalui medsos domestik, seperti Weibo, WeChat, dan QQ untuk memblokir media sosial global seperti Facebook, Twitter, dan YouTube.

Pada 2019, mereka mulai membidik medsos global untuk mencitrakan aktivis demokrasi Hongkong sebagai gerakan radikal kekerasan, untuk membendung penyebarannya. Selain itu, Tiongkok giat mengembangkan kecanggihan teknologinya sebagai geopolitik.

4. Venezuela
Negara yang dipimpin Nicolas Maduro ini mengandalkan buzzer untuk menyebarkan propaganda. Tim buzzer Venezuela diperkirakan berjumlah 500 orang dan mendapat pelatihan formal, dengan status staf permanen. Namun tak disebutkan berapa dana yang digelontorkan untuk membiayai para buzzer ini.

5. Iran
Tak disebutkan berapa jumlah buzzer yang dimiliki Iran. Namun Iran terhitung telah merogoh Rp84,9 juta untuk mengiklankan propagandanya di Facebook.

Bagaimana dengan di negara kita? (ilj/bbs)