1

Kasus DBD Ngegas Terus, Lebak Tingkatkan Kewaspadaan

Kabar6-Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Lebak mulai mengkhawatirkan. Sejak bulan Januari hingga April 2024, penyakit yang disebabkan virus dengue itu terus mengalami peningkatan yang signifikan.

Pj Bupati Lebak Iwan Kurniawan mengatakan, surat edaran dalam rangka penanganan peningkatan DBD sudah diterbitkan. Edaran itu sebagai langkah meningkatkan kewaspadaan seiring kasus DBD yang terus naik.

“Surat edaran beberapa hal untuk mencegah, memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terhadap pencegahan DBD. Sosialisasi juga dilakukan oleh masing-masing puskesmas,” kata Iwan, Selasa (16/4/2024).

Edaran ditujukan kepada kepala OPD, BUMD, camat, puskesmas, kepala sekolah dan kepala desa/kelurahan. Salah satunya bagaimana mendorong masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M Plus.

**Baca Juga: Kabur Tabrak Mobil, Pelaku Curanmor di Solear Tewas Dikeroyok Massa

Pencegahan DBD juga dilakukan dengan gerakan 1 rumah 1 jumantik (juru pemantau jentik) minimal 1 minggu sekali di lingkungan rumah, perkantoran, sekolah dan tempat umum.

Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak dr. Budhi Mulyanto menyampaikan, hingga 16 April 2024, kasus DBD yang tercatat di 45 fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas dan klinik) serta 4 rumah sakit tercatat mencapai 1.424 kasus.

Seiring dengan peningkatan kasus, Budhi mengatakan, tindakan pengasapan (fogging) sudah dilakukan.

“Sudah dilakukan fogging untuk wilayah yang hasil penyelidikan epidemiologinya positif dan memerlukan tindakan tersebut,” kata Budhi saat dihubungi Kabar6.com.

Namun ujar Budhi, fogging bukan langkah yang paling efektif dan efisien dalam memberantas DBD. Masyarakat diminta tetap melakukan PSN dengan 3M Plus dan memiliki Jumantik di setiap rumah.

“Jumantik ini tugasnya secara berkala memeriksa semua penampungan air dan tempat yang bisa menampung air. Apabila ditemukan jentik segera dimusnahkan,” jelas Budhi.(Nda)




Vaksin DBD Tersedia, Dinkes Lebak Imbau Warga Tetap Terapkan 3M Plus

Kabar6-Vaksin demam berdarah dengue (DBD) yakni tetravalent dengue vaccine (TDV) kini sudah tersedia di Indonesia.

TDV disebut merupakan vaksin yang mengandung virus dengue yang telah dilemahkan. Tujuannya agar mendorong kekebalan tubuh dalam memproduksi antobodi.

Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak dr. Budhi Mulyanto mengatakan, meski sudah tersedia di Indonesia, namun belum ada di seluruh rumah sakit.

“Memang sudah tersedia, tetapi baru ada di beberapa rumah sakit besar,” kata Budhi kepada Kabar6.com, Sabtu (30/3/2024).

Sepertinya, menurut Direktur RSUD dr. Adjidarmo ini, biaya pemberian vaksin TDV yang cukup mahal menjadi faktor,belum seluruh rumah sakit menyediakan layanan pemberian vaksin.

“Masa kedaluwarsa vaksin juga relatif singkat,” ucap Budhi.

Dia menjelaskan, vaksin TDV diberikan kepada masyarakat yang belum maupun yang sudah pernah menderita DBD. Budhi menyebut, tingkat efikasi vaksin dalam mencegah dampak dari virus dengue mencapai 90 persen.

**Baca Juga: Libur Lebaran 2024, Harga Tiket Pesawat Dilarang Lebihi Batas Atas

Meski vaksin sudah tersedia, Budhi tetap meminta masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan menerapkan 3M Plus yang dinilai paling efektif dan efisien dalam mencegah DBD.

“Membersihkan tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, memanfaatkan barang bekas untuk didaur ulang. Plus nya bisa dengan memberikan larvarsida pada penampungan air, menggunakan obat nyamuk dan membersihkan lingkungan,” papar Budhi.

“Kemudian harus ada jumantik (juru pemantau jentik nyamuk) dari anggota keluarga yang dilatih untuk mengidentifikasi jentik nyamuk di penampungan-penampuang air dengan menggunakan sumber cahaya seperti senter,” jelasnya.

Lebih lanjut Budhi menyampaikan, kasus DBD terus mengalami peningkatan yang signifikan. Pada bulan Februari, tercatat 610 kasus dan meningkat dua kali lipat hingga akhir Maret.

“Tercatat 1.184 kasus, 6 pasien meninggal dunia. Kami minta masyarakat menerapkan 3M Plus karena ini langkah yang paling efektif untuk mencegah DBD,” imbau Budhi.(Nda)

 




Terjangkit Flu dan DBD, Pasien RS Pondok Indah Bintaro Dirawat di Selasar

Kabar6-Pasien rumah sakit mewah di kawasan Bintaro, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) membeludak. Pasien terpaksa harus menjalani perawatan sementara di area selasar.

“Memang untuk kasus influenza, yang dilaporkan oleh RS Pondok Indah ke sistem yang kita punya naik sih. Tapi minggu ke-11 ini turun,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel, Alin Hendalin Mahdaniar dikutip Minggu (24/3/2024).

Ia mengaku belum mengetahui kapan waktu foto yang beredar di media sosial. Foto memperlihatkan didominasi pasien influenza dan DBD.

Alin bilang karena pekan lalu kasus influenza yang dilaporkan ada 45. Sedangkan pekan ini hanya 25 kasus. Kalau per minggu turun.

**Baca Juga: Ciptakan Kamtibmas Ramadhan, Polresta Bandara Soetta Gelar Patroli On The Road

“Namun kan di sana campur, tidak hanya pasien influenza. Ada DBD juga di RS Pondok Indah,” ujarnya.

Alin jelaskan bahwa sementara kapasitas tempat tidur di IGD tidak banyak. Sebelum pasien naik kamar, pasti penuh dulu sambil nanti dicicil pindah ke kamar.

“Semua terkendali kok,” jelasnya. Alin berpesan, masyarakat kalau ada keluhan panas, lebih dari dua hari, langsung minta pertolongan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.

Kalau DBD memang endemik, jadi setiap tahun polanya pasti begini. “Padahal kota sudah coba tekan dengan terus mengajak untuk bebersih dan lain-lain,” tegas Alin.(yud)




Dua Bulan 302 Kasus, DBD di Tangsel Diklaim Masih Terkendali

Kabar6-Terhitung mulai 01 Januari hingga 02 Maret 2024 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) telah mencapai 302 kasus. Pasien di rumah sakit maupun puskesmas pun membeludak.

“Masih terkendali,” klaim Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel, Alin Hendalin Mahdaniar saat dikonfirmasi kabar6.com, Sabtu (23/3/2024).

Ia memberikan data kasus DBD periode 2022 totalnya mencapai 756 kasus. Kemudian sepanjang 2023 lalu angkanya turun menjadi 420 kasus.

“Jangan liat kumulatif,” terang Alin. Meningkatnya angka kasus DBD, menurutnya, belum dapat menjadi status kejadian luar biasa (KLB).

**Baca Juga: Senin Besok Kejari Kabupaten Tangerang Limpahkan Berkas Laporan Perumda Pasar

“Dinyatakan KLB kalo perbandingan kasus di bulan yang sama dengan thn sebelumnya naik 2X lipat,” ungkapnya.

Alin mengaku data yang dikantongi pihaknya angka kasus DBD di Kota Tangsel pekan ini turun. Empat pekan kemarin diakuinya melonjak.

“Kalau masih endemik, masih akan gitu terus. Tidak akan berubah jadi nol kasus,” sebutnya.

“Paling gak bagaimana kita bisa menekan dan jangan sampai ada kematian saja. Sekarang aman belum ada yang meninggal,” tambah Alin.(yud)




Meningkat, Dua Bulan Warga Tangsel Terjangkit DBD Capai 302 Kasus

Kabar6-Angka kasus penyebaran demam berdarah dengue (DBD) tahun ini tercatat tinggi. Termasuk di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang telah menjadi daerah endemis.

“Kalau kita lihat dalam periode yang sama memang naik dari tahun lalu,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel, Alin Hendalin Mahdaniar kepada kabar6.com di Pasar Modern BSD, Kamis (21/3/2024).

Ia memberikan data kasus DBD periode 2022 totalnya mencapai 756 kasus. Kemudian sepanjang 2023 lalu angkanya turun menjadi 420 kasus.

Sementara kasus virus penyakit mematikan yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti di Kota Tangsel terhitung mulai 01 Januari hingga 02 Maret 2024 telah mencapai 302 kasus.

“Memang ada peningkatan di bulan Februari itu minggu kedelapan,” ujar Alin. Sepekan kasus positif mencapai 43 orang terjangkit.

**Baca Juga: Disnaker Imbau Perusahaan Cilegon Jangan Sampai Telat Bayar THR ke Karyawan

Meski demikian ia mengklaim pekan ini kasus DBD turun 50 persen. Alin mengimbau kepada warga di Tangsel mau menjadi juru pemantau jentik (jumantik) di setiap rumahnya masing-masing.

Satu kepala keluarga minimal satu orang jumantik. Sampai kapan kasus DBD akan mereda?.

“Mungkin sampai april. Nanti biasanya naik lagi di Desember dah mulai,” ungkapnya.

Alin mengaku dari ratusan warga yang positif DBD di Kota Tangsel temuan kasus hingga meninggal dunia nihil.

“Jadi dilakukan ngebersihin tempat tempat penampungan air yang menjadi tempat bertelur nyamuk itu satu minggu sekali,” pesannya.(yud)




Ketahui Mitos dan Fakta Seputar DBD

Kabar6-Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang harus diwaspadai. Pasalnya, setiap tahun kasus DBD masih saja tinggi, bahkan hingga menelan korban jiwa. Lalu, apa sebenarnya DBD? Mengapa penyakit ini sedemikian menyeramkan?

DBD adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Biasanya, penularan pada manusia terjadi lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Gejala awal DBD umumnya mirip dengan flu, sehingga banyak orang terkecoh dan baru mengetahui dirinya terinfeksi virus setelah parah.

Saking berbahayanya, ada banyak mitos yang berkembang soal DBD. Sayangnya tidak semua informasi tersebut bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dilansir halodoc, Sabtu (3/2/2024), biar enggak salah, yuk kenali mana saja mitos maupun fakta yang benar soal DBD!

**Baca Juga:Pameran Pelajar SMA HelloMotion di Tangsel, Ada Gambar Kabel Semrawut

Manusia akan terinfeksi setelah digigit nyamuk

Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena faktanya virus demam berdarah hanya ditularkan dari nyamuk aedes aegypti betina. Nyamuk tersebut akan menularkan virus setelah menggigit manusia yang telah terinfeksi sebelumnya.

Manusia tidak dapat menularkan virus secara langsung pada manusia lain. Artinya, perlu “peran” dari nyamuk aedes aegypti betina untuk memindahkan virus tersebut lewat gigitan.

DBD hanya terjadi sekali

Pernah dengar informasi yang menyebut bahwa seseorang yang sudah pernah terinfeksi DBD tidak akan mengalaminya lagi? Hati-hati, nyatanya hal itu tidak sepenuhnya benar.

Pasalnya terdapat empat serotipe yang berbeda dari virus demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Memang benar saat seseorang terinfeksi salah satu virus dan telah diobati, ia jadi memiliki kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut. Namun tidak pada tiga serotipe lainnya.

Artinya ada kemungkinan seseorang akan mengalami sebanyak empat kali DBD seumur hidupnya. Namun biasanya saat seseorang menerima “serangan” kedua atau ketiga, ada kemungkinan penyakit DBD yang terjadi lebih berat.

Waspada saat demam turun

Perjalanan penyakit DBD memang memiliki fase mulai dari pra-infeksi, fase demam hingga fase kritis atau penyembuhan. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, pada empat sampai sepuluh hari setelah digigit nyamuk, seseorang biasanya akan mengalami demam hingga 40 derajat Celcius. Beberapa gejala lain juga biasanya menyertai seperti sakit kepala parah dan nyeri otot.

Saat demam mengalami penurunan, apabila masuk fase kritis maka akan terjadi gangguan tekanan darah dan tanda vital lain. Namun bila tanda-tanda vital yang ditunjukkan baik, artinya DBD telah masuk fase penyembuhan.

Harus dirawat di rumah sakit

Hal ini juga tidak sepenuhnya benar. Karena pada beberapa kasus, DBD yang terjadi tidak terlalu berat. Jika hal ini terjadi, pengidap DBD bisa dirawar di rumah. Seseorang harus segera dilarikan dan dirawat di rumah sakit saat mengalami gejala seperti:

Saat suhu turun dan badan lemas.
Nafsu makan menurun.
Mual dan muntah tak berhenti.
Nyeri perut hebat.
Mimisan yang sulit berhenti
buang air besar berwarna hitam,
muntah darah
Pucat.
Telapak kaki dan tangan dingin.

Kalau kamu menemukan gejala-gejala tersebut, jangan lagi menunda untuk mendapat bantuan medis. Karena jika DBD tidak segera ditangani, dapat berubah menjadi satu kondisi yang membahayakan nyawa seseorang.

Agar terhindar dari nyamuk penyebar virus DBD, pastikan untuk menjaga kebersihan dan menghindari genangan air. Sebab air yang menggenang adalah tempat favorit nyamuk untuk berkembang biak.(red)

 




Fogging Kurang Efektif Cegah DBD, Dinkes Lebak Ajak Warga PSN dengan 3M Plus

Kabar6-Demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Lebak hingga pertengahan bulan Februari 2024 mencapai 610 kasus. Empat orang di antara yang dinyatakan positif terjangkit penyakit tersebut meninggal dunia.

Dari 43 puskesmas di 28 kecamatan, hampir seluruhnya melaporkan pasien dengan demam dengue.

Puskesmas Rangkasbitung, Puskesmas Mandala dan Puskesmas Pajagan tercatat yang paling banyak melaporkan penyakit akibat virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

“Sejak Januari kami sudah mengeluarkan edaran kepada puskesmas untuk menggalakkan promosi kesehatan, terutama penanganan DBD karena kasusnya meningkat,” kata Budhi kepada Kabar6.com, Senin (26/2/2024).

Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan langkah 3M Plus menjadi strategi yang dinilai paling efektif dan efisien dalam mencegah DBD.

“Membersihkan tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, memanfaatkan barang bekas untuk didaur ulang. Plus nya bisa dengan memberikan larvarsida pada penampungan air, menggunakan obat nyamuk dan membersihkan lingkungan,” papar Budhi.

**Baca Juga: DBD di Lebak hingga Pertengahan Februari Capai 610 Kasus, 4 Orang Meninggal

Sementara fogging atau pengasapan dianggap langkah yang kurang efektif dalam mencegah demam berdarah lantaran hanya mematikan nyamuk dewasa. Fogging menggunakan insektisida atau racun serangga juga dikhawatirkan menimbulkan efek tidak baik untuk kesehatan.

“Efektif di saat penyemprotan saja. Setelah itu jentik nyamuk tetap menetas dan berkembang biak,” ucap Budhi.

Ia menjelaskan, fogging akan dilakukan setelah hasil penyelidikan epidemiologi (PE) oleh petugas kesehatan menunjukkan bahwa penyakit DBD berasal dari sekitar lokasi tempat tinggal pasien.

“Kemudian ditemukan dalam radius sepuluh rumah pasien ada warga lain yang mengalami demam tidak khas mengarah ke DBD. Lalu ditemukan juga pada penampungan-penampungan air berupa jentik, artinya ada vektor. Tapi lagi-lagi tidak hanya fogging saja, PSN jadi yang paling utama dalam mencegah DBD,” papar Budhi.(Nda)




DBD di Lebak hingga Pertengahan Februari Capai 610 Kasus, 4 Orang Meninggal

Kabar6-Demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Lebak hingga pertengahan bulan Februari 2024 tercatat mencapai 610 kasus.

Dari 43 pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang tersebar di 28 kecamatan, hampir seluruhnya melaporkan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut.

“Jika melihat periode yang sama pada tahun 2023, jumlah kasus mengalami peningkatan di tahun ini. Rata-rata pada tahun lalu kasus tercatat di angka 30 kasus per bulan,” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak, dr. Budhi Mulyanto, Sabtu (24/2/2024).

Meningkatnya laporan kasus DBD dari setiap puskesmas, ujar Budhi, bisa dikarenakan masyarakat yang sudah mudah mendapat akses pelayanan pemeriksaan kesehatan.

**Baca Juga: Dugaan Korupsi Kawasan Waterfront Dinas PU dan Penataan Ruang

“Akses pemeriksaan kesehatan yang lebih mudah dapat meningkatkan cakupan kasus. Kenapa? Mungkin kalau dulu tidak terdiagnosis sekarang terdiagnosis, sehingga penemuan kasus nya menjadi lebih banyak,” terang Budhi.

Ditambahkan Budhi, melonjaknya kasus DBD bisa disebabkan sedang terjadi peningkatan populasi nyamuk.

“Kasus DBD itu rata-rata meningkat pada saat peralihan musim. Perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti berada di air bersih, biasanya di tempat-tempat penampungan air. Biasanya saat musim hujan banyak tempat yang bisa menjadi tampungan air tidak berhubungan langsung dengan tanah, seperti kaleng kosong dan lain-lain yang bisa berpotensi nyamuk bertelur di situ,” terang dia.(Nda)




Alasan Penting Memiliki Asuransi Penyakit Akibat Gigitan Nyamuk

Kabar6-Kasus demam berdarah dengue (DBD) mengalami peningkatan di beberapa wilayah Tanah Air sejak awal Januari tahun 2024. Bukan tak beralasan, kondisi tersebut terjadi karena di Indonesia tengah masuk musim hujan.

Peningkatan kasus DBD banyak terjadi di musim pancaroba, khususnya bulan Januari seperti sekarang ini. Banyaknya genangan air akibat curah hujan yang tinggi menjadi tempat yang nyaman bagi nyamuk, khususnya nyamuk aedes aegypti, untuk berkembang biak.

Meski tidak memakan korban jiwa, penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ini dapat membuat komplikasi cukup parah, hingga membahayakan nyawa.

Agar terhindar dari penyakit yang identik di musim penghujan seperti saat ini, penting bagi kita untuk menerapkan 3M sebagai langkah preventif, yaitu:

  • Menguras penampungan air
  • Menutup wadah penampungan air
  • Mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk pembawa virus DBD.

**Baca Juga:Jurus Presiden Kita: Tandaskan Netralitas, Tipu Daya Bansos

Selain menjalani langkah-langkah preventif tersebut, ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mewaspadai virus DBD, salah satunya adalah memiliki asuransi penyakit akibat gigitan nyamuk. Kita memang tak bisa menghindari risiko terkena gigitan nyamuk, tapi kita dapat sedikit meredam dampaknya dengan memiliki asuransi penyakit akibat gigitan nyamuk.

Roojai, penyedia asuransi online terpercaya di Tanah Air yang berada di bawah pengawasan dan memiliki izin resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan alasan penting memiliki asuransi kesehatan. Terutama, asuransi penyakit akibat gigitan nyamuk.

Asuransi penyakit akibat gigitan nyamuk merupakan jenis asuransi yang mencakup biaya untuk pengobatan beberapa jenis gigitan nyamuk yang mungkin terjadi di sekitar rumah Anda atau properti lainnya.

Menawarkan manfaat khusus, jenis perlindungan ini membantu Anda mengatasi biaya pengobatan beragam penyakit akibat gigitan nyamuk, seperti sakit malaria, demam berdarah (DBD), chikungunya, zika, hingga demam kuning.

Ada banyak alasan yang dapat membantu Anda memahami pentingnya memiliki asuransi penyakit akibat gigitan nyamuk.

Menanggung biaya pengobatan hingga perawatan medis lainnya jika tertanggung jatuh sakit disebabkan gigitan nyamuk, proteksi ini meliputi biaya dokter,rawat inap, obat-obatan, dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah beberapa alasan penting mengapa Anda harus memiliki asuransi penyakit akibat gigitan nyamuk:

  • Tertanggung berdomisili di wilayah beriklim tropis yang rentan terhadap penyakit tropis, terutama akibat gigitan nyamuk.
  • Penyakit akibat gigitan nyamuk bisa membuat biaya perawatan tinggi apabila terjadi komplikasi. Dengan asuransi penyakit akibat gigitan nyamuk, maka akan menanggung biaya perawatan tertanggung selama berada di rumah sakit, dengan begitu dapat bebas dari rasa khawatir terhadap membengkaknya biaya di rumah sakit.

Asuransi Penyakit Akibat Gigitan Nyamuk di Roojai

Salah satu insurtech yang menyediakan perlindungan jenis ini adalah Roojai. Adapun manfaat dari proteksi ini untuk membiaya pengobatan berbagai penyakit disebabkan gigitan nyamuk.

Tidak hanya sakit DBD saja, tetapi juga malaria, chikungunya, zika, dan juga demam kuning. Semua jenis penyakit tersebut dapat ditanggung oleh proteksi satu ini.

Memiliki asuransi penyakit akibat gigitan nyamuk di Roojai, maka Anda bisa memperoleh perawatan secara cashless di 2.000 rumah sakit rekanan Roojai. Cukup hanya menunjukkan care card yang bisa diakses di Roojai MyAccount, Anda bisa mengajukan klaim setelah melewati masa tunggu 30 hari.

Tak hanya itu saja, Anda juga dapat mengatur besaran uang pertanggungan sesuai kebutuhan dan kemampuan.

Jika tertarik ingin memiliki produk asuransi satu ini, Anda dapat memperoleh informasi selengkapnya di Roojai.co.id.(red)

 




DBD di Kabupaten Tangerang 1322 Kasus, 7 Meninggal

Kabar6-Kepala Bidang Pengendalian dan Penanganan Penyakit ini (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Sumihar Sumiloho mencatat jumlah kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) di Januari hingga Desember 2022 mencapai 1.322 kasus. disertai dengan Kasus meninggal dunia sebanyak 7 orang.

“Saya mencatat di tahun 2022 DBD di Kabupaten Tangerang ribuan dan yang meninggal dunia lantaran imunitas tubuh yang melemah,” ungkapnya, Rabu (4/1/2023).

Ia mengatakan, memasuki musim hujan masyarakat harus lebih waspada dan lebih menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit DBD.

“Masyarakat harus rutin untuk melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk 3Mplus,” katanya.

**Baca juga:http://kabar6.com/expo-semarak-tangerang-religi-2023-dibuka-sekda/

Sumihar menyebut, pihaknya juga sudah mensosialisasikan kepada masyarakat dengan rutin guna melaksanakan kegiatan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik).

Kegiatan tersebut, lanjutnya, dilakukan secara rutin pada setiap hari Minggu dan pemantauan berkala hasil kegiatan oleh puskesmas.

“Pemantauan rutin peningkatan jumlah kasus DBD rutin dilaporkan oleh rumah sakit dan setelah itu ditindak lanjuti berkoordinasi dengan puskesmas beserta perangkat daerah dalam tatalaksana kasus positif DBD yang terlaporkan,” jelasnya. (Rez)