1

Ilmuwan Sebut Warga Jepang yang Antisosial Miliki Volume Otak Lebih Kecil

Kabar6-Pada orang usia senja atau orang-orang tua, kurangnya kontak sosial dikaitkan dengan demensia dan alzheimer. Ya, kerap menyendiri, isolasi, dan antisosial ternyata dapat berpengaruh pada kondisi otak seseorang.

Para peneliti di Jepang, melansir Sciencedaily, ingin memahami bagaimana isolasi memengaruhi otak, dengan mengamati 8.896 orang berusia 65 tahun ke atas, yang menjalani pemindaian MRI. Relawan dalam penelitian ditanya seberapa sering mereka berhubungan dengan kerabat dan teman yang tidak tinggal bersama mereka, seperti bertemu atau berbicara di telepon.

Mereka dapat memilih jawaban setiap hari, beberapa kali seminggu, beberapa kali sebulan atau jarang. Hasilnya, orang dengan tingkat kontak sosial terendah memiliki volume otak yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang paling banyak melakukan kontak sosial.

Total volume otak mereka, yang merupakan jumlah materi putih dan abu-abu, sebagai persentase dari total volume di dalam tengkorak, adalah 67,3 persen pada kelompok kontak terendah dibandingkan dengan 67,8 persen pada kelompok kontak tertinggi.

Relawan juga memiliki volume otak yang lebih rendah di daerah otak termasuk hippocampus dan amigdala, yang berperan dalam memori dan terkait dengan demensia. Hippocampus adalah salah satu area pertama yang terkena penyakit Alzheimer.

Kurangnya kontak sosial disebut mempercepat penyusutan otak secara bertahap yang terjadi seiring bertambahnya usia. Namun orang yang terisolasi juga cenderung memiliki gaya hidup yang lebih tidak sehat, yang mungkin berdampak buruk bagi otak mereka.

Dr Toshiharu Ninomiya, penulis senior studi tersebut, dari Universitas Kyushu di Jepang, mengatakan bahwa isolasi sosial adalah masalah yang berkembang untuk orang dewasa yang lebih tua. Hasil tersebut menunjukkan bahwa memberikan dukungan bagi orang-orang dalam membantu mereka memulai dan mempertahankan hubungan dengan orang lain bermanfaat untuk mencegah atrofi otak dan perkembangan demensia.

Hubungan antara kurangnya kontak sosial dan otak yang lebih kecil, yang ditemukan pada orang Jepang yang lebih tua, ditemukan sebagai kasus bahkan ketika faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi otak, termasuk berat badan, kebiasaan merokok dan alkohol seseorang dan apakah mereka menderita diabetes.

Namun studi yang diterbitkan dalam jurnal tersebut mencatat, orang yang kehilangan volume otak mungkin mengalami perubahan kepribadian, seperti menjadi lebih apatis. Kondisi tersebut mungkin menyebabkan mereka lebih jarang melihat orang, daripada melihat orang lebih jarang menjadi penyebab perubahan otak.

Orang-orang yang terisolasi secara sosial dalam penelitian ini juga memiliki area kerusakan otak yang lebih kecil, yang disebut lesi materi putih, daripada orang-orang yang sering melakukan kontak sosial. ** Baca juga: Gara-gara Tongkat Selfie Seorang Turis di Tiongkok ‘Diblacklist’ Lihat Panda Seumur Hidup

Proporsi volume intrakranial yang terdiri dari lesi materi putih adalah 0,30 persen untuk kelompok yang terisolasi secara sosial, dibandingkan dengan 0,26 untuk kelompok yang paling terhubung secara sosial.

Para peneliti menemukan, depresi yang terkait dengan penyusutan otak, sebagian menjelaskan hubungan antara isolasi sosial dan volume otak.(ilj/bbs)




Kakek 88 Tahun di Jepang Lupa Pernah Bunuh Cucunya Dua Tahun Lalu

Kabar6-Seorang kakek bernama Susumu Tomizawa (88) yang telah membunuh cucunya, Tomomi (16), hampir dua tahun lalu mengaku lupa kalau dirinya pernah menghabisi nyawa Tomomi.

Rupanya, melansir Vice, Tomizawa menderita Alzheimer yaitu gangguan pada otak yang menyebabkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir dan bicara, serta perubahan perilaku. Di pengadilan, pengacara Tomizawa berargumen bahwa lansia tersebut tidak boleh dianggap bertanggung jawab secara pidana karena penyakitnya menyebabkan demensia, suatu kondisi yang ditandai dengan beberapa defisit kognitif seperti kehilangan memori.

“Dia gila pada saat itu karena demensia dan konsumsi alkohol…dan karena itu mengaku tidak bersalah,” terang pengacara Tomizawa.

Namun argumen itu ditolak pihak pengadilan. Tomizawa dijatuhi hukuman empat setengah tahun penjara dalam kasus pembunuhan tersebut. Persidangan kasus Tomizawa yang mengejutkan banyak orang di Jepang ini disiarkan langsung dari pengadilan, diawasi dengan ketat dan menarik simpati dari banyak orang yang menyatakan belas kasihan kepada Tomizawa dan kehilangan keluarga Tomomi.

Menurut laporan pengadilan, Tomizawa tinggal bersama Tomomi di Kota Fukui, salah satu prefektur paling sedikit penduduknya di Jepang, di mana sekira satu dari tiga penduduknya berusia di atas 65 tahun.

Pada malam 9 September 2020, mereka terlibat pertengkaran yang mengakibatkan kematian Tomomi. Menurut ingatan Tomizawa, dirinya yang pada malam itu dalam kondisi mabuk akibat minuman beralkohol, mengambil pisau dapur sepanjang 17cm dan memasuki kamar tidur Tomomi, lalu berulang kali menikam leher remaja itu.

Setelah itu, Tomizawa menelepon putra sulungnya, mengatakan bahwa dia menemukan tubuh Tomomi yang berlumuran darah. Polisi tiba di tempat kejadian segera setelah itu dan menangkap Tomizawa.

Kondisi mental Tomizawa menjadi fokus utama dalam persidangannya saat para dokter, pengacara, dan hakim memperdebatkan apakah dia sengaja membunuh cucunya atau tidak. ** Baca juga: 70 Tahun Terpisah, Veteran Perang AS Bertemu Kembali dengan Kekasihnya

Dokter yang menilai kondisi Tomizawa bersikeras bahwa pria itu memiliki motif untuk melakukan pembunuhan. “Tindakannya bertujuan dan konsisten dengan niatnya untuk membunuh,” terang psikiater forensik, Hiroki Nakagawa, di pengadilan.

Jaksa mengatakan, pria lansia itu mampu mengendalikan tindakannya dan ‘memiliki kemampuan untuk menilai benar dan salah’ meskipun sakit. Dalam putusannya, pengadilan mengakui penyakit Alzheimer yang diderita Tomizawa, tetapi mengatakan bahwa dia memahami beratnya tindakannya.

“Setelah pemeriksaan dan konsultasi yang cermat dengan terdakwa, kami (membuat) penilaian yang cermat,” kata hakim Yoshinobu Kawamura. “Terdakwa dalam kondis kelelahan mental pada saat kejahatan dan dia mengalami kesulitan besar dalam menilai benar atau salah atau dalam mencegah dirinya melakukan kejahatan, tetapi dia tidak dalam kondisin di mana dia tidak mampu melakukannya.” (ilj/bbs)




Mudah Lupa Bisa Jadi Disebabkan Karena Anda Kurang Tidur

Kabar6-Orang yang sering sulit tidur di masa muda dan paruh bayanya, berdasarkan sebuah penelitian, cenderung lebih mudah mengalami gangguan daya ingat saat usia tua nanti.

Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika ini, melansir Newsmaxhealth, para peneliti menemukan bahwa tidur dapat membantu daya ingat dan proses belajar di sepanjang kehidupan manusia yang akan terus berlangsung hingga seseorang berusia 70 atau 80 atau 90 tahun. Para peneliti mengungkapkan, terdapat perbedaan antara tidur cukup di usia muda dengan menggantinya di usia tua nanti. Hal ini dikarenakan memiliki waktu tidur yang cukup di usia muda dan paruh baya ternyata dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang pada 28 tahun mendatang.

Tidur memiliki peranan penting dalam proses pembentukan suatu ingatan atau memori. Saat Anda memasuki fase tidur dalam, otak akan mengulang kembali semua pengalaman atau hal yang Anda alami di sepanjang hari, memutarnya kembali, dan menguatkan hal tersebut agar Anda pun dapat mengingatnya di kemudian hari.

Sebenarnya saat memasuki usia paruh baya, tidur lebih banyak di siang hari seperti tidur siang juga dapat membantu meningkatkan kemampuan daya ingat dan membantu mencegah terjadinya penurunan fungsi daya ingat. Namun hal ini hanya dapat terjadi bila tidur siang tersebut tidak mengganggu waktu tidur di malam hari.

Nah, seiring bertambahnya usia seseorang, ia pun akan lebih sering terbangun di malam hari dan lebih jarang mengalami tidur dalam atau bermimpi saat tidur, yang sebenarnya merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan fungsi otak secara keseluruhan.

Meskipun banyak orang merasa bahwa tidur sama dengan membuang-buang waktu, sebenarnya anggapan itu tidaklah tepat. Tidur yang cukup telah banyak dihubungkan dengan kesehatan mental yang lebih baik, meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah, dan menurunkan risiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan yang serius. ** Baca juga: Hindari Penularan dari Anggota Keluarga yang Sedang Sakit

Hasil penelitian ini pun membuat para peneliti bertanya-tanya mengenai, apakah tidur yang cukup di usia muda dapat menghambat atau bahkan menyembuhkan penurunan daya ingat akibat proses penuaan dan gangguan daya ingat yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer dan demensia (pikun).(ilj/bbs)




Ketahui Tanda Lupa yang Bukan Sekadar Lupa Biasa

Kabar6-Ada banyak hal yang menyebabkan Anda menjadi sangat mudah lupa. Bisa jadi Anda mengalami insomnia selama berturut-turut sehingga mengakibatkan sulit berkonsentrasi, atau bisa juga merasa kewalahan akibat beban kerja yang berat.

Nah, ada kemungkinan bahwa kejadian lupa yang terjadi terus menerus adalah gejala dari Alzheimer. Dikutip dari beberapa sumber, satu hal yang perlu diwaspadai adalah ketika Anda sering melupakan hal yang dilakukan sehari-hari. Misalnya, Anda lupa untuk memasak makanan untuk makan malam dan hal tersebut terjadi secara berturut-turut, padahal hal itu merupakan kegiatan harian.

Gejala lain adalah Anda jadi gampang tersesat di rute jalan yang sebenarnya familiar bagi Anda. Ada kalanya Anda lupa tujuan ketika sudah berada di tengah perjalanan. Orang-orang tua yang sering dikabarkan terlihat linglung saat mereka ditemukan di pinggir jalan kebanyakan mengalami gejala yang serupa. Artinya, bisa jadi hal tersebut merupakan tanda awal dari Alzheimer.

Kebiasaan mengulang percakapan yang sama juga bisa jadi tanda awal dari Alzheimer atau Dementia. Anda secara tak sadar mengulang-ulang cerita yang sama kepada pasangan, keluarga dan teman-teman. ** Baca juga: Apa yang Membuat Telinga Tetap Gatal Meski Telah Dibersihkan?

Jika masih belum yakin gejala lupa yang Anda alami termasuk gejala lupa biasa atau gejala Alzheimer, saatnya meminta pendapat dari keluarga Anda, karena biasanya keluarga akan menunjukkan perhatian ketika kebiasaan lupa Anda sampai di tahap yang tak wajar.

Ada banyak hal yang bisa mengakibatkan Anda jadi gampang lupa, dan bisa jadi gejala Alzheimer tidak termasuk di dalamnya. Jika kebiasaan lupa Anda berdampak fatal terhadap kegiatan sehari-hari, ada baiknya untuk berkonsultasi pada dokter.(ilj/bbs)




Selain Buruk untuk Pernapasan, Polusi Udara Juga Bikin Bodoh?

Kabar6-Tidak hanya buruk bagi pernapasan, polusi juga memberikan dampak buruk terhadap tingkat kecerdasan manusia. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences menemukan bahwa polusi berperan dalam penurunan tajam kecerdasan manusia.

Penelitian yang dilakukan terhadap 20 ribu orang dari berbagai usia selama empat tahun ini, melansir seperti dilansir Vemale, menganalisis tes verbal dan aritmatika. Hasilnya, paparan polusi yang merupakan zat kimia buang dan memiliki sifat racun ini dapat memicu penurunan signifikan dalam skor tes untuk bahasa dan aritmatika.

Udara kotor memberikan dampak degradasi kognisi seiring bertambahnya usia. Bahkan polusi juga meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan bentuk lain demensia.

“Kerusakan pada otak yang menua akibat polusi udara kemungkinan membebani kesehatan dan biaya ekonomi yang besar, mengingat fungsi kognitif justru sangat penting bagi para manula untuk menjalankan tugas sehari-hari dan membuat keputusan-keputusan penting,” demikian dikatakan penulis. ** Baca juga: Benarkah Sering Kentut Bikin Berat Badan Turun?

Sebagai upaya pencegahan, pakailah masker sehingga bisa mengurangi jumlah polusi yang masuk ke tubuh.(ilj/bbs)




Menakjubkan, Seorang Wanita Asal Australia Mampu Ingat Seluruh Memori Hidupnya

Kabar6-Apa yang dialami Rebecca Sharrock (28) sungguh menakjubkan. Bayangkan, wanita asal Brisbane, Australia, ini mampu mengingat semua hal yang dialaminya sejak kecil, termasuk hal-hal seperti kapan ia pertama kali disuapi oleh ibunya saat bayi.

Bukan tanpa sebab, melansir boredpanda, rupanya wanita ini mengalami Highly Superior Autobiographical Memory (HSAM), kondisi yang membuatnya tidak memiliki kemampuan untuk melupakan sesuatu. Diketahui, hanya 60 hingga 80 orang di seluruh dunia yang memiliki kemampuan sangat unik ini.

“Ingatan pertama yang aku benar-benar ketahui adalah saat usiaku baru 12 hari. Saat itu, aku ditempatkan di kursi pengemudi dan difoto oleh orang tuaku,” kata Rebecca. “Saat aku membaca koran pada 2014 silam, terdapat sebuah artikel yang menyebutkan bahwa kita tidak akan mungkin semua hal yang kita alami sebelum usia kita 4 tahun. Saat itu, barulah aku sadar jika aku bisa mengingat semua hal sejak bayi.”

Dalam keseharian, terkadang Rebecca merasa tidak nyaman dengan kemampuan mengingatnya yang sangat super ini. Ya, karena mau tidak mau ia bisa mengingat pengalaman buruk yang dialaminya dan membuatnya sedih. ** Baca juga: Cara Tak Lazim Warga Korea Cegah Dampak Buruk Suhu Panas dengan Konsumsi Daging Anjing

Otak kita memang masih menjadi salah satu organ tubuh yang paling misterius bagi para peneliti. Kemampuan otak yang sangat luar biasa bisa memungkinkan seseorang memiliki kondisi langka seperti HSAM seperti yang dialami Rebecca.

Rebecca telah dilibatkan dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan memori. Penelitian-penelitian ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah alzheimer. ** Baca juga: Europixpro Door, Produk Anak Negeri Berkualitas Dunia

Luar biasa.(ilj/bbs)




Rutin Baca Buku Bantu Jaga Kesehatan, Lho

Kabar6-Para peneliti mengemukakan bahwa kebiasaan membaca buku baik bagi kesehatan tubuh. Dengan membaca dapat memacu otak untuk berpikir dan berkonsentrasi. Bila kegiatan ini rutin dilakukan, maka akan membuat otak semakin berkembang, yang juga dapat berimbas positif pada organ tubuh lain. Tidak sekadar menambah pengetahuan, dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa manfaat kesehatan yang diperoleh ketika Anda rutin baca buku:

1. Ringankan stres
Salah satu faktor timbulnya penyakit berbahaya adalah meningkatnya denyut jantung dan ketegangan otot akibat stres saat menjalani rutinitas. Dengan membaca buku, terutama buku fiksi atau novel saat menjelang tidur, dapat menenangkan dan mengurangi stres.

2. Cegah datangnya penyakit Alzheimer
Otak yang sering digunakan untuk berpikir, misalnya saja seperti saat membaca buku atau majalah, dan memecahkan teka-teki cenderung jauh dari penyakit Alzheimer (kehilangan memori) pada usia dini. Menurut penelitian dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 2001, membaca buku sama seperti halnya melakukan aktivitas fisik, yakni bermanfaat untuk menjaga tensi jantung, memperkuat otot dan tulang, serta jarang terserang penyakit.

3. Bentuk pola tidur yang sehat
Bagi orang yang kesulitan untuk tidur nyenyak di malam hari, kebiasaan membaca buku dapat dijadikan pilihan kegiatan pengantar tidur. Saat membaca, otak akan menjadi alarm bagi tubuh dan mengirimkan sinyal waktu untuk tidur. Cara seperti ini akan membantu Anda mendapatkan tidur yang berkualitas dan bangun segar di pagi hari. Seperti yang kita tahu bahwa tidur berkualitas sangat diperlukan tubuh untuk melakukan regenerasi sel.

4. Kurangi depresi
Studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE menjabarkan bahwa membaca buku di saat sendiri merupakan terapi yang bagus untuk tubuh manusia. Terapi yang dimaksud adalah biblioterapi, yakni terapi yang dapat mencegah datangnya depresi. Dengan membaca buku, tingkat depresi yang berat, dapat diminimalisasi dan serta dapat membangkitkan motivasi orang untuk melakukan perubahan.

5. Tingkatkan konsentrasi
Mereka yang hobi membaca buku, biasanya memiliki otak yang lebih baik dalam fokus dan konsentrasi. Hal ini disebabkan saat membaca buku, otak dilatih untuk memperhatikan peristiwa demi peristiwa dalam halaman buku. Ketika kemampuan untuk fokus terus dilatih, maka saat menghadapi masalah di kehidupan nyata, mereka yang hobi membaca buku cenderung lebih teliti dan teratur dalam menyelesaikan urusan mereka.

Kemampuan untuk berkonsentrasi dengan baik sangat diperlukan oleh setiap orang saat menjalani aktivitas sehari, terlebih anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah agar mereka dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Kemampuan untuk fokus dan konsentrasi pada anak-anak dapat dilatih sejak dini, salah satu caranya dengan mengakrabkan anak dengan dunia buku. ** Baca juga: Olahraga Sore Miliki 7 Manfaat Tak Terduga

Yuk, sisihkan waktu setidaknya 30 menit setiap hari untuk membaca.(ilj/bbs)




Aktif Berbicara 2 Bahasa Mampu Turunkan Risiko Demensia

Kabar6-Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neurology mengungkapkan, aktif berbicara lebih dari satu bahasa dapat menunda risiko demensia (pikun). Ada banyak penyebab yang membuat seseorang mengalami demensia, umumnya karena penyakit-penyakit kronik seperti stroke dan parkinson. Namun, penyebab utama seseorang mengalami demensia adalah Alzheimer.

Sejumlah periset menyarankan, agar seseorang tidak terkena Alzheimer, hal yang harus dilakukan adalah membuat otak tetap aktif, berlatih teka-teki, serta latihan mental. Di antara ketiganya, dilansir Klikdokter, latihan terbaik yang bisa menyehatkan otak adalah belajar bahasa asing. Bahkan, memiliki keterampilan bahasa tingkat sekolah dapat memperbaiki fungsi otak sampai batas tertentu.

Menurut Ellen Bialystok, seorang psikolog di York University, Toronto, anak-anak bilingual yang menggunakan bahasa kedua mereka secara teratur memiliki kemampuan multitasking yang lebih baik ketimbang anak-anak monolingual.

Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai bilingualisme dan hubungannya dengan otak, Bialystok membandingkan pencitraan otak pada orang bilingual dengan mereka yang monolingual.

Hasilnya, mereka yang bilingual mampu menunda gejala Alzheimer selama empat sampai lima tahun lebih lama dibanding orang monolingual. Memang kemampuan berbicara dua bahasa tidak mampu mencegah penyakit Alzheimer, namun masih bermanfaat untuk menunda gejala. Disimpulkan Bialystok, menggunakan dua bahasa akan merangsang otak untuk menghasilkan cadangan kognitif.

Seorang psikolog di Penn State University bernama Judith Kroll yang melakukan studi lain tentang bilingualisme, mendukung gagasan bahwa berbicara lebih dari satu bahasa membuat otak tetap lincah dan memperkuat fungsi mental. Dijelaskan, penutur bilingual bisa mengungguli pembicara bahasa tunggal dalam pekerjaan-pekerjaan yang berfokus pada detail. ** Baca juga: Gunakan Lip Balm Sebabkan Ketergantungan

Tidak hanya menambah pengetahuan, mempelajari bahasa asing juga meningkatkan kemampuan otak, serta menunda kemunculan si ‘perampok ingatan bernama demensia.(ilj/bbs)




Apa Sih Manfaat Antioksidan Bagi Tubuh?

Kabar6-Antioksidan adalah zat yang dapat melindungi sel-sel terhadap efek radikal bebas, yaitu molekul yang diproduksi ketika tubuh mendapatkan makanan ‘rusak’ atau paparan lingkungan yang tidak sehat seperti asap tembakau dan radiasi.

Radikal bebas dapat merusak sel dan mungkin memainkan peran dalam penyakit jantung, kanker, alzheimer dan penyakit berbahaya lainnya. Penelitian menunjukkan, antioksidan memang dapat efektif dalam mencegah sejumlah penyakit yang berkaitan dengan usia.

Saat radikal bebas ‘mengambil’ komponen yang diperlukan dari sel-sel tubuh lain, dikutip dari Webmd, mereka tidak hanya menyebabkan sel tubuh lainnya mengalami kematian, tetapi seringkali justru hanya membuat sel tubuh lain tersebut ‘cedera’ dan merusak DNA di dalamnya. Hal inilah yang akan memicu terjadinya suatu penyakit.

Saat DNA di dalam suatu sel berubah, maka sel pun bermutasi. Kondisi ini akan membuat sel tumbuh dan berkembang secara abnormal dengan sangat cepat. Secara keseluruhan, radikal bebas tetap akan terbentuk di dalam tubuh akibat dari proses metabolisme tubuh, namun radikal bebas yang dihasilkan biasanya tidak terlalu banyak, sehingga tubuh masih mampu mengatasinya dengan berbagai antioksidan yang ada di dalam tubuh.

Akan tetapi, bila produksi radikal bebas terus meningkat, maka tubuh pun tidak lagi mampu ‘menahan’ serangan radikal bebas dengan berbagai antioksidan yang terdapat di dalam tubuhnya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan di dalam sel-sel tubuh yang dapat berujung pada terjadinya suatu penyakit kronik seperti kanker, penyakit jantung, penyakit Alzheimer, dan penyakit Parkinson.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas di dalam tubuh adalah asap rokok, makanan dan minuman yang mengandung pestisida, mengonsumsi terlalu banyak minuman beralkohol, dan berbagai jenis racun lainnya. ** Baca juga: Perlengkapan Mandi pun Dapat Pengaruhi Kesuburan

Salah satu cara terbaik yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kesehatan tubuh adala menghindari serangan radikal bebas dengan menjalankan pola hidup sehat.(ilj/bbs)




Posisi Tidur yang Salah Ternyata Bisa Tingkatkan Risiko Alzheimer & Parkinson

Kabar6-Selain tidak nyaman, posisi tidur juga mempengaruhi kesehatan. Disebutkan, posisi tidur yang salah ternyata tidak hanya dapat membuat Anda mendengkur atau menyebabkan naiknya asam lambung sehingga dada terasa seperti terbakar, tetapi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai gangguan neurologis seperti Alzheimer atau Parkinson.

Dengan melakukan posisi tidur yang benar, seperti dilansir Prevention, Anda dapat mencegah kedua penyakit tersebut. Tidur dengan posisi menyamping ternyata dapat membantu otak ‘membuang’ berbagai zat sisa di dalamnya saat Anda tidur. Posisi menyamping dikatakan lebih baik ketimbang tengkurap atau telentang.

Para peneliti menemukan, proses ‘pembuangan sampah’ di dalam otak akan menjadi lebih efisien bila seseorang tidur dengan posisi menyamping. Hal ini diketahui melalui pemeriksaan MRI.

‘Sampah’ otak adalah protein beta amiloid, sejenis protein yang dapat menyebabkan terbentuknya plak di dalam otak, berhubungan dengan terjadinya penyakit Alzheimer.

Untuk mendapatkan posisi tidur yang tepat, Anda juga membutuhkan bantuan bantal. Pilihlah bantal yang tepat, tidak terlalu mengembang dan tidak terlalu tipis, sehingga posisi tulang belakang menjadi lurus (tidak melengkung) dan otot leher tidak menjadi tegang saat Anda tidur. ** Baca juga: Sering Begadang Bisa Ganggu Penampilan

Disarankan untuk memilih bantal dengan ‘ketebalan’ berkisar antara 12.5-15 cm.(ilj/bbs)