Dalam ICYS tersebut, pelajar Indonesia bersaing dengan pelajar dari 15 negara. Meski demikian, pelajar Indonesia tetap sukses membuktikan track record untuk meraih medali emas setiap tahun sejak 2009 lalu.
Ya, Indonesia meraih dua medali Emas untuk bidang Matematika dan Poster Ilmiah Ekologi terbaik yang di sabet oleh Harman Dewantoro dari SMA cita Hati Surabaya dan Lecelyne Livia Kusuma dari SMA Santa Laurensia Tangerang.
Sedangkan dua medali Perak bidang Ilmu Alam dan Ekologi juga disabet oleh pelajar Indonesia lainnya, yaitu Josiah Chistoper dari SMA Cita Hati Surabaya dan Jeff Bastian Wongso Wijaya dari SMA Kristen Petra 1 Surabaya.
Sedangkan dua medali Perunggu bidang Matematika dan Ekologi disabet oleh Wilbert Osmond dari SMP Chandra Kusuma Medan dan Ni Luh Putu Lilis Sinta Setyawati dari SMAN Bali, Mandara Singaraja.
Kasubdit Kelembagaan Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendigbud) RI, Suharlan mengatakan, medali yang diperoleh para pelajar itu merupakan prestasi yang cukup membanggakan. Lewat medali itu, Indonesia bisa diperhitungkan oleh negara lain.
“Ini membuktikan bahwa Indonesia tidak sejelek yang dikenal dunia luar. Selama ini kita cuma dikenal dengan TKI dan TKW nya. Tapi dengan prestasi ini, kita cukup diperhitungkan tingkat Internasional, khususnya di bidang penelitian dan sains,” kata Suharlan, saat menyambut kepulangan pelajar berprestasi di Terminal 2D Bandara soekarno Hatta (Soetta), Kamis (24/4/2014).
Menurutnya, selama ini Kemendikbud terus berupaya mengembangkan talenta anak-anak muda di bidang sains dan penelitian dengan kurikulum 2012. Para pelajar berprestasi ini juga akan mendapat reward berupa beasiswa, guna melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
“Anak-anak yang suka sains dan penelitian kita fasilitasi agar mereka tumbuhd an berkembang. Kita juga akan berupaya agar mereka bisa mendapat beasiswa unggulan, kita prioritaskan untuk anak-anak yang berperstasi di tingkat internasional,” ujarnya
Sementara itu, Harman Dewantoro, peraih medali emas dalam ajang IYCS mengaku, bahwa dirinya terlebih dahulu mengikuti lomba karya ilmiah ditingkat nasional di Bandung dan Yogyakarta, sebelum kemudian terpilih untuk mewakili Indonesia dengan judul Karya Ilmiah chaotic Bare-Bones Particle Swarm Organization. **Baca juga: Terkait e-KTP, Tiga Cluster di Tangsel Digeruduk KPK.
“Kalau ditanya kanapa saya bisa, jawabnya karena belajar. Dan, belajar matematika itu jangan dipandang sulit dan memakan waktu panjang. Karena sebenarnya yang paling dibutuhkan cukup konsentrasi,” ujarnya.(ali)