oleh

Kondisi Reruntuhan Kesultanan Banten Bakal Dibenahi

image_pdfimage_print
Kesultanan Banten. (tmn)

Kabar6-Reruntuhan Kesultanan Banten akan ditata ulang guna menghilangkan kesan kumuh, semrawut dan tak terawat. Seperti banyaknya pengemis hingga Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menyempitkan jalan menuju lokasi Masjid Agung Banten.

“Tentang pengelolaan Banten Lama itu sudah jelas diatur dalam UU 23/2004,” kata Andhika Hazrumy, Wakil Gubernur Banten Andhika Hazrumy saat ditemui di Kota Serang, Senin (31/07/2017).

Politisi Golkar ini mengaku telah membentuk tim teknis yang nantinya akan bekerja menata komplek Kesultanan Banten Lama.**Baca Juga: Kumuh dan Semrawut, Ada Jumsih di Komplek Kesultanan Banten

“Organisasi Perangkat Daerah (OPD) perencanaann daerah dari Pemprov Banten dan kabupaten/kota Serang akan terlibat di tim teknis ini,” jelasnya.

Jika kawasan Masjid dan reruntuhan Kesultanan Banten ingin seperti Keraton Yogjakarta ataupun Cirebon, harus di dirikan terlebih dahulu sebuah badan pengelola yang berwenang untuk melakukan study sampai pembangunan hingga selesai semuanya.

“Harus ada re’assesment lagi, ada aemerintah, kesultanan dan lain-lain. Sehingga apa yang dikonstruksikan dan tata kelola tanah sudah tidak ada yang ditawar lagi,” kata Yuwono Sri Suwito, Dewan Kebudayaan Keraton Jogjakarta, saat ditemui ditempat berbeda, di Kota Serang, Senin (31/07/2017).**Baca Juga: Baru Kepikiran Mengurus Watu Gilang Kesultanan Banten

Badan tersebut harus berisikan para ahli yang memahami sejarah, ekonomi, geografis dan disiplin ilmu lainnya yang akan menunjang proses penataan.

“Misalkan tidak boleh ada rumah bertingkat. Nilai ekonomi jangan sampai mengalahkan nilai kulturalnya. Harus ditata mana kawasan khusus museum, kawasan sakral, kawasan ekonominya,” terangnya.

Jika wisatawan yang berkunjung ke kawasan Kesultanan Banten Lama, baik ke Masjid Agung, ziarah ke makam para Sultan Banten hingga menengok reruntuhan Keraton, maka kesan yang pertama dijumpai adalah kesemrawutan, tembok bersejarah yang penuh dengan coretan, banyak nya pengemis hingga situs sejarah yang tertutupi para pedagang ataupun parkiran kendaraan.(tmn)

Print Friendly, PDF & Email