oleh

Dialog Capaian Perubahan Program Kesehatan Reproduksi, Perkawinan Anak dan Kekerasan Seksual

image_pdfimage_print

Kabar6-Rutgers Indonesia menggelar acara Dialog Capaian Perubahan Program yang mengangkat tema “Sadar, Terlibat, dan Berbuat: Perjalanan orang muda bersama Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dalam mendorong pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), pencegahan Perkawinan Anak dan Kekerasan Seksual.

Manajer Komunikasi dan Kampanye Rutgers Indonesia, Indira Susatio menyampaikan, kegiatan ini berlangsung pada 13 Kabupaten di 6 Provinsi di Indonesia” yang bertujuan untuk mengevaluasi dan merayakan dua tahun pencapaian dari program-program yang diimplementasikan Rutgers Indonesia yaitu Right Here Right Now (RHRN2), Power to You(th) (PtY), Generation Gender (Gen-G), dan Explore 4 Action (E4A).

Acara yang diselenggarakan selama tiga hari (12-14 November 2023) di Bogor ini, melibatkan sekitar 350 orang peserta yang merupakan perwakilan dari Kementerian/Lembaga Negara terkait, Lembaga Nirlaba Internasional, Organisasi Masyarakat Sipil, Akademisi, Guru dan Siswa penerima manfaat program, dengan tujuan untuk melakukan dialog terbuka atas capaian dan tantangan pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual (PKRS), pencegahan perkawinan anak, dan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS).

“Kegiatan ini juga mempertemukan orang muda, pemangku kepentingan, dan penyelenggara layanan baik dari pemerintah maupun komunitas untuk saling berbagi pengalaman dan membangun kolaborasi baru,” kata Manajer Komunikasi dan Kampanye Rutgers Indonesia Indira Susatio, Senin (13/11/2023).

Berbagai sesi diskusi digelar dengan mengangkat topik-topik terkait isu Kesehatan reproduksi, pencegahan perkawinan anak dan kekerasan seksual, baik dari persepsi gender dan Islam, maupun di kalangan Universitas, diskusi tentang kekerasan berbasis gender online, dan peran sosial media. Selain itu, akan dipamerkan poster pencapaian program dan pemutaran film tentang perkawinan anak, dan talkshow yang mengangkat topik aspirasi dan perkembangan remaja dan orang muda dalam sistem pendidikan dan komunitas.

Acara dibuka oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nunuk Suryani. Dalam video pidato pembukaannya, Nunuk menegaskan: “satuan pendidikan harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak untuk belajar, intoleransi kekerasan seksual dan perundungan merupakan hal yang perlu dicegah dan dihapuskan.” Lebih lanjut, Nunuk juga menyampaikan apresiasi kepada Rutgers Indonesia atas berbagai upaya yang telah dilakukan dalam memastikan anak-anak mendapatkan hak-haknya terutama di bidang pendidikan.

Lebih lanjut, dalam sambutannya, Country Representative Rutgers Indonesia, Restu Pratiwi, menyatakan, “Dari seluruh capaian yang telah diraih dalam dua tahun terakhir ini, kami melihat bahwa dukungan Pemerintah, baik di tingkat Nasional maupun Daerah terhadap program yang dijalankan merupakan salah satu unsur penting dari keberhasilan. Rutgers Indonesia mengapresiasi para kepala sekolah dan guru yang telah mengambil inisiatif untuk terus mendidik putra putri kita terkait kesehatan seksual dan reproduksi.”

Terkait isu perkawinan anak, berdasarkan data BPS, Bappenas, UNICEF dan PUSKAPA, 2020, 11,21% (1 dari 9 anak perempuan usia 20-24 tahun telah menikah sebelum usia 18 tahun. Dari sumber data yang sama, tercatat tiga provinsi dengan persentase pernikahan di bawah 18 tahun paling tinggi adalah di Sulawesi Barat (19.43%), Kalimantan Tengah (19,13%), dan Sulawesi Tenggara (18,96%).

Sementara untuk isu kekerasan berbasis gender dan seksual, mengutip data CATAHU Komnas Perempuan 2022, selama kurun waktu 10 tahun pencatatan kasus kekerasan terhadap perempuan (2012-2021), tahun 2021 tercatat sebagai tahun dengan jumlah kasus Kekerasan Berbasis Gender (KBG) tertinggi, yakni meningkat 50% dibanding tahun 2020, sebanyak 338.496 kasus. Angka ini bahkan lebih tinggi dari angka KBG sebelum masa pandemi di tahun 2019. Ada beberapa jenis KBG terhadap perempuan yang menjadi perhatian di tahun 2021, antara lain Kekerasan Berbasis Gender Siber (KBGS) terhadap perempuan, KBGS terhadap perempuan dengan disabilitas, kekerasan dengan pelaku anggota TNI dan POLRI, serta kekerasan seksual di lingkungan pendidikan.

Data ini juga memperlihatkan kenaikan 83% kasus KBGS dari tahun 2020 sebanyak 940 kasus menjadi sebanyak 1.721 kasus pada 2021. Penerima laporan KBGS terbanyak adalah di LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan WCC (Women Crisis Center) yakni sebanyak 170 kasus, diikuti DP3A (Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak) dan P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) sebanyak 22 kasus, serta Pengadilan Negeri sebanyak 13 kasus. Kategori KBGS pada pengaduan Komnas Perempuan dan data lembaga layanan didominasi kasus intimidasi secara online (cyber harassment), ancaman penyebaran foto/video pribadi (malicious distribution) dan pemerasan seksual online (sextortion).

Di samping itu, data tahun 2021 juga menunjukkan bahwa perempuan dengan disabilitas intelektual masih menjadi kelompok dengan jumlah tertinggi yang mengalami kekerasan, yakni sebanyak 22 kasus dan diikuti perempuan dengan disabilitas ganda sebanyak 13 kasus. Data tersebut tidak berbeda dengan tahun 2020, yakni kelompok tertinggi yang dilaporkan mengalami kekerasan adalah golongan perempuan dengan disabilitas intelektual. Selama lima tahun terakhir data CATAHU mencatat bahwa bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan tidak jauh berbeda, yaitu 36% untuk kekerasan psikis dan 33% untuk kekerasan seksual, disusul kekerasan fisik sebanyak 18% dan terakhir adalah kekerasan ekonomi sebesar 13%.

Dalam hal pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif, Rutgers Indonesia bersama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dan dengan dukungan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, melakukan sebuah penelitian Studi Global pada Remaja Awal (Global Early Adolescent Study atau GEAS) di 3 (tiga) kota yaitu Lampung, Semarang dan Denpasar sejak tahun 2019 yang bertujuan untuk memahami bagaimana sosialisasi gender dan proses sosial lain mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan remaja awal, untuk melihat dampak dari Pendidikan kesehatan seksualitas komprehensif SETARA serta untuk memberikan informasi kepada pembuat kebijakan, orang tua, guru, pembuat program, peneliti dan remaja sendiri dalam perencanaan dan pelaksanaan program dan layanan remaja.

Beberapa temuan penting GEAS menunjukkan potensi program Pendidikan Seksualitas Komprehensif (Comprehensive Sexual Education – CSE) dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan terkait seksualitas yang sehat pada masa remaja awal. Temuan ini menunjukkan bahwa pendekatan pendidikan seksualitas komprehensif berbasis hak dapat berkontribusi secara signifikan dalam mendukung perkembangan remaja yang sehat pada kelompok usia yang lebih muda. Peran guru dalam mengeliminasi tabu juga dinilai sangat penting dalam pembentukan keterampilan interpersonal remaja.

Rekomendasi yang dihasilkan GEAS antara lain mendorong adanya dukungan kebijakan dan kemitraan strategis dengan pemerintah, baik di tingkat nasional maupun daerah, terutama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk memasukkan materi pendidikan seksualitas komprehensif ke dalam kurikulum wajib di sekolah. Hasil GEAS ini diharapkan dapat menjadi referensi penting bagi para pemangku kepentingan dan pihak terkait dalam menentukan langkah dan kebijakan yang tepat sasaran sebagai upaya peningkatan  kualitas pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja berbasis hak di Indonesia. GEAS merupakan perwujudan dari salah satu empat pilar Rutgers Indonesia yakni penelitian dan merupakan program Explore4Action atau E4A.

Sejak 2021, Rutgers Indonesia mengimplementasikan tiga program utama yaitu Right Here Right Now (RHRN2), Power to Youth (PtY), dan Generation Gender (Gen-G) dengan periode kerja mulai dari tahun 2021 dan akan berakhir pada tahun 2025. Fokus kerja dari ketiga program tersebut antara lain melakukan upaya untuk memperkuat orang muda, pemangku kepentingan termasuk pembuat kebijakan, dan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), untuk mencapai cita-cita mendorong pemenuhan HKSR dan kehidupan yang lebih adil gender dan inklusif.

Adapun strategi utama ketiga program ini antara lain meliputi Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS) di Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Luar Biasa (SLB), memperkuat/pemberdayaan orang muda, literasi hak-hak terutama hak perempuan, anak, dan kesehatan seksual dan reproduksi, kampanye untuk meningkatkan dukungan pada perubahan, serta mendorong advokasi kebijakan mulai dari unit desa hingga tingkat nasional.

**Baca Juga: Terpidana Korupsi Sodetan Cibinuangeun di Lebak Serahkan Uang Pengganti Rp3,8 Miliar

Tentang Rutgers Indonesia:

Rutgers Indonesia adalah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk mempromosikan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) dan pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Dengan fokus pada pendidikan, advokasi, dan pelibatan masyarakat, Rutgers Indonesia berupaya untuk menciptakan masyarakat yang menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak semua individu.

Tentang Program Right Here Right Now (RHRN2): Program RHRN2 adalah sebuah program yang memperjuangkan akses yang adil dan non diskriminatif terhadap pendidikan, informasi dan layanan HKSR bagi orang muda secara inklusif termasuk disabilitas dan kelompok rentan dan marginal lainnya. Orang muda tersebut terbagi dalam kategori usia 12-24 tahun bagi orang muda dalam lingkungan sekolah, kampus dan masyarakat umum dan kategori 18-35 tahun bagi kelompok rentan dan marginal lainnya. Program RHRN2 dilaksanakan di Kabupaten Langkat (Provinsi Sumatera Utara), Indramayu (Provinsi Jawa Barat), Jombang (Provinsi Jawa Timur), serta Jakarta dan sekitarnya.

Tentang Program Generation Gender (Gen-G): Program Gen-G bercita-cita mewujudkan masyarakat yang adil gender dan bebas kekerasan bersama dan untuk generasi muda dalam keberagaman mereka yang dilaksanakan di tiga wilayah yakni DKI Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek), Jawa Barat, dan Kota Palu. Tentang Program Power to Youth (PTY): Program PtY bertujuan untuk mendorong remaja perempuan dan perempuan muda (RPPM) agar berdaya dalam bernegosiasi, menyuarakan hakhaknya di ruang publik, dan dapat mandiri dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri serta dapat melindungi dirinya dari praktik-praktik berbahaya terkait kesehatan seksual dan reproduksi seperti perkawinan anak, kehamilan remaja, sunat perempuan, dan berbagai praktik kekerasan berbasis gender dan seksual lainnya. Demi mencapai perubahan dalam kehidupan RPPM, PtY juga melibatkan anak laki-laki dan laki-laki dewasa. Program PtY dilaksanakan di Garut dan Cianjur (Jawa Barat), Jember dan Bondowoso (Jawa Timur), Lombok Timur dan Lombok Tengah (NTB).

Tentang Program Explore4Action (E4A):

Explore4Action merupakan sebuah program penelitian untuk mengetahui pengalaman tumbuh kembang remaja 12-24 tahun terutama terkait Kesehatan seksual dan reproduksi mereka, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengalaman ini secara positif maupun negatif. Program ini juga menggali dampak dari pendidikan seksualitas komprehensif yang difasilitasi oleh Rutgers Indonesia, yaitu SETARA (Semangat Dunia Remaja) bagi mereka. Data dikumpulkan di tiga lokasi di Indonesia: Semarang, Bandar Lampung dan Denpasar.

Penelitian ini didukung pula oleh jalur advokasi di tingkat lokal dan nasional yang bertujuan untuk memajukan pendidikan dan layanan kesehatan bagi kaum muda di seluruh Indonesia. (Red)

 

Print Friendly, PDF & Email