Kabar6-Kecamatan Sepatan membongkar 550 bangunan semipermanen atau lapak pedagang kaki lima yang berdiri di sepanjang Jalan Raya Sepatan-Pakuhaji.
Camat Sepatan Dadang Sudrajat mengatakan, pembongkaran bangunan ini merupakan bagian dari penertiban PKL sebagai tindak lanjut dari relokasi pasar tradisonal Sepatan. “Pembongkaran yang saat ini dilakukan hanya sebatas simbolis, agar para PKL bisa mengerti, sehingga bisa mengosongkan bangunan sebelum ditertibkan secara keseluruhan,” ujarnya Senin 30/12/2019.
Menurut Dadang, pembongkaran PKL secara keseluruhan akan dilakukan ketika pasar tradisional Sepatan yang dinamai Pasar Pelangi sudah benar-benar selesai dan bisa ditempati oleh para PKL.
Dadang mengklaim pembongkaran PKL sudah berjalan dengan normal, walaupun sempat ada penolakan dari salah satu pedagang, yang merasa tidak diberitahukan sebelumnya terkait relokasi PKL ke pasar Pelangi. Dia memastikan jika hal sudah diberitahukan. “Sosialisasinya saja sampai tiga kali tahapan dengan sistem dor to dor atau diberitahu secara langsung kepada para PKL.”
**Baca juga: Himpunan Mahasiwa Tangerang Ingatkan Zaki-Romli Soal Janji Kampanye.
Dalam penertiban ini, Dadang mengakui, ada pedagang yang marah dan menuntut ganti rugi. Untuk ganti rugi, Dadang memastikan tidak ada karena lahan itu milik Pemerintah Kabupaten Tangerang. “Apalagi para PKL ini dbongkar bukan untuk diabaikan, tetapi sudah kita siapkan lokasi yang pas untuk berjualan, bukan seperti saat ini dipinggir jalan membuat jalan macet dan terlihat kumuh, karena banyak PKL dipinggir jalan, ” tambahnya.
Menurut Dadang, para PKL yang direlokasi ke Pasar Pelangi tidak dipungut biaya sepeserpun, karena gedung tersebut sudah tersedia oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang, adapun hanya iuran untuk biaya perawatan pasar. Katanya, sementara untuk kios yang baru didepan pasar itu akan dikenakan biaya. Dadang berharap, di Tahun 2020 awal Pasar Pelangi sudah bisa beroperasi dengan 24 jam.(Vee)
