1

Hadir dalam World Water Forum di Bali, Perumdam TKR Siap Concern Atasi Tantangan Air Secara Global

Kabar6-Perusahaan Umum Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (Perumdam TKR) Kabupaten Tangerang, turut memberikan pelaksanaan 10 th World Water Forum di Bali. Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah 10 th World Water Forum.

World Water Forum tersebut mengusung tema Water For Shared Prosperity sejak 18-25 Mei 2024.

Direktur Utama Perumdam TKR, Sofyan Sapar hadir langsung dalam kegiatan World Water Forum tersebut. Perumdam TKR melaksanakan sharing session dengan Exibitor seperti China Water dan Canberra Australian Water untuk kerja sama Water Resources Management dan Smart Water Grid Management. **Baca Juga: Wakili Generasi Muda, Cinta Laura Blak-blakan Bicara Air di WWF Bali

Dengan adanya kegiatan tersebut sebagai momentum sebagai momentum peningkatan kerja sama untuk pengelolaan air secara global.

Direktur Utama pun sempat bertemu langsung dengan Staf Ahli Khusus Kemenko Perekonomian yang juga Mantan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar.

World Water Forum dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Dalam forum tersebut juga menyediakan berbagai platform komunita agar dapat berkolaborasi dan membuat kemajuan jangka panjang dalam mengatasi tantangan air secara global.

Forum itu juga mempertemukan peserta dari berbagai negara yang terdiri dari pemerintah, menteri, pemimpin daerah, akademisi, generasi muda, untuk dapat saling berbagi serta bertukar pikiran.

Terdapat empat hal yang menjadi fokus yang dibahas forum tersebut diantaranya yaitu Konservasi Air, Air Bersih dan Sanitasi, Ketahanan Pangan dan Energi.

“Oleh karena itu, hal ini menjadikan concern Perumdam TKR untuk ikut serta mengatasi tantangan air secara global kedepannya,” ujar Sofyan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (22/5/2024). (Oke)




Polri Siap Amankan Welcoming Dinner Delegasi World Water Forum ke-10 di GWK

Kabar6-Polri telah menyiapkan pengamanan Welcoming Dinner tamu event World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali yang akan digelar di Garuda Wisnu Kencana (GWK) pada Minggu malam (19/5/2024).

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, Polri melibatkan seluruh Satgas dalam pengamanan welcoming dinner.

“Satgas-satgas yang ada di Operasi Puri Agung telah kita libatkan dari Satgas preemtif, preventif, tindak dan Satgas lainnya,” katanya, Minggu (19/5/2024) *Baca Juga: Upacara Melukat Awali Rangkaian Forum ke-10

Untuk personel dilibatkan sebanyak 433 personel yang nantinya akan bergabung dengan Paspampres dan TNI. Dimana ring 1 akan ada Paspampres, ring 2 ada TNI dan ring 3 pengamanan dari Polri.

“Tentu langkah-langkah pengamanan dari venue akomodasi sampai dengan kegiatan welcoming dinner ada bid-bid pengamanan walrolakir hingga tempat welcoming dinner,” katanya.

Semua pengamanan tersebut, kata Trunoyudo, sudah direncanakan dan disimulasikan melalui Tactical Floor Game (TFG). Kemudian Satgas juga melakukan latihan pra operasi.

Mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini mengatakan, semua personel yang dilibatkan dalam pengamanan ini semuanya dalam kontrol atau komando posko 91 Command Center 91 ITDC, Nusa Dua, Bali.

“Kaposko bisa melihat sebaran semua personel yang terlibat dengan aplikasi dimana masing-masing personel bisa terlihat secara GPS dan berkomunikasi melalui body warm dan HT,” ucapnya.

Kaposko akan melihat pengendalian dari mulai pelaksanaan pengamanan akomodasi sampai delegasi, VIP, dan VVIP tiba di lokasi welcoming dinner.

Trunoyudo yang juga menjabat sebagai Kasatgas Humas Operasi Puri Agung 2024 ini mengatakan, Satgas humas juga akan memberikan sosialisasi bahwa akan ada kegiatan welcoming dinner di GWK.

“Tentunya akses-akses dari venue akomodasi ke GWK ini ada beberapa ruas dan waktu tertentu akan dilakukan pengalihan sebagai pengaturan agar seluruh kegiatan aman, nyaman dan lancar,” katanya.(red)




Indonesia Pamerkan Teknologi Bendung Modular di World Water Forum ke-10

Kabar6-Pemerintah Indonesia mengangkat keberhasilan penerapan teknologi Bendung Modular di World Water Forum ke-10 yang digelar pada 18—25 Mei 2024 di Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk meningkatkan produktivitas irigasi guna menjaga ketersediaan air dan ketahanan pangan.

Menteri PUPR yang juga Ketua Harian Panitia Nasional Penyelenggara World Water Forum ke-10 Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa inovasi dan teknologi memang diperlukan dalam pembangunan infrastruktur air. Hal itu sejalan dengan misi penyelenggaraan World Water Forum ke-10 yang ingin mewujudkan air untuk kesejahteraan bersama.

**Baca Juga:Garuda Indonesia Jadi Official Airline Penyelenggaraan Word Water Forum 2024 di Bali

“Pemanfaatan teknologi yang tepat guna, efektif, dan ramah lingkungan juga didorong guna menciptakan nilai tambah dan pembangunan berkelanjutan sehingga manfaat infrastruktur dapat dirasakan generasi mendatang,” kata Basuki dalam keterangannya, dikutp. Selasa (14/5/2024) di Jakarta.

Teknologi Bendung Modular menjadi alternatif dalam pembangunan bendung yang lebih mudah, lebih murah, dan lebih cepat. Proses konstruksinya bisa mengurangi ketergantungan terhadap alat berat dalam pemasangan bekisting, sehingga memudahkan daerah pelosok dengan akses jalan yang sulit untuk menerapkan inovasi ini.
Salah satu peneliti teknologi Bendung Modular yang juga menjabat sebagai Fungsional Perekayasa Madya Balai Hidrolika dan Geoteknik Keairan Kementerian PUPR James Zulfan menjelaskan bahwa teknologi ini menggunakan modul blok beton terkunci yang didesain khusus untuk kepraktisan di lapangan sehingga dapat menghemat waktu dan biaya pembangunan sampai 40 persen.

“Seperti Lego, bendung modular mempunyai kekuatan dan fungsi yang sama dengan bendung konvensional,” ujar James, dikutip situs resmi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB).

Inovasi yang telah terdaftar dan mendapatkan paten dari Kementerian Hukum dan HAM ini masih terus dikembangkan dan dikolaborasikan dengan program padat karya. Prototipe Bendung Modular pertama dibangun pada 2013 di Sungai Cikarag, Provinsi Jawa Barat. Setelahnya, di 2016 inovasi itu diterapkan di Sungai Kalisade, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan pada 2019 Sungai Gugubali, Morotai, Provinsi Maluku Utara. (red)




Sebanyak 440 Mobil Listrik untuk World Water Forum ke-10 Tiba di Bali

Kabar6-Sebanyak 440 mobil listrik untuk World Water Forum ke-10 tiba di Pelabuhan Benoa di Denpasar, Bali. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Pelindo (Persero) Sub Regional Bali dan Nusa Tenggara melayani pengiriman mobil yang digunakan untuk operasional delegasi World Water Forum ke-10 di Nusa Dua, Bali pada 18–25 Mei 2024.

“Kami memberikan layanan terbaik sebagai bentuk komitmen dan dukungan terhadap kegiatan penting World Water Forum ke-10,” kata Sub Regional Head Bali dan Nusa Tenggara Fariz Hariyoso, dikutip, Minggu (12/5/2024) di Denpasar.

** Baca Juga:Indonesia Perkenalkan Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat di World Water Forum ke-10

Sebanyak 440 mobil listrik tersebut dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menuju Pelabuhan Benoa. Ratusan mobil baru dan mewah itu diangkut menggunakan Kapal Motor (KM) Aishakamilah sekali pelayaran menuju Pulau Dewata.

Kapal jumbo dengan cat warna merah itu sandar di Pelabuhan Benoa pada Selasa (7/5/2024) dan proses bongkar muat 440 mobil listrik itu dilakukan hingga Rabu.

Mobil listrik yang dikirim khusus untuk Word Water Forum ke-10 itu memiliki empat merek produksi perusahaan otomotif dunia. Kendaraan listrik itu kemudian diturunkan melalui pintu rampa (rampdoor) kapal tersebut satu per satu.

Mobil kemudian dicek oleh petugas terkait dan kemudian dibawa menuju lokasi parkir Pelabuhan Benoa, Denpasar sebelum dipindahkan ke lokasi utama penyelenggaraan Forum Air Dunia itu di Nusa Dua, Kabupaten Badung.

World Water Forum merupakan pertemuan internasional yang melibatkan sejumlah pemangku kepentingan pada sektor sumber daya air, mulai dari pemerintah, parlemen, pemimpin politik, lembaga multilateral, politisi, akademisi, masyarakat sipil, pelaku usaha, dan lain sebagainya.

Pertemuan ke-10 di Bali bertema “Air untuk Kesejahteraan Bersama” dijadwalkan dihadiri oleh sekitar 35 ribu delegasi dari 193 negara di dunia.

Forum ini mengusung enam sub-tema utama yakni ketahanan dan kesejahteraan air, air untuk manusia dan alam, pengurangan dan pengelolaan risiko bencana, tata kelola, kerja sama, dan hidro-diplomasi, pembiayaan air berkelanjutan, dan pengetahuan dan inovasi. (red)




Indonesia Perkenalkan Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat di World Water Forum ke-10

Kabar6-Pemerintah Indonesia akan memperkenalkan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) sebagai salah satu praktik baik pada World Water Forum ke-10 yang digelar di Nusa Dua, Bali pada 18–25 Mei 2024.

Ketua Harian Panitia Nasional Penyelenggara World Water Forum ke-10 sekaligus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa program Pamsimas sudah dilaksanakan pemerintah sejak 15 tahun yang lalu, sehingga sangat relevan diangkat dalam World Water Forum ke-10.

**Baca Juga:Kejaksaan Agung Berduka atas Wafatnya Jampidum Fadil Zumhana

Program tersebut, lanjut dia, dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengelolaan sarana terbangun dengan mengedepankan kearifan lokal di masing-masing wilayah.

“Pamsimas merupakan program yang punya militansi. Target utamanya di daerah yang tidak punya air, sehingga kalau ditempatkan di daerah yang banyak airnya tidak tepat sasaran,” kata Menteri Basuki dalam keterangannya, dikutip, Sabtu (11/5/2024).

Program Pamsimas dan Sanimas merupakan contoh nyata pemberdayaan masyarakat dalam pengadaan, pengelolaan, dan pemeliharaan air bersih secara kolektif dengan dukungan penuh pemerintah pusat dalam pembangunan infrastruktur dan pendanaan.

“Melalui program inilah kolaborasi pusat dan daerah terbentuk untuk menyukseskan upaya pengadaan air bersih yang layak sekaligus menjawab tantangan stunting hingga ke desa-desa yang sulit dijangkau,” kata Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti menambahkan.

Indonesia pun dikatakan Diana berkomitmen untuk mendorong terwujudnya pencapaian target Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satunya yaitu mewujudkan akses air minum dan sanitasi aman serta berkelanjutan bagi semua.

Untuk merealisasikan target tersebut, pemerintah menyelaraskan target SDGs dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020- 2024. Target ini mengamanatkan terwujudnya 90% akses sanitasi layak, termasuk 15% rumah tangga memiliki akses sanitasi aman, serta penurunan angka BABS (buang air besar sembarangan) hingga 0% di akhir tahun 2024.

“World Water Forum ke-10 diharapkan menjadi ajang bertukar strategi dan praktik terbaik antara Indonesia dengan negara lain sekaligus menjadi kesempatan untuk memperbarui langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target yang sudah dicanangkan,” ujar Diana, sembari menambahkan dari forum di Bali nanti diharapkan lahir kerja sama antar-negara terkait upaya pemenuhan akses air air minum dan sanitasi.

Forum ini akan mengoordinasikan berbagai upaya solusi nyata melalui kebijakan politik dan regional yang diprioritaskan untuk mencapai tujuan sekaligus tema besar perhelatan World Water Forum ke-10, yakni air untuk kesejahteraan bersama atau water for share prosperity.(red)




Kebijakan ‘Zero Delta Q’ Jadi Gagasan Indonesia di World Water Forum ke-10

Kabar6-Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penerapan kebijakan tata ruang Daerah Aliran Sungai (DAS) atau Zero Delta Q sebagai solusi pengendalian banjir pada proses politik World Water Forum ke-10 yang berlangsung pada 18–25 Mei 2024 di Nusa Dua, Bali.

Demikian ditegaskan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bob Arthur Lombogia dalam keterangannya, Sabtu (4/5/2024) di Jakarta.

**Baca Juga:Destinasi Wisata Bagi Delegasi World Water Forum ke-10

Bob menambahkan bahwa pengelolaan dan mitigasi bencana khususnya banjir di Indonesia memerlukan penyelarasan antara pengendalian struktural melalui penataan perilaku air, dan non struktural melalui penataan perilaku manusia.

“Kebijakan Zero Delta Q dapat dijadikan suatu isu dalam proses politik World Water Forum ke-10 bahwa ini perlu kita terapkan. Seandainya prinsip ini dilakukan oleh sebagian besar atau seluruh wilayah Indonesia, maka tampungan-tampungan air yang kita dapatkan sangat besar. Maka apa yang kita harapkan dari mitigasi bencana dan pengendalian banjir dapat diwujudkan,” kata Bob.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 13 Tahun 2017 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kebijakan Zero Delta Q adalah keharusan agar tiap bangunan tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai. Kebijakan ini ditetapkan sebagai persyaratan dalam penerbitan izin pemanfaatan ruang dalam suatu DAS. Misalnya, dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau izin pemanfaatan ruang lainnya.

“Implementasi dari kebijakan Zero Delta Q tidak mungkin berjalan sendiri. Kita harus lakukan secara bersama-sama karena sebagian besar penerapan kebijakan ini ada di wilayah pemerintah daerah. Diperlukan dukungan pemerintah pusat dan daerah, termasuk terhadap pemanfaatan lahan pada suatu DAS untuk pertanian dan kegiatan masyarakat lainnya,” ujar dia.

Dalam upaya mengatasi bencana banjir, lanjut Bob, diperlukan juga strategi struktural yaitu menata perilaku air untuk mitigasi bencana meliputi antara lain pembangunan tampungan air seperti waduk, embung, kolam retensi, sumur resapan, dan lainnya. Kemudian peningkatan kapasitas sungai, membagi air sungai, meningkatkan kecepatan air sungai, pengendalian sedimentasi, penataan drainase, dan mencegah air laut masuk ke darat.

Contoh nyata pembangunan infrastruktur untuk mengelola air dan mitigasi bencana banjir antara lain normalisasi Sungai Ciliwung, kolam retensi yang dipadukan dengan tanggul-tanggul di Cilincing Jakarta Utara, dan pompa Ancol Sentiong.

Adapun program pengendalian daya rusak air oleh Kementerian PUPR telah dilakukan pembangunan Infrastruktur Pengendali Banjir dan Pengamanan Pantai dengan total panjang 1.901 Km, dan Bangunan Pengendali Sedimen dan Lahar sebanyak 423 buah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Berdasarkan data World Risk Report 2023, Indonesia menempati urutan ke-2 sebagai negara paling berisiko tinggi terhadap bencana, dengan World Risk Index (WRI) mencapai 43.50. Hal ini dinilai berdasarkan faktor keterpaparan (exposure) terhadap bencana akibat infrastruktur yang tidak berketahanan iklim dan kerentanan (vulnerability) akibat kurang memadainya manajemen pengurangan risiko bencana.

Sementara merujuk pada data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah kejadian banjir selama kurun waktu 2019-2021 mengalami peningkatan. Sementara sejak 2022 jumlah kejadian tersebut justru berkurang di tengah fenomena El Nina yang meningkatkan curah hujan. Hal ini jadi salah satu indikator keberhasilan upaya mitigasi bencana banjir melalui strategi struktural berupa pembangunan infrastruktur pengendali banjir.

World Water Forum ke-10 diharapkan dapat menjadi platform untuk bertukar pengalaman dan praktik terbaik terkait pengelolaan bencana termasuk banjir melalui tiga proses utama, yakni tematik, regional, dan politik.

World Water Forum ke-10 fokus membahas empat hal, yakni konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters).

Sebanyak 244 sesi dalam forum tersebut diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengarusutamaan pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil atau Integrated Water Resources Management (IWRM) on Small Islands, pembentukan pusat keunggulan atau praktik terbaik untuk ketahanan air dan iklim atau Centre of Excellence on Water and Climate Resilience (COE), serta penetapan Hari Danau Sedunia.(red)




World Water Forum ke-10 Jadi Ajang Kolaborasi Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan

Kabar6-Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara World Water Forum ke-10 akan menjadi sebuah tonggak bersejarah. Forum yang mempertemukan para pemimpin negara di dunia ini menjadi ajang kolaborasi dan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan keberhasilannya di bidang pengelolaan sumber daya air.

Keberhasilan itu tak lepas dari peran para pemangku kepentingan yang ikut serta dalam mendukung acara ini. Kolaborasi antara pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, pengusaha, UMKM, hingga masyarakat akan memperkuat posisi Indonesia di forum yang akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada 18-25 Mei 2024 tersebut.

“Kami ingin menggunakan peluang istimewa ini semaksimal mungkin. Kami juga berharap keterlibatan stakeholders akan semakin menunjukkan bahwa Indonesia berhasil dalam mengelola sumber daya air,” kata Ketua Sekretariat Panitia Penyelenggara Nasional World Water Forum ke-10 sekaligus Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mohammad Zainal Fatah beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut Zainal mengungkapkan bahwa Indonesia baru pertama kalinya menggelar World Water Forum yang merupakan forum air terbesar di dunia. Tentu hal ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri yang harus disyukuri bersama. Diketahui, Indonesia-khususnya Bali, terpilih melalui voting yang sangat ketat, bersaing dengan Florence dan Venezia.

“Penyelenggaraan World Water Forum tidak hanya menjadi tanggung jawab PUPR semata, namun juga tugas yang diterima oleh Pemerintah Indonesia. Forum ini membutuhkan dukungan dari semua pihak dan pemangku kepentingan,” ujarnya.

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti mengungkapkan, World Water Forum ke-10 akan menjadi wadah kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk menjawab tantangan air global, khususnya terkait pendanaan air bersih dan sanitasi.

**Baca Juga: Indonesia Siap Sambut Para Pemimpin Negara, Menteri dan Delegasi World Water Forum ke-10

Forum air internasional terbesar di dunia ini juga diharapkan menjadi ajang bertukar strategi dan praktik terbaik antara Indonesia dengan negara lain. Dari sini pula diharapkan lahirnya kerja sama antar-negara terkait upaya pemenuhan akses air bersih dan air minum.

“Begitu juga dalam WWF ke-10 inilah bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memperbarui langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target yang sudah dicanangkan,” kata Diana.

Selain itu, forum ini juga akan mengkoordinasikan berbagai upaya solusi nyata melalui kebijakan politik dan regional yang diprioritaskan untuk mencapai tujuan bahwa air sebagai sarana menuju kesejahteraan bersama atau water for shared prosperity. Dengan demikian, nantinya akan mendorong kolaborasi bersama para pemangku kepentingan, khususnya terkait dengan masalah pendanaan (funding). Kolaborasi yang dimaksud dalam hal ini termasuk pemerintah dan swasta.

“Untuk menjawab tantangan pengadaan air minum layak diperlukan peran aktif masyarakat untuk bersama-sama pemerintah menjaga dan merawat sumber air dari hulu hingga pemanfaatannya di hilir,” ujarnya.

Sebagai informasi, Pemerintah Indonesia bersama World Water Council (WWC) telah menyiapkan rangkaian forum pertemuan menuju acara puncak World Water Forum ke-10. Forum tersebut terdiri dari tiga proses utama yakni politik, regional/kawasan, dan tematik. Sinergi ketiga proses ini diperlukan dalam upaya mewujudkan air sebagai sarana menuju kesejahteraan bersama. (rls)

 

 




Indonesia Mendorong Jurnalis untuk Mempromosikan Pengelolaan Air Berkelanjutan di World Water Forum ke-10

Kabar6-World Water Forum ke-10 akan menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk mendorongdan menginspirasi dunia melalui inisiatif tingkat tinggidalam mengatasi masalah air global.

“Indonesia akanmenekankan pentingnya komitmen politik terhadappengelolaan air berkelanjutan serta mempromosikantiga misi Indonesia ke forum internasional terbesar di bidang air,” kata Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Endra S. Atmawidjaja, saat konferensi pers virtual bertajuk “Media Registration and Coverage for the 10th World Water Forum”, dalam keterangan tertulis dikutip,Kamis (18/4/2024).

“Kami berharap media akan mendukung kami dan memainkan perannya sebagai jembatan atauperantara informasi mengenai tantangan dan solusi air global,” tambah Endra.

Endra menguraikan lebih lanjut tiga tujuan pentingpemerintah Indonesia dalam Forum yang dijadwalkanpada 18-25 Mei 2024, termasuk pembentukan Centre of Excellence of Water and Climate Resilience (COE), mengutamakan Integrated Water Resources Management (IWRM) on Small Islands, dan pembentukan World Lakes Day.

**Baca Juga: Indonesia Bawa Semangat Perdamaian dalam Diplomasi Air di 10th World Water Forum

Pendaftaran jurnalis dan media yang meliput World Water Forum ke-10 dibuka mulai Selasa (16/4/2024) hingga Sabtu (11/5/2024) melalui situs resmihttps://media.worldwaterforum.org. Jurnalis media asing juga dapat merujuk ke situs tersebut untukrincian tentang pendaftaran dan persyaratan masuk.

Lebih lanjut, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Usman Kansong mengatakan, Media Center yang berlokasi di Bali Nusa DuaConvention Center (BNDCC) 2 di Tanjung Benoa Hall dan Legian Hall. Lokasi ini akan dipersiapkan untukmenyambut para jurnalis dan berfungsi sebagai pusatinformasi Forum Air Dunia ke-10.

“Kami akan menyediakan siaran pers, foto, video, dan konten informasi pendukung lainnya. Karena keterbatasan ruang peliputan, kami akan menyediakandan mendistribusikan seluruh konten di Media Center,” kata Usman.

Sementara itu, media atau jurnalis yang berhalanganhadir dalam Forum dapat memperoleh informasi dan konten terkait World Water Forum ke-10 di halamanhttps://media.worldwaterforum.org.(red)




Indonesia Bawa Semangat Perdamaian dalam Diplomasi Air di 10th World Water Forum

Kabar6-Indonesia akan membawa semangatperdamaian dalam diplomasi air atau hydro-diplomacydi perhelatan akbar 10th World Water Forum yang akan berlangsung di Bali pada 18–25 Mei 2024. Dialog yang akan dibangun Indonesia dalam forum tersebut adalah dengan menjunjung martabat dan solutif menyelesaikan permasalahan.

Hal itu dikatakan Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali dalam konferensi pers secara daring FMB9 Road to 10th World Water Forum, Kamis (28/3/2024).

Dia menekankan pentingnya menjaga keberadaan air sebagai sumber kesejahteraan bersama, bukan sebagai pemicu konflik. Penyelesaian masalah terkait air semestinya tidak mengorbankan sumber daya yang dimiliki.

“Cara-cara diplomasi akan didalami oleh para pakarhydro-diplomacy. Filosofi air yang memiliki berbagai wujud akan diangkat sebagai spirit diplomasi Indonesia dalam menyelesaikan konflik terkait air. Kami juga mendorong agar diplomasi diiringi dengan kolaborasi untuk menghindari konflik dan mencegah bencana,” kata Firdaus dalam rilis yang diterima, Sabtu (30/3/2024).

**Baca Juga: Indonesia Gandeng 43 Duta Besar di World Water Forum ke-10

Selain membawa semangat perdamaian, 10th World Water Forum juga akan menjadi pertemuan terbesarsepanjang sejarah yang digelar setelah pandemi Covid-19. Indonesia juga menjadi negara ketiga di Asia yang menjadi tuan rumah, setelah Jepang dan Korea Selatan.

Ia menambahkan bahwa tantangan yang dihadapi Indonesia sebagai tuan rumah juga tidak mudah mengingat waktu persiapan hanya sekitar dua tahun untuk mempersiapkan penyelenggaraan acara, di tengah kondisi dunia sedang peduli pada dampak perubahan iklim dan kondisi ekonomi global yang belum pulih pasca-pandemi.

“10th World Water Forum di Bali adalah pertemuan monumental untuk mentransformasi semua kebijakan, spirit, semangat, untuk kita bersama-sama menyongsong masa depan, membuat air sebagai sumber kehidupan dan perdamaian, bukan sebaliknya sebagai sumber konflik dan bencana,” ujar Firdaus.

Acara 10th World Water Forum akan menghadirkan290 sesi/parallel events yang terdiri dari 230 sesipolitik, regional, dan tematik, serta 60 side events. Ada enam subtema dalam proses tematik, empat isukawasan, serta lima level proses politik.

“Kami juga melibatkan generasi muda dalam forum ini untuk sama-sama berdiskusi, berkolaborasi, dan mencari solusi atas permasalahan air saat ini dan di masa depan. Pemerintah Indonesia melibatkan generasi muda untuk menjadi bagian dalam upaya mencari solusi atas tantangan dan ancaman krisis air global,” kata Firdaus. (Red)




Indonesia Gandeng 43 Duta Besar di World Water Forum ke-10

Kabar6-Indonesia kembali mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah acara internasional. Pada 18–25 Mei 2024, World Water Forum ke-10 akan digelar di Bali dengan mengusung tema utama “Water for Shared Prosperity” (Air untuk Kesejahteraan Bersama).

Dalam rangka mempersiapkan World Water Forum ke-10, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, mengadakan agenda rapat Briefing World Water Forum ke-10 dengan mengundang 43 Duta Besar dan 4 Organisasi Internasional pada 4 Maret 2024.

Menteri Luhut menjelaskan bahwa air tidak hanya esensial bagi kehidupan manusia, melainkan juga untuk seluruh kehidupan di alam. Degradasi lingkungan yang semakin masifmenurutnya telah mengancam ketersediaan air di seluruh muka bumi.

Karena itu, Pemerintah Indonesia mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi aktif dalam World Water Forum ke-10. Menteri Luhut berpesan bahwa inovasi dan kontribusi nyata sangat diperlukan untuk mewujudkan masa depan air yang berkelanjutan.

“World Water Forum ke-10 akan menjadi forum air yang sangat besar. Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan forum ini sejak hampir satu tahun lalu. Berbagai keperluan seperti akomodasi peserta juga dipastikan tersedia guna menunjang gelaran forum,” kata Menteri Luhut dikutip Jumat (8/3/2024).

Deklarasi Menteri WWF ke-10

World Water Forum ke-10 akan menjadi kesempatan yang baik untuk mendiskusikan berbagai hal terkait kebijakan pengelolaan air di tingkat global. Deklarasi Para Menteri terkait pembahasan air, iklim, pangan, energi, dan kesehatan juga akan disampaikan dalam forum ini.

**Baca Juga: HIPMI Kabupaten Tangerang Sukses Gelar Muscab, Agus Mulyana Terpilih Jadi Ketua

World Water Forum ke-10 di Indonesia tentu tidak sebatas melahirkan dokumen atau deklarasi. Indonesia berharap agar forum internasional ini mampu menjawab tantangan air global dan menciptakan akses air bersih secara berkeadilan di setiap negara.

Penyelenggaraan World Water Forum ke-10 terdiri atas tiga komponen, yaitu proses tematik (thematic process), proses regional (regional process), serta proses politik (political process). Pentingnya proses politik ditekankan dalam agenda rapat bersama Menko Marves.

Proses politik diperlukan untuk mengintegrasikan hasil pembahasan sains dalam forum agar suatu kebijakan bisa diimplementasikan ke masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia mengundang para pemimpin negara dan pejabat terkait untuk bersama-sama membicarakan dan mencari solusi atas persoalan air.

4 Fokus Pembahasan

World Water Forum ke-10 akan fokus membahas empat hal, yakni konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters).

Sebanyak 244 sesi dalam forum tersebut diharapkan dapat memberikan hasil konkret: pengarusutamaan pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil; pembentukan center of excellence untuk ketahanan air dan iklim; proyek terkait air; dan penetapan Hari Danau Sedunia.

Pemerintah Indonesia menargetkan World Water Forum ke-10 akan dihadiri sekitar 30.000–50.000 peserta dari berbagai negara. Disampaikan dalam agenda rapat, peran penting para Duta Besar dalam menyosialisasikan acara World Water Forum ke-10 agar lebih banyak peserta yang berkontribusi dalam forum ini.(Red)