Intan Akan Fokus Terhadap Lingkungan Hidup, Konsentrasi Buat Kelola Sampah TPA

Kabar6 – Calon Wakil Bupati Tangerang nomor urut 02, Intan Nurul Hikmah mengatakan, apabila dirinya terpilih menjadi pimpinan Kabupaten Tangerang, maka akan memfokuskan diri terhadap lingkungan hidup, khususnya dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Tangerang.

“Saya itu lebih konsentrasi dilingkungan hidup. Karena persoalan sampah ini, menurut saya sudah menjadi urgentsi untuk Kabupaten Tangerang,” kata Intan Nurul Hikmah kepada awak media, Selasa (22/10/2024).

Intan menilai, ketika melihat TPA Jatiwaringin saat ini tersisa 5 hektare untuk pembuangan sampah. Maka, akan menjadi masalah apabila sampah tidak dikelola dengan baik dan benar. Maka, mau tidak mau terkait sampah di TPA ini harus dikelola dengan menggunakan teknologi untuk mengosongkan sampah.

**Baca Juga: Dilantik sebagai Wamenlu, Anis Matta Segera Lanjutkan Perjuangkan Kemerdekaan Palestina

“Kedepan, ketika kita memungkinkan memiliki kebijakan, semua developer besar semisal Sinarmas, sumarecon, paramount, dan alam sutra, harus memiliki pengelolaan sampah sendiri, supaya mereka tidak menyumbang sampah, “tandas Intan.

Lanjut Intan, begitupun dengan wilayah Kecamatan. Kedepan, akan diklasterkan mana wilayah penyumbang sampah terbanyak. Dia juga mengatakan, akan menghidupkan kembali colding company Kabupaten Tangerang yaitu MKR. Sehingga, sampah-sampah yang seharunya dibuang, dapat diolah menjadi pendapatan daerah dan dapat menjalankan roda perekonomian juga.

“Kenapa lewat mereka. Karena, sampah plastik yang hight velue bisa diolah sebetulnya. Harus dikerjasamakan, supaya produk hasil pengelolaan itu bisa dijual menjadi pemasukan untuk daerah. Sehingga roda ekonomi di Kabupaten Tangerang berjalan, ” katanya.

Menurut Intan, banyak sampah-sampah plastik yang dapat dijadikan produk yang bermanfaat untuk masyarakat. Diantaranya, diolah menjadi paving block, selasar, pot bunga, tempat sampah, dan produk-produk lainnya yang menggunakan bahan sampah plastik.

“Mungkin, apabila kebijakkan ini berjalan. Kedepan, bisa digunakan juga untuk developer, harus menggunakan sekian persen bahan recycle untuk pembangunan, ” jelas Intan.

Intan mengaku, bahwa dirinya bersama Maesyal Rasyid sudah merumuskan dalam pembagian tugas, dalam membangun Kabupaten Tangerang semakin gemilang, apabila pasangan nomor urut 02 ini terpilih menjadi Bupati-Wakil Bupati Tangerang 2025-2030.

“Saya mungkin akan konsen dilingkungan hidup, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan. Sementara, pak Maesyal Rasyid nanti mungkin dibagian pemerintahan, ” katanya.

**Baca Juga: Sejumlah Langkah Sanuji Tingkatkan PAD Jika Terpilih Jadi Bupati Lebak

Pembagian kinerja ini merupakan sebuah kerja sama antara Maesyal – Intan. Walaupun, tetap diakhirnya menjadi keputusan bersama antara Bupati dan Wakil Bupati Tangerang.

“Walaupun nanti di end nya, mengerucut keputusan bersama. Karena kita ini satu, yaitu MADANI untuk Kabupaten Tangerang semakin gemilang, ” tukasnya. (Red)




Pemkab Lebak Tunda Kerja Sama Persampahan dengan Tangerang Selatan

Kabar6-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak menunda kerja sama persampahan dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan.

Pada akhir tahun 2023, kedua daerah menjajaki kerja sama terkait masalah persampahan. Dengan kerja sama tersebut, sampah dari Tangerang Selatan akan akan dibuang ke Kabupaten Lebak untuk kemudian diolah.

Sekretaris Daerah (Sekda) Lebak Budi Santoso mengatakan, penundaan kerja sama lantaran belum siapnya Pemkab Lebak untuk mengolah sampah kiriman dari Tangerang Selatan yang diperkirakan mencapai 500 ton per harinya.

**Baca Juga: Identitas Mayat di Situ Gintung Bernama Arifin Supir Angkot Warga Rempoa

“Kita belum memiliki pengolahan sampah, dan ditambah juga area TPA kita kan terbatas,” kata Budi di Gedung Setda Lebak, Rangkasbitung, Kamis (12/9/2024).

Budi menjelaskan kerja sama terkait persampahan dengan daerah lain memungkinkan dilakukan apabila sarana dan prasarana pengolahan sudah tersedia.

“Mesin itu kan misalnya per hari kapasitasnya membutuhkan 200 ton, sampah yang dihasilkan dari Lebak misal 100 ton, kita bisa ambil 100 ton nya dari luar. Jadi tidak menambah beban TPA,” papar Budi.

Untuk diketahui, Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie menginginkan, 500 ton sampah per hari bisa diangkut untuk dibuang ke TPA Dengung, Lebak

“Saya targetkan maksimal kapasitas angkutnya 500 ton per hari,” kata Benyamin Davnie, menjawab pertanyaan kabar6.com ditemui di Plaza Rakyat Puspemkot Tangsel, Senin (2/10/2023).

Pertimbangan kerja sama pengelolaan sampah karena Pemkab Lebak dinilai masih memiliki lahan yang cukup memadai. (Nda)




Kunjungan ke TPA Rawa Kucing, Pj Ajak Warga Kelola Sampah Berbasis Masyarakat

Kabar6-Penjabat (Pj) Wali Kota Tangerang, Dr. Nurdin, berkesempatan berkunjung dengan masyarakat di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Jum’at, (24/5/2024) sore kemarin.

Nurdin berdiskusi sekaligus menampung aspirasi dari warga sekitar yang mayoritas bekerja sebagai pengumpul sampah di TPA seluas 34,8 Hektare tersebut.

“Terima kasih kepada bapak-ibu sekalian yang sudah berkumpul. Akhirnya setelah beberapa kali ke sini, kita dapat bersilaturahmi dan berdiskusi bersama hari ini,” ujar Nurdin. **Baca Juga: Warga Mauk Keluhkan Tawaran Gusuran PIK 2 Murah Jauh dari NJOP

Didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Camat Neglasari, Pj Wali Kota Tangerang itu mendengarkan berbagai keluhan serta masukan dari masyarakat terkait persoalan-persoalan di TPA Rawa Kucing.

“Beberapa tadi ada yang menyebut soal pendidikan, kebersihan dan jaminan kesehatan termasuk juga terkait air minum dan listrik. Terima kasih atas aspirasinya. Pada dasarnya, kami Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang berkomitmen dan terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Karena itu apa yang bapak, ibu sampaikan ini akan segera dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait agar segera direalisasikan,” katanya.

Pemkot juga, kata Nurdin, terus mendorong upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang nantinya dapat berimbas pada peningkatan value dari sampah itu sendiri, sehingga dapat menjadi potensi dan sumber penghasilan bagi para pengumpul dan pengelolanya juga.

“Karenanya mohon bantuan dan kolaborasi dari bapak, ibu juga agar pengolahan sampah di Kota Tangerang dapat lebih efektif dan optimal,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut juga, Alumnus Universitas Indonesia tersebut, membagikan bantuan berupa paket sembako kepada masyarakat sekitar TPA Rawa Kucing.

“Terima kasih atas kedatangan dan kepeduliannya kepada kami para pekerja di sini, Kami senang sekali bisa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan menyampaikan aspirasi. Tentunya ini adalah momen yang sangat bagus sekali. Semoga Kota Tangerang dapat senantiasa makmur dan sejahtera,” ucap Rahmat, salah satu warga pengumpul sampah di TPA Rawa Kucing yang hadir dalam kegiatan tersebut. (Oke)




Manfaat Nasabah Bank Sampah di Tangsel: Jadi Tabungan Belanja Lebaran

Kabar6-Tangan kanan pegang ikatan kardus bekas. Sementara tangan kiri dibawa kemasan kantong berisi botol bekas air mineral. Barang limbah itu lalu ditimbang dan langsung dicatat dalam buku tabungan nasabah.

Suasana di atas terlihat dari permukiman warga di Kampung Gardu, Buaran, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Kelompok warga yang tergabung dalam bank sampah Asoka antre menimbang limbah rumah tangga.

“Tidak terdugalah, namanya dari sampah. Alhamdulillah dari uang sampah bisa menambah uang belanja lebaran,” kata Omih, warga RT 04 RW 01, Buaran, Rabu (22/5/2024). **Baca Juga: Airin Rachmi Diany Bicara Kemungkinan KIM Berlanjut di Pilgub Banten

Ia ceritakan, setiap dua pekan sekali menimbang limbah hasil rumah tangganya. Sampah-sampah dari botol air minuman ringan, kardus-kardus, plastik dari paket-paket kiriman barang dirapikan dan ditimbang ke bank sampah sehingga menjadi rupiah.

Omih jelaskan, dari hasil menimbang limbah rumah tangga menjadi tabungan. Sedikit demi sedikit uang tabungannya bertambah dan diambil setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri.

“Alhamdulillah dari tabungan sedikit demi sedikit bank sampah kalau diuangkan hampir Rp 2 juta,” jelasnya.

Ia telah menjadi nasabah bank sampah Asoka sejak pertama kali terbentuk. Omih merasa senang karena dapat mengaplikasikan hasil mengelola limbah rumah tangganya menjadi uang.

“Kebetulan saya ambil setahun sekali dan udah dua kali saya ambil. Pas lebaran, jadi saya senang tuh punya uang tabungan,” ujar Omih.

Di lokasi yang sama sebelumnya, Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan menyatakan bahwa sampah jika dikelola dengan baik dapat memberikan keuntungan. “Sampah ini punya nilai ekonomis,” tegasnya.

Menurutnya, sampah rumah tangga dapat mengurangi volume di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang. Ia mendorong warga sekitar dapat mau bergabung ke kelompok bank sampah.

Pilar menceritakan, seperti di pemukiman tempat tinggalnya juga terdapat kelompok bank sampah. Jumlah warga penghuni yang setiap dua pekan sekali menimbang limbah rumah tangga mencapai 20 persen.

“Menimbang ke bank sampah ini seperti ibu-ibu menabung. Dapat diambil pas mau lebaran,” ujarnya.

Satu per satu warga antre menimbang. Seperti minyak jelantah, galon air mineral bekas, kertas, gelar air mineral dan lain sebagainya. Hanya dalam waktu singkat karung dan buntelan karung sudah banyak menumpuk di sekitar bank sampah Asoka.

“Di sini ada 50 orang nasabah,” ungkap Ketua Bank Sampah Asoka, Ida Farida. Ia bilang lembaga yang dipimpinnya sudah berdiri sejak dua tahun silam.

Keberadaan bank sampah, lanjut Ida, dapat membantu mengurangi volume sampah perkotaan di Tangsel. Manfaat positif lainnya warga nasabah bank sampah punya uang tambahan dari memilah sampah bernilai ekonomis.

Setiap hari produksi sampah yang dihasilkan dari kalangan warga rumah tangga semakin banyak. Ida bersyukur sejak dibentuk operasional bank sampah dapat dukungan dari Pemerintah Kota Tangsel.

“Paling banyak botol air mineral, kardus, kertas HVS,” papar Ida Farida.(ADV)




Gunungan Sampah di TPA Rawa Kucing Tangerang Sudah 80 Persen

Kabar6-Daya tampung TPA Rawa Kucing di Neglasari, Kota Tangerang hampir penuh. Dampaknya sejumlah wilayah terjadi penumpukan sampah hingga viral di media sosial.

“Dengan luas 38 hektar itu ya hampir 80 persen sudah terisi,” kata Kepala Bidang Kebersihan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Iwan, Rabu (7/6/2023).

Ia mengklaim, per hari sampah yang masuk ke TPA Rawa Kucing mencapai 1509 ton. Volume sampah didominasi dari kalangan industri dan rumah tangga.

Iwan menyatakan, DLH Kota Tangerang punya 104 armada. Sebarannya per kelurahan satu unit. Sedangkan truk dan bentor 88 unit.

**Baca Juga: Antrean Truk Sampah di TPA Rawa Kucing Tangerang Mengular

“Dari banyaknya tumpukan sampah, hari-hari ini memang ada kendala dimana volume sampah meningkat memang ada beberapa putaran yang terlambat,” klaimnya.

Oleh karena itu, lanjut Iwan, pemerintah daerah berharap ada partisipasi aktif dari masyarakat di Kota Tangerang peduli terhadap sampah.

Ia bilang membutuhkan pengurangan sumber sampah dari masyarakat. “Supaya bisa melakukan pemilahan, bank sampah dan sebagainya. Sehingga yang masuk ke TPA itu harusnya residu, sisanya saja,” ujar Iwan.(yud)




TPA Rawa Kucing Hampir Penuh, 80 Persen Sudah Terisi

Kabar6-Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang menyebut kapasitas tempat pembuangan akhir (TPA) Rawa Kucing sudah hampir penuh. Mereka menyatakan TPA Rawa Kucing saat ini sudah terisi 80 persen dari kapasitas lahan seluas 35,8 Hektar.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Tihar Sopian mengatakan luas TPA tersebut 35,8 H. Lahan tersebut sudah terisi dan hampir penuh. Pihaknya setiap hari melayani pengangkutan sampah ke TPA sebanyak 1.600 ton sampah.

“Kemudian kita menata juga TPA per zona-zonanya,” ujar Tihar saat dimintai keterangan di Pemkot Tangerang, Senin (22/5/2023).

“Mungkin sejauh ini sudah 80 an persen (terisi), mungkin bisa lihat dilokasi kondisi sekarang sama demikian,” sambungnya.

Ia meminta dukungan masyarakat Kota Tangerang untuk memilah sampah. Pemilihan sampah tersebut dimulai dari rumah. Baik organik maupun non organik terlebih dahulu dipilah, sehingga semuanya tidak masuk ke TPA tersebut.

**Baca Juga: Cari Bocah Hanyut di Pamulang Tim SAR Susuri Kali Pesanggrahan

“Makanya kita butuh dukungan dari masyarakat, pola tidak lagi kumpul angkut buang, tapi dengan cara memilah dari sumber dari rumah. Dari rumah dikurangi dengan cara memilah sumber organik, non organik. Hanya residu yang dibuang,” katanya.

“Harusnya 1.600 ton per hari dipilah masyarakat bisa 500 ton atau 200 ton yang masuk ke TPA, itu pemilah dari sumber industri maupun tempat tinggal,” tambahnya.

Kendati demikian, ribuan ton sampah yang masuk ke TPA tersebut mengoperasikan sebanyak 100 truk pengangkut sampah. Truk tersebut sempat mengular sampai ke jalan raya akibat antrean bongkaran sampah.

Warga yang melintasi jalan tersebut mengeluhkan panjang antrean yang mengular, kerap mengakibatkan kemacetan.

“Mungkin karena jam buang berbarengan ya, kan gini mereka (truk) itu keluar jam 5 subuh kemudian meraka ke lokasi masing-masing, diperediksi jam 9-10 itu buangan rite pertama, nah itu kita anggap jam sibuk. Kemudian jam pulang, jam sibuk mereka itu jam berbarengan, ketika itu berbarangan banyak armada 100 lebih, numpuk ada 10 itu karena berbarengan. Dilokasi buang TPA juga ngantre,” tandasnya. (Oke)




Anggaran Penanganan Sampah di Kabupaten Tangerang Rp 90 Miliar

Kabar6-Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Tangerang Ahmad Taufik mengatakan, pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam persoalan sampah. Sebab jumlah armada yang ada tidak mumpuni.

“Pemerintah juga punya keterbatasan, misalnya kita harus punya 800 mobil, ternyata yang kita punya hanya 200 lebih, ayo gimana mau bersih” ungkapnya, Rabu (1/2/2023)

Taufik menerangkan, pihaknya belum ada rencana untuk penambahan armada, guna penanganan persoalan sampah di Kabupaten Tangerang. Hal tersebut berkaitan dengan keterbatasan Pemerintah Daerah, dimana untuk DLHK anggaran yang digelontorkan mencapai Rp 90 miliar.

“Belum ada penambahan armada, saya aja dikasih pagu sekitar 90 M sampai 70 M aja udah operasional sampah, gaji supir, kenek, pesapon, BBM. Kita ga bisa ngebangun kalo gak ditambahin” paparnya.

Ia mengakui, persoalan sampah di Kabupaten Tangerang relatif dapat diatasi, jika memiliki armada yang mumpuni. Dimana menurutnya, setidaknya dibutuhkan 600 sampai 800 armada yang dapat dioperasikan, hingga setiap armada dapat saling membackup.

“Kan gini, kalau dia 800 atau 600 sampah ini coba kita ikutin di jalan utama, angkut belom sampai TPA atau belom nyampe 15 menit aja sampah udah datang lagi,” jelas Taufik.

**Baca Juga: Ramai di Medsos Banyak Mobil Pecah Ban di Tol Tangerang Merak

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan jasa dari pihak ketiga dalam persoalan sampah tersebut. Hal itu tertuang dalam peraturan daerah yang baru disahkan.

Pihak ketiga yang memiliki kendaraan bisa bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang. Taufik bilang, pihaknya akan siap belajar dari kabupaten/kota lain, jika memang daerah tersebut berhasil dalam persoalan sampah.

“Kabupaten/kota mana yang sudah berhasil. Berikan contoh ke saya, kami akan belajar ke sana” ucapnya.

Ia menuturkan, bahwa keutuhan bangsa dan negara adalah kewajiban setiap warga untuk menjaganya. “Dengan cara apa, membangun kampung kita alamat kita. Nah kalau bukan kita siapa lagi, misalnya kan gitu,” papar Taufik.(Rez)




Warga Cikamunding Minta Dibangun Tempat Penampungan Sampah

Kabar6-Sungai dan hutan menjadi tempat yang selalu dijadikan warga di Desa Cikamunding, Kecamatan Cilograng, Kabupaten Lebak, sebagai lokasi untuk membuang sampah.

Maklum saja karena di desa mereka tidak memiliki tempat penampungan sampah yang layak. Alhasil membuang sampah ke sungai dan hutan menjadi pilihan meski lama kelamaan tak baik bagi kesehatan lingkungan.

“Iya mau enggak mau kami harus buang ke sungai atau ke hutan, soalnya enggak ada tempat untuk membuang sampah yang layak,” kata Sutarya salah seorang warga.

Menyadari bahwa membuang sampah di tempat sembarangan dapat menyebabkan dampak negatif. Bukan hanya bisa mendatangkan berbagai penyakit dan pencemaran lingkungan, melainkan juga potensi banjir.

“Harapan kami sih pemerintah daerah bisa membangun atau menyiapkan tempat penampungan, jadi masyarakat enggak lagi membuang sampah sembarangan,” harap dia.

Sementara itu Kepala Desa Cikamunding Yayan Hendayana membenarkan jika sehari-hari warganya harus membuang sampah di sungai dan hutan akibat tidak adanya tempat pembuangan sampah.

Baca Juga: Muda-mudi Pesta Miras di Kantin Puspemkab Tangerang Bawa Speaker 

“Kalau lama dibiarkan begitu akan berbahaya, cuma memang enggak ada tempat sampah yang memadai. Sudah coba berikan pemahaman sedikit demi sedikit agar tidak membuang sampah sembarangan,” tuturnya.

Mantan aktivis Kumala ini berharap, pemerintah daerah maupun ada lembaga terkait yang bisa membangun tempat pengolahan sampah.

“Jadi bukan cuma sekedar membuang sampah di tempatnya terus dibawa ke TPA, tapi bagaimana ke arah pengolahan yang nantinya diolah dan bisa menjadi kegiatan ekonomi kreatif masyarakat,” jelas Yayan.(Nda)




Lebak Akan punya Pusat Daur Ulang Sampah, Kapasitas 10 Ton Per Hari

Kabar6.com

Kabar6-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak akan membangun pusat daur ulang sampah. Informasinya, pembangunannya bakal menelan anggaran sebesar Rp2 miliar.

“Betul, pembangunan pusat daur ulang di Desa Keusik Kecamatan Banjarsari,” kata Kabid Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lebak, Nana Mulyana, kepada Kabar6.com, Sabtu (13/8/2022).

Nana menjelaskan, nantinya PDU akan berfungsi sebagai tempat pemilah antara sampah organik dan non organik.

Sampah-sampah di wilayah Lebak tengah dan jika memungkinkan juga wilayah selatan nantinya akan didaur ulang di tempat tersebut.

**Baca juga:Disorot karena Kualitas, Berapa Anggaran Pengadaan Seragam Paskibraka Lebak?

“Nanti dipilah dulu, jadi yang terbuang ke TPA (Tempat pemprosesan akhir) hanya sampah yang tidak punya nilai jual. Sampah yang dihasilkan dari PDU bisa berupa biji plastik, karena di situ ada mesin press dan mesin cacah,” papar Nana.

Namun, PDU pertama di Kabupaten Lebak ini disebut hanya mampu mengelola 10 ton sampah per hari. Padahal setiap harinya, ada sekitar 65-75 ton sampah yang dibuang ke TPA Dengung dan 60 ton ke TPA Cihara.

“PDU ini kita harapkan bisa mengurangi sampah yang masuk ke TPA” katanya.(Nda)




Solusi Limbah Plastik, Pulau Semakau di Singapura Dibuat dari Sampah

Kabar6-Ketika banyak negara lain tengah berjuang keras untuk mengatasi tumpukan sampah yang semakin hari kian menggunung, Singapura memiliki cara unik sebagai solusinya.

Diketahui, plastik merupakan kategori sampah yang paling banyak dibuang di Singapura. Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Nasional (NEA) tahun lalu, kurang lebih sekira 763.400 ton sampah plastik dihasilkan di Singapura. Dan, hanya enam persen dari jumlah tersebut yang bisa didaur ulang.

Pemerintah Singapura, melansir scoopwhoop, menemukan solusi mengolah sampah dengan cara membuat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) lepas pantai pertama. TPA lepas pantai buatan manusia pertama di Singapura adalah TPA Semakau. Sebenarnya, TPA Semakau hanya solusi sementara untuk memastikan lingkungan di Singapura tidak rusak karena sampah yang semakin menumpuk.

TPA Semakau yang dikenal juga dengan Pulau Semakau ini memanfaatkan abu pembakaran sampah yang tidak bisa didaur ulang, dengan tambahan sejumlah limbah lainnya.

Meski terbuat dari abu pembakaran sampah dan limbah, Pulau Semakau tidak membahayakan ekosistem. Bahkan, air di sekitar Pulau Semakau menjadi habitat bagi hewan-hewan laut.

Hal lain, Singapura sudah mengantisipasi adanya kebocoran zat berbahaya yang bisa merusak air, dengan membuat TPA ini juga sekaligus pengolahan sampah yang ramah lingkungan.

Tidak hanya itu, di Pulau Semakau juga ada sebuah tempat budidaya ikan terapung, sehingga TPA di sana jauh dari gambaran kotor, bau, dan tidak indah. ** Baca juga: Intip Nilai Nominal Gaji yang Diberikan 4 Negara Ini untuk Para Pengangguran

Solusi yang sangat brilian.(ilj/bbs)