1

Imbas Perbup 47 Tahun 2018, Geliat Ekonomi di Jalur Legok-Parung Lumpuh

Kabar6.com

Kabar6-Imbas dari pemberlakuan Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2018, geliat ekonomi di jalur Legok- Parung Panjang lumpuh.

Sudah puluhan pedagang disepanjang Jalan Legok-Parung menutup usahanya karena tidak pemasukan yang didapat. Dari penjual nasi goreng, penjual gorengan hingga warung kopi di jalur Legok-Parung gulung tikar.

Sainul, warga Malangnengah Pagedangan yang menggelar usaha gorengannya di Kampung Cirarab Legok, sudah hampir genap sebulan dirinya harus menutup usaha gorengannya.

“Pembeli yang paling banyak itu dari kalangan sopir truk, jadi saat pemberlakuan Perbup 47 itu dimulai, semenjak itu jugalah usaha saya mulai menurun dan akhirnya tutup,” ketus Sainul kepada Kabar6.com, Senin (28/1/2019).

Biasanya, usaha semata wayang yang dikelolanya itu dapat meraup keuntungan hingga 200 ribu per hari. Namun semenjak pemberlakuan perbup, jualan hingga pukul 04.00 WIB dinihari-pun gorengannya tak habis, apalagi untung.

“Boro-boro mendapatkan keuntungan bang, nombokin iya. Ketimbang ga jelas, makanya saya tutup usaha gorengan itu,” ungkap Sainul.

Pengusaha tambal ban asal Legok mengeluhkan hal serupa. Sebagai tambal ban dengan pelanggan mayoritas dari kalangan truk, Sueb sang pengelola pusing tujuh keliling. Sejak pemberlakuan Perbup 47, usaha yang digawanginya ‘hidup segan mati tak mau’.

“Waduuh, ga usah bicara untung bro, untuk penglaris aja belum nemu nih udah sore begini,” celoteh Sueb dengan wajah kesal.

Sueb berencana untuk menutup usahanya kalau tidak ada perubahan. “Ketimbang capek ati. Harusnya pemerintah ngajak kita dong sebelum pembentukan perbup. Kalau sudah seperti ini mau gimana lagi. Kan yang sengsara rakyat-rakyat kayak ane begini,” beber Sueb.

Njum, pedagang nasi di jalur Legok-Parung. Semenjak diberlakukannya Perbup 47 Tahun 2018, usaha yang dirintisnya sejak lama itu mengalami penurunan pendapatan drastis.

“Biasanya para sopir selalu makan di warung ini, sejak diberlakukannya Perbup 47, warung saya sepi banget. Tolong dengarkan suara hati kami pak bupati,” cetusnya.

Kampe, pengelola Tagio Variasi di kawasan Legok harus merumahkan tiga karyawannya sejak setengah bulan silam, karena tak sanggup lagi untuk membayarkan upahnya.

Tadinya Tagio Variasi dipenuhi beragam aksesoris truk, saat ini tak menyisakan apapun, hanya beberapa gulungan kaca film yang terlihat berdebu.

Kata Kampe, sejak diberlakukannya Perbup 47, usaha yang dirintisnya itu tak bisa lagi menghitung berapa pemasukan yang didapat.

“Terkadang dua hari saya tidak ada pemasukan. Sementara anak istri di rumahkan butuh makan juga. Penantian dua hari lalu, baru ini saya dapat penglaris,” terang Kampe.

**Baca juga: Ulama Kampung Poncol Lestari: H Agus Pramono Sosok Agamis dan Santun.

Kampe berharap agar Pemerintah Kabupaten Tangerang mengajak warga Legok dan Pagedangan untuk duduk bersama dan mendengarkan keluh kesah mereka dan segera mencarikan solusinya agar mereka tetap dapat berusaha sebagaimana mestinya.

“Tolong dengarkan suara hati kami pak bupati. Jangan biarkan usaha yang sudah kami rintis sekian lama harus hancur percuma. Tolong pak bupati, tolong kami,” papar Kampe memelas. (jic)




Kepala BPTJ: Nanti Bakal Dibuat Jalur Timbangan Untuk Truk Tambang

Kabar6.com

Kabar6-Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek merupakan unit organisasi khusus yang bertugas mengembangkan, mengelola, dan meningkatkan pelayanan transportasi secara terintegrasi di wilayah Jabodetabek.

Begitu juga untuk permasalahan transportasi yang terjadi di kawasan perbatasan Legok Kabupaten Tangerang dan Parung Panjang Kabupaten Bogor, BPTJ harus dapat mencarikan jalan keluar yang menjadi solusi bagi kedua wilayah beda provinsi itu.

Kepala BPTJ Bambang Prihartono menjelaskan, pihaknya mengakui kalau permasalahan transportasi di dua wilayah beda provinsi itu sangat kompleks.

“Permasalahan transportasi di Jalan Raya Legok-Parung ini sangat komplek dan tidak bisa diselesaikan dengan satu peraturan bupati (perbup). Jadi saya harap untuk sementara warga di kedua wilayah tenang dan jangan mudah terpancing isu yang dapat menyulut perselisihan,” kata Bambang, Rabu (16/1/2019).

kata Bambang, pihaknya akan melakukan koordinasi dan komunikasi terlebih dahulu dengan pimpinan di kedua wilayah terkait solusi permasalahan transportasi ini.

“Nanti kita akan melakukan uji coba-uji coba terlebih dahulu selama satu bulan dan kajian,” papar Bambang Prihartono.

**Baca juga: Sekjen Lipanham: Proyek Peningkatan Jalan Ranca Labuh Kemiri Gagal Konstruksi.

Disamping itu, Bambang juga mengatakan di Jalan Raya Legok-Parung ini kemungkinan besar akan dibuatkan pos pantau dan jalur timbangan untuk truk tambang bertonase berat.

Bambang melanjutkan, perlu diketahui bahwa jalan provinsi itu berkekuatan delapan ton, jalan Nasional itu 11 ton dan jalan tol berkekuatan 14 ton. (jic)




Minim Penerangan, Jalan Sisi Jalur Pipa Gas Jadi Lokasi Mabuk-mabukan

kabar6.com

Kabar6-Minimnya penerangan jalan di jalan sisi jalur pipa gas, Lengkong Wetan Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kerap jadi tempat mabuk-mabukan.

Tokoh masyarakat Lengkong Wetan, Riman Sidik menuturkan, gelapnya jalan sisi jalur pipa gas yang menghubungkan akses tembusan tendon baru BSD hingga Jalan letjen Sutopo itu disaat malam, membuat banyak orang menjadikannya lokasi mabuk-mabukan.

Kata Riman, sangat penting membuat penerangan di sepanjang jalan sisi jalur pipa gas itu. Selain memberikan rasa nyaman para pengendara, penerangan itu juga meminimalisir tindak kejahatan.

“Saya berharap pemerintah daerah dapat memberikan penerangan jalan untuk kenyamanan warga yang lalu lalang di jalan itu. Jika kondisi jalan terang, saya kira dapat meminimalisir tindak kejahatan di tempat itu,” kata Riman yang juga menjabat sebagai Ketua RT 002 RW 09.

Sebagai Ketua RT 002 RW 09, Riman berharap agar keluhan warga dapat segera di tanggapi oleh pemerintah setempat.

**Baca juga: Warga Lengkong Wetan Keluhkan Kondisi Jalan Sisi Jalur Pipa Gas.

Karena menurut Riman, sudah banyak pasangan muda dari luar Tangsel yang dipergoki sedang mabuk-mabukan di lokasi itu. “Tidak menutup kemungkinan lokasi itu akan menjadi tempat tindak kejahatan,” pungkasnya. (adt)




Warga Lengkong Wetan Keluhkan Kondisi Jalan Sisi Jalur Pipa Gas

kabar6.com

Kabar6-Warga Lengkong Wetan RT 002 RW 09, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) keluhkan kondisi jalan sisi jalur pipa gas di wilayahnya yang rusak tak terurus.

Ditambah, tidak adanya penerangan jalan sepanjang jalur itu, menyebabkan banyak terjadi kecelakaan d jalan sisi jalur pipa gas itu terutama pada malam hari.

Tokoh masyarakat Lengkong Wetan, Riman Sidik menjelaskan, walau jalur tersebut merupakan akses penting bagi masyarakat setempat.

Namun, kondisinya yang rusak dan tak terurus menyebabkan banyak pengendara yang melintas tergelincir karena kondisi jalanan yang licin.

“Tak jarang warga terjatuh karena roda kendaraannya selip akibat kondisi jalan yang rusak parah. Padahal jalan itu merupakan akses penting jadi lintasan sehari-hari warga setempat,” kata Riman kepada kabar6.com, Selasa (13/11/2018).

Riman juga mengaku, dirinya sebagai tokoh masyarakat tak tahu harus mengadukan permasalahan ini ke mana. “Inikan asset Pertamina,” ketusnya.

Walau begitu, Riman berharap pemerintah setempat mau turun tangan guna menyelesaikan permasalahan itu.

“Jalan ini pada dasarnya memang paving block. Berarti memang diperuntukkan buat jalan kan,” ujar Riman.

Sebagai tokoh masyarakat, Riman juga tak sungkan mengeluarkan dana pribadinya untuk melakukan perbaikan terhadap jalan sisi jalur pipa gas, agar layak dibuat lintasan warga.

**Baca juga: FPI Kelapa Dua Bakal Turunkan Pasukan ke Enigma.

“Saya sudah habis uang banyak, semua dari kocek pribadi saya yang dibantu gotong royong oleh warga. Kami urug dengan puing seadanya dan kami lebarkan ukuran jalannya yang semula hanya saatu meter menjadi 2 ½ meter agar dapat dilalui kendaraan roda empat,” ungkapnya. (adt)