1

Empat Negara Ini Disebut Tak Punya Kasus Virus Corona

Kabar6-Di saat seluruh dunia dibuat panik menghadapi pandemi COVID-19, sejumlah negara dilaporkan justru tidak tersentuh virus Corona. Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan perihal bagaimana cara negara-negara tersebut mencegah masuknya virus Corona yang sangat cepat penyebarannya?

Ya, ada sejumlah negara di dunia yang kabarnya belum pernah sama sekali terjadi kasus Corona. Melansir Sindonews, ini empat negara yang dimaksud:

1. Turkmenistan
Turkmenistan atau dikenal dengan Turkmenia merupakan negara yang terletak di Asia Tengah, berbatasan dengan Iran di selatan, Afganistan di tenggara, Uzbekistan di utara, Kazakhstan di Barat laut, dan Laut Kaspia di barat.

Sejak awal mula virus Corona muncul, Turkmenistan tercatat belum pernah menemukan satu pun kasus COVID-19d di negaranya. Turkmenistan menggunakan beberapa cara untuk menghentikan penyebaran COVID-19 di negaranya seperti menutup sebagian besar perbatasan negara dan membatalkan banyak penerbangan yang berasal atau menuju Tiongkok.

Namun ada desas-desus mengenai laporan kasus Corona nol persen di negara tersebut mungkin tidak sesuai dengan kenyataan, dan juga yang menjadi perhatian media bahwa pemerintah Turkmenistan diduga ‘melarang’ kata Coronavirus, meskipun ini tidak sepenuhnya benar.

2. Tonga
Tonga merupakan negara kepulauan yang tercatat memiliki 177 pulau, di mana 70 persen warga negaranya berada di Pulau utama Tongatapu. Tonga berbatasan dengan Fiji di barat laut, Samoa di utara, Niue di timur laut.

Tonga menangkal penyebaran Corona di negaranya dengan membatasi masuknya kapal pesiar pada awal pandemi, menutup bandara, bahkan melakukan lockdown.

Hal tersebut terbukti efektif dalam menangkal masuknya virus corona di negaranya dan menjadikan negaranya menjadi salah satu negara bebas covid di dunia. ** Baca juga: Gadis Cilik 9 Tahun di India Jalani Operasi Otak Sambil Main Piano dan Games Selama Enam Jam

3. Kiribati
Kiribati merupakan negara kepulauan yang terletak di Samudra Pasifik dengan Ibu Kota Tarawa Selatan. Kiribati terbentuk oleh 32 atol, terumbu karang melingkar, dan satu pulau kapur yang terangkat.

Kiribati telah memberlakukan pembatasan perjalanan luar negeri untuk memerangi Corona pada awal pandemi, sehingga hanya segelintir maskapai yang diperbolehkan masuk ke negara tersebut.

4. Korea Utara (Korut)
Korut merupakan negara yang terletak di Asia Timur, Semenanjung Korea, berbatasan langsung dengan Tiongkok yang dipisahkan Sungai Amnok, Rusia, serta Korea Selatan.

Korut tercatat sebagai negara yang masih bebas kasus Corona virus. Meski beberapa pihak tidak percaya, pada kenyataannya Korut telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah masuknya Corona ke negara tersebut.

Negara dengan populasi sekira 25 juta jiwa ini telah menerapkan lockdown ketat, pembatasan perjalanan, serta menutup perbatasannya.(ilj/bbs)




Bercanda Positif COVID-19, Remaja Singapura Dihukum 9 Bulan Percobaan

Kabar6-Seorang remaja di Singapura bernama Siew (19) dijatuhi hukuman percobaan selama sembilan bulan, dan selama masa percobaan itu Siew dilarang keluar malam dari pukul 23.00 hingga pukul 06.00 waktu setempat.

Selain itu, Siew juga harus melakukan 40 jam pelayanan masyarakat. Orangtua Siew pun terikat 5.000 dolar Singapura untuk memastikan perilaku anaknya baik.

Apa yang telah dilakukan Siew? Rupanya, melansir Mothership, Siew berbohong dengan maksud bercanda dengan mengaku bahwa terinfeksi COVID-19. Peristiwa ini berawal saat Siew mengunggah gambar tes polimerase positif COVID-19 di story Instagram pada 23 Mei pukul 01.00 dini hari waktu setempat. Foto itu didapat dari internet.

“Teman-teman. Saya positif COVID. Saya (akan) mati,” demikian tulis Siew dalam story akun Instagram miliknya. Tak lama kemudian, Siew juga mengunggah foto dirinya dirawat dalam ruang ICU sebuah rumah sakit. Padahal, foto itu merupakan dokumentasi lama saat dia dirawat di rumah sakit namun bukan karena COVID-19.

Nah, selang 15 menit kemudian, Siew menghapus dua unggahan tersebut. Namun ia tak menyangka imbas unggahan tersebut telah terjadi. ** Baca juga: Ketiduran dalam Ruang Kargo, Petugas Bandara India Kaget Saat Bangun Sudah Berada di Abu Dhabi

Seorang teman yang tengah menjalani wajib militer di Pulau Tekong bangun pagi dan mendapati teman-temannya membicarakan unggahan Siew semalam. Dia pun menghubungi Siew namun tak segera mendapat jawaban.

Teman tersebut melapor ke atasan bahwa dia merupakan kontak erat Siew yang mengaku positif COVID-19. Dia pun menjalani tes dan dipulangkan untuk isolasi. Tentara lain juga diperintahkan mendisinfeksi ranjang prajurit. Mereka juga harus mengisolasi diri karena telah kontak dengan teman Siew tersebut.

Tentu saja kejadian ini mengganggu jadwal latihan para tentara. Siew baru menjawab pertanyaan temannya pada siang hari dan mengaku itu hanya lelucon. Dia pun meminta maaf atas kejadian tersebut.

Diketahui, untuk setiap dakwaan berdasarkan Undang-Undang Pelanggaran Lain-Lain (Ketertiban Umum dan Gangguan), pelanggar dapat dipenjara hingga tiga tahun dan didenda hingga 10 ribu dolar Singapura.

Memalukan!(ilj/bbs)




Lebak Belum Bisa Vaksinasi Covid-19 Anak 6-11 Tahun

Kabar6.com

Kabar6-Sejumlah daerah di Provinsi Banten sudah menggelar vaksinasi Covid-19 bagi anak-anak usia 6 sampai 11 tahun. Namun beberapa daerah lainnya belum bisa melaksanakan, salah satunya Kabupaten Lebak.

kata Kasi Imunisasi, Surveilans dan Krisis Dinkes Lebak Tb Mulyawan mengatakan, vaksinasi bagi anak 6-11 tahun belum bisa dilakukan lantaran cakupan vaksinasi belum mencapai target.

“Vaksin anak 6-11 tahun baru bisa dilakukan setelah cakupan vaksinasi sudah mencapai 70 persen minimal 60 persen lah. Di Banten baru 3 daerah yang sudah melaksanakan, salah satunya Tangerang,” kata Mulyawan kepada Kabar6.com, Rabu (15/12/2021).

Sampai dengan pagi ini, cakupan vaksinasi Covid-19 dosis kesatu berdasarkan layanan sudah 55,8 persen. Diharapkan, di awal tahun 2022, vaksin anak 6 tahun sudah bisa dilakukan.

“Mudah-mudahan awal tahun depan kit sudah bisa vaksinasi anak usia tersebut. Jenis vaksin yang akan digunakan adalah Sinovac,” ujar Mulyawan.

**Baca juga: Pemkab Lebak Hibahkan Ambulans untuk Relawan.

Mulyawan menjelaskan, alur vaksinasi anak 6-11 tahun sama halnya seperti vaksin orang dewasa. Hanya saja, perlu didampingi orangtua untuk proses skrining.

“Sama aja seperti vaksin orang dewasa, cuma memang orangtua harus harus mendampingi, karena kan tidak mungkin menanyakan bagaimana kondisi kesehatan atau apakah memiliki riwayat penyakit atau tidak kepada anak, jadi butuh orangtua ya,” papar Mulyawan.(Nda)




Di Yunani, Orangtua yang Tak Izinkan Anaknya Bersekolah dengan Alasan Pandemi COVID-19 Terancam Hukuman Penjara

Kabar6-Kebijakan baru diterapkan pemerintah Yunani, membidik para orangtua murid yang tidak mendukung langkah pencegahan penularan COVID-19 seperti vaksinasi, pemakaian masker atau pengujian.

Para orangtua di Yunani yang tidak mengizinkan anaknya pergi ke sekolah dengan alasan pandemi COVID-19 akan menghadapi hukuman penjara dua tahun dan denda. Melansir Aljazeera, kehadiran siswa di sekolah sampai usia 16 tahun telah lama diwajibkan di Yunani. Tetapi hingga kini, sanksi yang diterapkan bagi yang melanggar hanyalah denda sebesar 59 Euro.

“Kami tidak bisa mentolerir fenomena orangtua yang melarang anak-anaknya bersekolah,” tegas Alexandros Koptsis, Sekretaris Jenderal untuk Pendidikan Dasar dan Menengah di Kementerian Pendidikan Yunani. “Ini terjadi karena alasan yang tidak masuk akal, seperti tidak ingin anak Anda memakai masker. Jika jaksa menganggap perlu, orangtua bahkan bisa dicabut hak asuhnya.”

Menurut Koptsis, kebijakan ini didasarkan pada hukum yang berlaku dan ‘sepenuhnya terserah jaksa’. Kementerian Pendidikan tidak akan mengejar orangtua secara langsung, tetapi menyediakan perangkat hukum bagi Kepala Sekolah.

“Kami menunjukkan Kepada Sekolah arah (kebijakan) umum, dan kemudian Kepala Sekolah akan memanggil Jaksa,” terang Koptsis. ** Baca juga: Seorang Wanita di Mesir Gugat Cerai Suaminya Karena Hanya Pakai Celana Dalam di Rumah

Orangtua yang dihukum dengan hukuman penjara dua tahun tidak serta merta dipotong dari anak-anak mereka, karena hukuman hingga lima tahun dapat dibeli dengan tarif yang ditentukan oleh pengadilan, berdasarkan pendapatan terpidana.

Para siswa di Yunani sudah menghadiri sekolah secara langsung pada September 2020 lalu, tetapi penguncian diperintahkan dari Oktober hingga Mei 2021, di mana siswa bersekolah secara virtual. Siswa diizinkan untuk kembali ke sekolah selama enam minggu terakhir tahun ajaran dengan mengenakan masker dan melakukan dua tes mandiri seminggu.

Yunani telah menetapkan, jika setengah siswa di kelas plus satu sakit COVID-19, maka kelas akan ditunda selama 10 hari. Kementerian mengatakan, dua dari 10 ribu kelas saat ini ditunda, dan satu dari setiap 1.000 siswa didiagnosis dengan COVID-19. “Kami menilai angka-angka ini sangat bagus. Mereka bekerja untuk satu penyakit sehari,” kata Koptsis.

Yunani saat ini telah memvaksinasi penuh 62 persen dari total populasi. Kementerian Pendidikan mengatakan, setengah dari siswa berusia 14 tahun ke atas saat ini telah divaksinasi dengan setidaknya dosis pertama.(ilj/bbs)




Survei: Lima Persen Orang di Italia Yakin Bumi Datar dan Tak Percaya Virus Corona

Kabar6-Sebuah survei yang dilakukan lembaga penelitian Censis menunjukkan, satu dari 10 orang Italia berpikir bahwa astronaut tidak pernah menginjakkan kaki di Bulan, sementara 5,8 persen percaya Bumi datar.

Dalam hasil jajak pendapat itu, melansir tempo.co, Censis menanyai 1.200 orang dengan hasil sebanyak 19,9 persen populasi orang dewasa menganggap teknologi nirkabel 5G adalah cara canggih untuk mengendalikan pikiran orang.

Nyaris dua tahun setelah virus Corona pertama kali ditemukan di Italia, jajak pendapat mengatakan bahwa 5,9 persen responden tidak percaya virus itu ada, kemudian 10,9 persen menyebut vaksin tidak berguna dan 12,7 persen menyatakan sains lebih berbahaya daripada kebaikan.

“Rasionalitas…memberi jalan dalam banyak kasus kesiapan yang tidak masuk akal untuk percaya pada fantasi yang paling tidak mungkin,” demikian pernyataan Censis. ** Baca juga: Sinting, Seorang Pria Inggris Terekam Kamera Tengah Bercinta dengan Lubang Golf

Meskipun kampanye vaksinasi telah berhasil secara luas di Italia, dengan hampir 77 persen penduduk disuntik penuh, hampir sepertiga dari mereka yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka mengira vaksin tersebut adalah obat percobaan.

Sekira 64,4 persen orang Italia berpikir bahwa perusahaan multinasional besar ‘bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi pada kita’.(ilj/bbs)




Sengaja Hadiri Pesta Agar Terinfeksi Corona, Seorang Penganut Anti-Vaksin Akhirnya Tewas Akibat Positif COVID-19

Kabar6-Seorang pria berusia 55 tahun yang merupakan penganut anti-vaksin sengaja menghadiri pesta yang digelar para penganut anti-vaksin di Italia agar terinfeksi virus Corona.

Dan benar saja, melansir Dailystar, pria yang tak disebutkan namanya itu akhirnya meninggal dunia akibat positif COVID-19 di Austria. Selain pria tersebut, ada tiga korban lainnya termasuk anak-anak dinyatakan positif COVID-19, usai menghadiri pesta yang sama. Namun, mereka masih menjalani perawatan di rumah sakit. Dua di antaranya dirawat secara intensif.

Patrick Franzoni, salah satu anggota dari unit Anti-Covid Bolzano di Italia Utara, mengatakan bahwa beberapa orang tadi mengaku sengaja ingin terinfeksi virus.

“Mereka melakukan ini untuk meningkatkan antibodi dan menerima ‘green pass’ (sertifikat vaksin) tanpa harus divaksin. Namun hal ini memiliki banyak konsekuensi yang bahkan bisa membuat anak muda berakhir di rumah sakit,” ujar Franzoni.

Diketahui, pesta tersebut dihadiri oleh penganut anti-vaksin, mereka berinteraksi dengan orang yang sudah terinfeksi virus dengan berjabat tangan, berpelukan atau bertukar minuman. ** Baca juga: Pria Australia Ini Bangun Pagar Setinggi 5,6 Meter Sebabkan Para Tetangga Protes Karena Tidak Kebagian Sinar Matahari

Menurut pejabat kesehatan, para penganut anti-vaksin percaya orang-orang tersebut sengaja membuat diri mereka terkena COVID-19 untuk mendapatkan green pass. Dikatakan juga, para peganut anti-vaksin lebih memilih untuk terkena virus ketimbang mendapatkan vaksin untuk mendapatkan green pass.

Perbuatan bodoh yang menantang maut.(ilj/bbs)




Seorang Lansia di Rusia Nekat Operasi Dirinya Sendiri Karena Para Dokter Sibuk Tangani Pasien COVID-19

Kabar6-Seorang lansia wanita penderita kanker yang juga pensiunan, nekat mengoperasi dirinya sendiri, karena para dokter sedang sibuk menangani pasien COVID-19.

Menurut seorang paramedis bernama Victoria Shutova, melansir rt, lansia tersebut adalah orang yang selamat dari Perang Dunia Kedua dan selamat dari Pengepungan Leningrad. Lansia yang tak disebutkan namanya itu ditemukan di samping catatan bunuh diri, yang ditulis untuk berjaga-jaga jika operasinya gagal dan ada keraguan tentang siapa yang bertanggung jawab atas kematiannya.

Beruntung, lansia asal Vyborg, dekat St Petersburg, Rusia, itu selamat dari tindakan nekat mengoperasi diri sendiri. Diketahui, wanita tadi menderita asites, kondisi di mana cairan menumpuk di perut, membuat gerakan apa pun menjadi sulit.

Ia pun mencoba melakukan parasentesis untuk dirinya sendiri. “Artinya, membuat sayatan dengan pisau tipis di sepanjang dinding perut anterior untuk mengalirkan cairan,” terang Shutova. ** Baca juga: Kendaraan Ditilang, Pasangan Kekasih di AS Ini Nekat Bercinta dalam Mobil Patroli Polisi

Ditambahkan, “Dia tidak yakin tentang operasi itu. Dia bukan dokter, jadi dia menulis surat bunuh diri agar tidak ada yang mengira itu bukan dia. Orang tua adalah ujian kepedulian masyarakat. Jika mereka mengoperasi diri mereka sendiri di masa damai, itu adalah bencana.”

Shutova mengungkapkan, wanita itu sekarang telah diterima di rumah sakit dan membutuhkan perawatan untuk meringankan penderitaannya. “Berkat nenek, kita hidup di dunia tanpa fasisme. Sekarang, hal utama adalah jangan menjadi fasis,” demikian tulis Shutova.

Setelah postingan paramedis mendapat perhatian media, kabar itu juga menarik perhatian pihak berwenang setempat, yang telah memutuskan melakukan sesuatu tentang masalah itu.

Menurut juru bicara pemerintah daerah Leningrad tentang masalah sosial, Irina Safonkina, veteran tua itu menerima semua bantuan yang diperlukan. “Kerabatnya telah meminta bantuan ke pusat onkologi di Pesochny,” jelas Safonkina.

Selain itu, komite kesehatan wilayah tersebut mengungkapkan, pihaknya sekarang sedang melakukan penyelidikan atas situasi tersebut. Menurut badan pemerintah, operasi yang direncanakan tidak terjadi karena wanita tua itu didiagnosis terinfeksi virus Corona, sehingga operasi harus ditunda.(ilj/bbs)




Mengejutkan! Lebih dari 40 Ribu Warga Inggris Dapatkan Hasil Tes COVID-19 yang Keliru

Kabar6-Test and Trace Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), memperkirakan sekira 43 ribu orang kemungkinan telah diberikan hasil tes COVID-19 yang salah di Klinik Kesehatan Immensa di Wolverhampton. Sebagian besar mereka berada di Inggris Barat Daya, tetapi juga termasuk beberapa di sebelah Tenggara dan Wales.

Operasi di laboratorium telah dihentikan setelah penyelidikan mengungkapkan kesalahan. Melansir Standart, individu yang dites negatif melalui lab dalam satu atau dua minggu terakhir sekarang akan dihubungi oleh Test and Trace, serta disarankan untuk mengikuti tes lain. Hal sama berlaku untuk kontak yang dekat dengan individu bergejala COVID-19.

Penyelidikan tersebut diprakarsai oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), setelah laporan pekan lalu menunjukkan semakin banyak orang di laboratorium yang melakukan tes negatif pada tes PCR, setelah sebelumnya menerima hasil aliran lateral yang positif. ** Baca juga: Banyak Penampakan Menjadikan Desa Pluckley Disebut Sebagai Tempat Paling Angker di Inggris

Meski demikian, Badan Keamanan Kesehatan Inggris bersikeras tidak ada masalah teknis dengan aliran lateral atau tes PCR. Guna meredakan kekhawatiran, dikatakan laboratorium lain bekerja normal. Perkembangan itu digambarkan sebagai insiden terisolasi yang dikaitkan dengan satu laboratorium.

“Kami baru-baru ini melihat peningkatan jumlah hasil LFD positif yang kemudian dites negatif pada PCR. Jika Anda mendapatkan tes LFD positif, penting untuk memastikan bahwa Anda kemudian mendapatkan tes PCR lanjutan untuk mengonfirmasi bahwa Anda memiliki COVID-19. Jika Anda memiliki gejala COVID-19, isolasi diri dan lakukan tes PCR,” ujar Dr Will Welfare, direktur insiden kesehatan masyarakat di UKHSA.

Sekretaris Transportasi Grant Shapps mendesak kejujuran dari penumpang, sambil menggambarkan prosedur pengujian dan verifikasi sebagai langsung dan cukup cepat untuk dilakukan. Mereka yang datang dan belum menerima vaksin COVID-19, tetap diwajibkan mengikuti tes PCR pada hari kedua setelah masuk Inggris, dan karantina selama 10 hari di rumah.(ilj/bbs)




Selama Pandemi COVID-19, Kasus Bunuh Diri Anak di Jepang Capai Rekor Tertinggi

Kabar6-Menurut laporan media lokal yang mengutip data pemerintah Jepang, selama pandemi COVID-19 ini kasus bunuh diri anak di Negeri Sakura ini mencapai rekor tertinggi dalam lebih dari empat dekade.

Survei Kementerian Pendidikan Jepang, melansir middleeast, mengungkapkan bahwa ada sebanyak 415 anak dari usia sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) yang bunuh diri selama pandami. Sejumlah kasus bunuh diri anak usia sekolah itu mendorong penutupan sekolah-sekolah dan mengganggu kegiatan belajar di ruang kelas pada 2020. Jumlah kasus bunuh diri anak tersebut naik hampir 100 kasus dibandingkan pada 2019, menjadi angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1974.

Aksi bunuh diri sendiri memiliki sejarah panjang di Jepang. Oleh sebagian masyarakat di sana, perbuatan tersebut dianggap sebagai suatu cara untuk menghindari rasa malu atau aib. Jepang juga sudah lama menjadi negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara-negara Kelompok Tujuh (G7).

Sebuah upaya nasional oleh pemerintah dan masyarakat Jepang berhasil menurunkan angka bunuh diri di sana sekira 40 persen selama 15 tahun. Itu juga termasuk penurunan kasus selama 10 tahun berturut-turut yang dimulai dari 2009.

Namun di tengah pandemi COVID-19, kasus bunuh diri meningkat pada 2020 setelah satu dekade menurun, dengan jumlah pelaku dari kalangan perempuan melonjak di tengah tekanan emosional dan finansial. ** Baca juga: Penampakan di Langit, Dua Pesawat UFO Kunjungi Kanada

Berdasar laporan media lokal, Kementerian Pendidikan Jepang menyebutkan bahwa rekor tertinggi lebih dari 196.127 anak sekolah tidak masuk selama 30 hari atau lebih. Hasil survei menunjukkan, perubahan di lingkungan sekolah dan rumah akibat pandemi COVID-19 berdampak besar pada perilaku anak-anak.(ilj/bbs)




Salip Buenos Aires di Argentina, Melbourne Jadi Kota yang Lockdown Terlama di Dunia

Kabar6-Warga yang tinggal di Kota Melbourne, Australia, sudah menjalani masa lockdown sebanyak 245 hari, hingga Minggu (3/10/2021) lalu. Rentang waktu ini disebut sebagai lockdown terlama yang pernah diterapkan di kota mana pun di dunia.

Artinya, Melbourne menyalip Buenos Aires, Ibu Kota Argentina sebagai kota yang paling lama mengalami lockdown. Sebelumnya, Buenos Aires memegang rekor terlama menjalani lockdown, yaitu 234 hari dari 20 Maret-11 November 2020, dan kemudian 10 hari lockdown singkat antara 21 Mei-31 Mei 2021.

Tampaknya rekor lockdown di Melbourne ini, melansir Skynews, masih akan terus berlanjut karena pembukaan kembali baru hanya akan mulai dilakukan jika target vaksinasi dua dosis mencapai tingkat 70 persen dengan perkiraan sekira 26 Oktober mendatang. Menteri Utama Victoria Premier Daniel Andrews, mengatakan bahwa tidak tertutup kemungkinan untuk memperpanjang lockdown bila memang diperlukan.

Namun partai oposisi di Melbourne mengkritik kebijakan Pemerintah Victoria mengenai begitu lama dan ketatnya lockdown yang diberlakukan di Melbourne dan di kawasan regional Vicrtoria. ** Baca juga: Usai Menggigit, Seorang Wanita Asal Kenya Makan Jari Milik Temannya yang Diyakini Tengah Kerasukan Jin

“Lockdown bukanlah pertanda keberhasilan kebijakan. Itu adalah pertanda gagalnya kebijakan,” kata Matthew Guy, pemimpin oposisi dari Partai Liberal. “Ini merupakan bencana bagi kota kita, bagi negara bagian ini, bahwa Melbourne sudah begitu lama mengalami lockdown.”

Sementara itu ketika ditanya mengenai rekor Melbourne sebagai kota paling lama di dunia yang mengalami lockdown, Premier Andrews hanya memberikan komentar mengenai sikap sabar yang diperlihatkan warga.

“Saya hanya ingin mengatakan betapa bangganya saya dengan seluruh warga Victoria untuk berkorban, yang bekerja keras guna menyelamatkan nyawa dengan apa yang dilakukan,” katanya.(ilj/bbs)