1

Jangan Tunda, Cuci Tangan Setelah Pegang 9 Benda Ini

Kabar6-Mencuci tangan menjadi hal penting dan sudah menjadi bagian hidup sehari-hari masyarakat. Ya, mencuci tangan dapat meminimalkan bakteri dan kuman. Meskipun begitu, mencuci tangan tidak harus menunggu sampai tiba waktunya makan, lho.

Anda harus mencuci tangan, melansir Popbela, apabila usai memegang sembilan benda ini. Apa sajakah itu?

1. Uang
Peneliti dari New York City Bank menemukan bahwa dalam satu dolar Amerika saja terdapat ratusan mikroorganisme, bahkan termasuk bakteri oral dan vagina serta DNA dari hewan dan virus. Penelitian lain juga menunjukkan, uang kertas dan logam juga mengandung patogen seperti E.Coli dan salmonella.

2. Buku menu
Peneliti dari University of Arizona menemukan, buku menu mengandung sekira 185 ribu organisme bakteri. Diketahui, selama berapa lama, buku menua tersebut tak pernah diganti dan berapa banyak orang yang menyentuhnya.

3. Hewan
Menurut Nesochi Okeke-Igbokwe MD, tidak semua orang segera mencuci tangan mereka setelah menyentuh hewan. Terlebih lagi, orang biasanya menganggap hewan sebagai bagian dari keluarga, sehingga mengabaikan urusan sederhana yang vital ini.

Padahal, baik hewan piaraan sendiri maupun bukan, hewan sangat mungkin membawa berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. ** Baca juga: 6 Asupan yang Murah dan Mudah Didapat untuk Bantu Perkuat Tulang

4. Pena yang bukan milik Anda
Menurut Wall Street Journal, rata-rata jumlah bakteri pada pena adalah 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan kursi toilet, yakni 200 bakteri per meter persegi.

5. Dispenser sabun
Peneliti dari Universitas Arizona menemukan, dispenser sabun isi ulang mengandung banyak kuman. Saat Anda menekan bagian pompa, bakteri yang semula menempel di tangan pun berpindah ke bagian pump tersebut.

Bahkan, menurut pemimpin grup peneliti yakni Charles Gerba PhD., menyentuh wadah sabun ini dapat mentransfer bakteri ke tangan lebih banyak dibandingkan saat tangan Anda terjebak di dalam toilet.

6. Layar sentuh
Menurut Katy Burris, dermatologis dari Columbia University Medical Center, jenis layar sentuh dengan bakteri yang terburuk ada pada mesin KiosK yang ada di tempat publik.

7. Kenop pintu dan tiang pegangan
Bila Anda menggunakan transportasi publik, jangan lupa untuk segera mencuci tangan. Setiap hari, ada banyak orang yang juga menyentuh tiang pegangan seperti yang Anda pegang.

Demikian pula dengan pegangan yang ada seperti di eskalator maupun kenop pintu di tempat publik. Anda tentu tak dapat menjamin bahwa setiap orang yang menyentuh benda-benda tersebut tak membawa bakteri atau virus penyebab penyakit, bukan?

8. Apa pun di ruang dokter
Pasien yang datang berkunjung setiap harinya dengan berbagai keluhan penyakit tentu sudah cukup untuk memberi gambaran mengapa perlu segera mencuci tangan. Hal yang lebih mengejutkan, ada sekira 46 ribu bakteri lebih banyak pada pena dibandingkan kursi toilet.

Di samping itu, pertimbangkan pula bakteri di kursi tunggu dan kenop pintu.

9. Talenan dan spons pencuci piring
Dapur adalah salah satu lingkungan favorit bakteri. Tak hanya berasal dari bahan makanan mentah, bakteri juga berasal dari perkakas yang digunakan seperti talenan dan spons pencuci piring.

Sebuah studi menemukan sebanyak 326 spesies bakteri berada pada spons yang digunakan. Karenanya, pastikan Anda juga senantiasa mengganti barang-barang ini secara berkala.

Meskipun telah menjaga kebersihan semaksimal mungkin, Anda tidak mungkin 100 persen bebas dari bakteri, virus, atau kuman. Namun setidaknya, Anda dapat meminimalkan ‘transfer’ bakteri, yang akan menjadi bumerang bagi diri sendiri.(ilj/bbs)




Hentikan 7 Kebiasaan Sepele yang Beri Efek Buruk Bagi Kesehatan

Kabar6-Setiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda satu sama lain. Dan kebiasaan itu sudah menjadi bagian dari aktivitas harian Anda yang terjadi berulang kali.

Sayangnya, ada sejumlah kebiasaan harian yang tanpa disadari ternyata memberikan efek merugikan bagi kesehatan. Melansir thehealthy, berikut tujuh kebiasaan yang terlihat sepele namun memiliki efek buruk untuk kesehatan:

1. Simpan dompet di saku belakang celana
Ketika Anda duduk dengan kondisi dompet masih tetap berada di saku belakang celana, maka hal tersebut dapat menyebabkan bokong menjadi tidak rata dan memicu nyeri punggung bagian bawah, nyeri pinggul, bahkan rasa sakit di punggung bagian atas atau bahu.

Dompet di saku belakang juga bisa mengiritasi saraf yang berada di punggung dan kaki bagian bawah. Kondisi ini biasanya disebut ‘fat wallet syndrome’ atau ‘wallet sciatica.

2. Pegang hidung saat bersin
Biasanya kebiasaan ini dilakukan untuk menghindari terjadinya bersin yang keras dan besar, dan memperkecil risiko penyebaran virus saat kuman. Namun, memegang hidung saat bersin dapat menyebabkan tekanan udara yang seharusnya dikeluarkan kembali ke sinus atau bagian belakang hidung melalui mulut dan tenggorokan.

Akibatnya, gendang telinga dan telinga bagian dalam akan mengalami kerusakan. Bahkan jika hal tersebut terjadi, pembuluh darah di area seperti dada, tenggorokan, mata, dan otak, dapat pecah.

3. Makan sebelum tidur
Sebuah penelitian mengungkapkan, waktu makan malam yang berdekatan dengan waktu tidur berhubungan erat dengan meningkatnya risiko GERD atau masalah lambung. Jika Anda merasa sakit perut saat tidur setelah makan, cobalah menopang kepala agar lebih tinggi dengan bantal.

4. Cuci tangan dengan air yang terlalu panas
Mungkin Anda berpikir, mencuci tangan menggunakan air panas dapat membantu menghilangkan kuman di telapak tangan. Nyatanya, hal tersebut justru bisa mengupas minyak alami pada kulit dan menyebabkan tangan menjadi tempat yang sangat cocok bagi serangga atau bakteri kulit berkembang biak.

Air yang terlalu panas juga bisa membunuh bakteri baik di area tangan yang dapat melawan infeksi.

5. Gunakan pengering tangan
Sebuah studi menunjukkan, pengering tangan di toilet umum juga meniupkan kuman feses ke tangan saat digunakan. Berdasarkan penelitian tersebut, terdapat banyak jenis bakteri, seperti patogen dan spora potensial, yang tersimpan di pengering tangan kamar mandi.

Untuk itu, sebaiknya cukup keringkan tangan Anda dengan menggunakan tisu atau handuk tangan khusus. ** Baca juga: Mandi Air Dingin Punya 7 Manfaat Tak Terduga

6. Gunakan talenan yang sama untuk daging dan sayuran
Menggunakan talenan yang sama untuk memotong daging dan sayuran ternyata memiliki pengaruh yang buruk bagi kesehatan. Hal tersebut karena sayuran yang dipotong menggunakan talenan bekas daging dapat terinfeksi bakteri salmonella yang biasa terdapat pada daging.

Untuk menghindarinya, Anda bisa mencuci talenan tersebut hingga bersih menggunakan sabun anti bakteri sebelum digunakan untuk memotong bahan masakan lainnya.

7. Tidak cuci muka sebelum tidur
Mencuci wajah sebelum tidur sangat penting dilakukan untuk menghilangkan debu dan kotoran yang menempel selama satu hari saat menjalankan aktivitas. Sayangnya, banyak orang yang masih malas mencuci muka mereka sebelum tidur akibat merasa sudah sangat lelah dan ingin segera tidur.

Padahal, kebiasaan tersebut dapat menyebabkan muka menjadi rusak akibat kotoran, polusi, serta makeup yang menumpuk pada wajah dan menutupi pori-pori.

Tinggalkan kebiasaan sepele yang ternyata bisa merusak kesehatan tubuh, dan mulailah menjalankan pola hidup sehat.(ilj/bbs)




Ketahui 7 Makanan Penyebab Miss V Berbau Tak Sedap

Kabar6-Menjaga kebersihan Miss V menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan, karena dapat memengaruhi aromanya. Namun tak hanya menjaga kebersihan saja, makanan dan minuman yang kita konsumsi pun sangat mempengaruhi aroma Miss V, lho.

Sejumlah makanan dapat menjaga Miss V bebas bau, sebaliknya beberapa jenis makanan justru membuat area intim berbau tak sedap. Melansir Popbela, berikut beberapa makanan penyebab bau tak sedap pada Miss V:

1. Daging merah
Meskipun sangat diperlukan oleh tubuh, Anda tetap harus mengontrol asupan daging merah seperti daging sapi, kambing, maupun ikan. Hal ini karena kandungan alkali yang terdapat pada daging merah dapat mengganggu keseimbangan pH area kewanitaan sehingga menyebabkan bau tak sedap.

2. Susu
Hampir mirip dengan daging merah, produk susu pun juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan pH pada area Miss V, sehingga dapat menyebabkan bau yang tak sedap. Untuk itu, sebaiknya kurangi atau jangan mengonsumsi secara berlebihan produk susu maupun produk makanan dan minuman yang memiliki kandungan susu.

3. Bawang
Tak hanya dapat menyebabkan bau badan dan ketiak, bawang juga dapat menyebabkan bau tak sedap pada area Miss V karena mengganggu keseimbangan bakteri yang terdapat pada Miss V. Jadi, konsumsi secukupnya dan jangan berlebihan.

4. Kopi
Meskipun kopi memiliki harum khas yang sangat menenangkan, mengonsumsinya secara berlebihan dapat berpengaruh pada aroma Miss V. Ya, kopi pun menjadi salah satu minuman yang menyebabkan Miss V menjadi bau dan asam.

5. Makanan manis
Makanan dengan kandungan gula yang tinggi yang dapat meningkatkan kadar gula menjadi tinggi dan tentunya dapat meningkatkan perkembangan jamur pada area Miss V, sehingga menjadi berbau.

6. Asparagus
Hampir mirip seperti bawang, jenis sayuran yang satu ini pun juga memiliki bau yang khas dan menyengat. Bau dari asparagus dapat membuat area Miss V menjadi berbau tak sedap, sehingga jangan berlebihan mengonsumsi makanan yang satu ini.

7. Alkohol
Sering mengonsumsi alkohol dapat membuat tubuh menjadi dehidrasi. Ketika tubuh dehidrasi, area Miss V pun menjadi kering dan dapat menyebabkan terinfeksi jamur serta bakteri penyebab bau pada Miss V.

Sebaiknya, hindari mengonsumsi alkohol secara berlebihan. ** Baca juga: 5 Aktivitas yang Sering Jadi Penyebab Anda Merasa Mengantuk

Jaga kebersihan area intim Anda agar tetap tetap harum dan sehat, dengan menghindari konsumsi berlebihan tujuh jenis makanan dan minuman tadi.(ilj/bbs)




Tewas Setelah Terima Tantangan Makan Tokek Hidup dalam Sebuah Pesta

Kabar6-Iseng yang berakhir tragis sepertinya pas untuk menggambarkan kondisi David Dowell (34). Pria asal Queensland, Australia, yang juga ayah dari tiga orang anak ini meregang nyawa di rumah sakit akibat terinfeksi salmonella, jenis bakteri yang sering dibawa oleh hewan seperti burung dan reptil.

Dowell dibawa ke rumah sakit sekira tiga hari usai berpesta bersama teman-temannya. Bagaimana peristiwa tragis itu bisa terjadi? Melansir thesun, berawal ketika dalam pesta tersebut seorang teman memberi tantangan iseng kepada Dowell untuk makan seekor tokek hidup-hidup.

“Tidak terlihat terlalu jelas dan tidak ada bukti kuat yang bisa memastikan apakah dia benar-benar memakan tokek itu atau tidak. Ada teman yang bilang, ‘dia memakannya!’, tapi ada juga teman lain yang mengatakan bahwa Dowell tidak memakan tokek itu,” kata Alira, salah satu yang hadir dalam pesta tadi.

Ditambahkan, “Itu adalah bercandaan belaka, jadi mungkin saja dia memasukkan tokek itu ke dalam mulut dan langsung memuntahkannya lagi. Setelah pesta bubar, kami tidak tahu apakah dia benar-benar memakan tokek itu atau tidak. David tidak pernah mengatakan apapun soal itu.”

Dokter yang menangani langsung paham mengapa pria itu terkena infeksi salmonella, setelah istri Dowell memberitahu apa yang dilakukan sebelumnya oleh sang suami, yaitu memakan tokek.

Diketahui, bakteri salmonella biasanya akan berinkubasi dalam tubuh inangnya selama 12-72 jam, dan rentang waktu antara pesta dan kunjungan Dowell ke rumah sakit sudah cukup untuk menyuburkan salmonella dalam tubuh Dowell.

Gejala yang dialami Dowell sendiri terbilang cukup parah. Pria itu sering muntah, urine berubah warna menjadi hitam, dan perutnya membengkak seperti orang yang sedang hamil sekira enam bulan.

Dari perutnya itu, sesekali keluar cairan yang tampak bocor. Dan, tidak lebih dari dua minggu sejak Dowell memakan tokek, pria malang itu pun menghembuskan napas terakhir saat sedang dioperasi. ** Baca juga: Oknum Pendeta di India Penggal Kepala Umatnya Agar Pandemi Corona Segera Berakhir

Iseng berujung maut.(ilj/bbs)




Penelitian: Ini Waktu Tepat untuk Ganti Sprei

Kabar6-Berapa kali Anda mengganti sprei dalam seminggu? Mengganti sprei merupakan hal yang wajib Anda lakukan setiap beberapa waktu sekali. Menurut penelitian, meski tak terlihat, bakteri dan virus sering kali berkumpul di sprei dan sarung bantal ataupun sarung bantal.

Secara tidak sadar, sprei yang sudah lama tidak dicuci akan menjadi sarang bakteri dan bisa membuat tubuh sakit. Tak hanya debu saja yang bisa menjadi kotoran penyebab bakteri di sprei. Lebih jauh, kotoran lain seperti keringat, air liur, urine, kulit, make up dan berbagai hal lain bisa menjadi penyebab tumbuhnya bakteri dan virus di sprei.

Menurut Philip Tierno dari New York University School of Medicine, sprei yang telah dipenuhi dengan bakteri tak hanya menyebabkan munculnya berbagai penyakit saja. Bakteri ini juga akan membuat sprei terlihat kotor, membuat tidak nyaman dan mengganggu kualitas tidur. Lantas,kapan waktu yang tepat untuk mengganti sprei?

Hasil studi yang dilakukan beberapa ahli termasuk Philip, melansir Fimela, mengungkapkan bahwa waktu yang tepat untuk ganti sprei adalah satu minggu sekali. Ini adalah waktu paling ideal dan rata-rata untuk ganti sprei.

“Usahakan untuk mengganti sprei dalam satu satu atau paling lama dua minggu sekali. Tapi tetap, ini tergantung seberapa parah kotoran yang ada di sprei tempat tidur Anda. Semakin mudah kotor, disarankan agar Anda mengganti dan mencucinya semakin sering,” jelas Tierno.

Mengganti dan mencuci sprei satu minggu sekali dipercaya bisa menurunkan pertumbuhan bakteri. Sprei di tempat tidur juga akan tetap nyaman serta membuat tidur selalu berkualitas.

Ketika sprei dan tempat tidur bersih serta nyaman, tak hanya tidur berkualitas saja yang akan didapatkan. Hubungan bersama suami/istri juga akan semakin romantis dan terjaga. ** Baca juga: Bagaimana Konsumsi Sayuran Agar Mudah Dicerna Tubuh?

Jangan malas ganti sprei, ya.(ilj/bbs)




Tidak Disarankan Memanaskan 7 Jenis Makanan dalam Microwave

Kabar6-Microwave menjadi alat dapur yang dapat menghemat waktu. Memanaskan makanan lebih cepat memakai microwave terimbang dengan kompor. Proses memanaskan makanan pun cukup praktis dan sederhana.

Meskipun demikian, ternyata tidak semua makanan bisa dihangatkan dengan microwave, lho. Beberapa jenis makanan justru tidak disarankan. Hal ini karena makanan tersebut bisa rusak selama proses pemanasan dalam microwave atau beberapa bahan lain justru menjadi berbahaya untuk dikonsumsi. Melansir Detik, berikut tujuh makanan yang tidak boleh dipanaskan dengan microwave:

1. Daging
Daging yang sudah diolah mengandung beberapa bahan berbahaya jika dipanaskan dengan microwave. Bahan ini juga riskan terhadap radiasi elektromagnetik.

Memanaskan daging dengan microwave juga akan berdampak pada oksidasi kandungan kolesterol di dalamnya. Cara memanaskan daging seperti ini efeknya akan sangat membahayakan kesehatan tubuh.

2. Ikan
Ikan yang dipanaskan dengan microwave justru akan mengeluarkan bau amis yang tidak menyenangkan. Juga tidak akan bisa dikonsumsi lagi. Misalnya, memanaskan salmon dengan microwave. Hal ini akan mengubah daging ikan salmon menjadi kering dan keras.

3. Unggas
Untuk ayam goreng yang garing, memanaskannya dengan microwave justru akan membuatnya kehilangan tekstur. Kandungan minyak yang ada pada ayam goreng akan keluar.

Memanaskan ayam goreng dengan microwave akan membuatnya menjadi sangat berminyak. Ayam juga akan kehilangan kerenyahannya dan menjadi seperti kubangan minyak.

4. Sayuran
Beberapa sayuran hijau dapat berkurang nutrisinya ketika dipanaskan kembali. Radiasi elektromagnetik pada microwave juga bisa berbahaya pada kandungan nitrosamin bayam dan buah bit yang dapat menyebabkan karsinogenik.

Sayuran dedaunan juga akan sangat berbahaya bagi microwave. Daun pada sayur dapat memantik api dari panas microwave yang merambat melalui daun.

5. Buah
Beberapa buah memiliki kandungan yang tidak cocok jika dimasukkan ke dalam microwave. Microwave juga dapat mengubah anggur segar menjadi tidak layak makan. Suhu panas dalam microwave dapat menghilangkan kandungan air pada buah. Hal ini tentunya akan merusak buah.

6. Nasi
Nasi yang sudah disimpan pada suhu ruang terlalu lama kemungkinan besar sudah mengandung bakteri dan patogen. Panas pada microwave tidak cukup untuk membunuh bakteri dan patogen pada nasi.

Nasi yang sudah didiamkan pada suhu ruang lebih dari sehari sebaiknya segera dibuang saja. Bakteri dan patogen yang sudah menempel dapat menyebabkan keracunan makanan.

7. Sup krim
Sup dengan tekstur cair akan aman jika dipanaskan dengan microwave. Tetapi akan berbanding terbalik dengan sup krim yang bertekstur kental.

Panas pada sup akan sulit untuk menyebar sehingga menyebabkan penumpukan panas di satu tempat saja. Hal ini dapat berujung bahkan hingga menyebabkan sup meledak. ** Baca juga: Agar Lebih Awet, Begini Cara Tepat Simpan Roti

Jadi, tidak semua makanan bisa dipanaskan dalam microwave, ya.(ilj/bbs)




Ahli Diet Ungkap Tren Makan Sehat di 2021

Kabar6-Harus diakui, pandemi yang terjadi secara tidak langsung telah mengubah gaya hidup sebagian orang, hingga otomatis berpengaruh pula terhadap perubahan pola makan.

Menurut laporan Survei Makanan & Kesehatan 2020 dari Dewan Informasi Makanan Internasional (IFIC), pada 2020 lalu sebanyak 85 persen orang Amerika melaporkan mengubah kebiasaan makan dan belanja makanan.

Nah, tren makanan pada 2021 pun diprediksi tak akan berubah secara signifikan, mengingat pandemi pun belum berakhir lebih dekat. Melansir Republika, berikut tren makanan sehat teratas yang diharapakan ahli akan berlanjut hingga 2021 ini:

1. Lebih sering memasak di rumah
Makan di restoran masih disarankan untuk dihindari demi menekan penyebaran virus Corona. Jadi, mengirim makanan dari resto dan memasak di rumah menjadi beberapa cara yang digemari masyarakat di era pandemi.

Pendiri Nutrition Starring YOU dan penulis The Protein-Packed Breakfast Club bernama Lauren Harris-Pincus, RDN, mengatakan bahwa dari sudut pandang nutrisi, memasak di rumah memungkinkan orang untuk mengonsumsi lebih sedikit lemak, natrium, dan gula tambahan.

“Mudah-mudahan, orang-orang akan memperoleh keterampilan memasak dan mencoba makanan baru yang akan terus mereka konsumsi setelah kehidupan di Amerika kembali ke keadaan normal,” katanya.

2. Belanja bahan makanan secara daring
Berbelanja di supermarket dan pasar tradisional saat ini menjadi pilihan terakhir banyak orang, untuk menghindari kerumunan. Tentu, berbelanja secara daring (online) menjadi pilihan pertama yang sangat praktis dilakukan saat ini.

Menurut Coresight Research US Online Grocery Survey 2020, lebih dari separuh masyarakat Amerika telah membeli bahan makanan secara daring. Bahkan, angkanya mencapai dua kali lipat dari mereka yang melakukannya dua tahun lalu.

Hal itu merupakan cara yang baik untuk menghindari virus,kuman, dan bakteri yang ada di pasar. Namun, mungkin tidak terlalu bagus tentang kemudahan info nutrisi.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Oktober 2020 dalam Journal of Nutrition Education and Behavior, sekira 15 persen makanan yang dijual secara daring, tidak mencantumkan informasi nutrisi atau bahan lengkap. Akibatnya, dibutuhkan lebih banyak kerja keras untuk membuat pilihan yang tepat dan sehat.

3. Memprioritaskan protein nabati
“Selama pandemi ada kekhawatiran tentang ketersediaan daging mendorong orang untuk mencoba alternatif,” terang Gabby Geerts, RD, ahli diet terdaftar di Green Chef di Boulder, Colorado.

Ada juga masalah keselamatan kerja bagi mereka yang bekerja di pabrik pengepakan daging yang dipaksa untuk tetap buka. Selain itu, semakin banyaknya bukti ilmiah bahwa mengganti daging merah dengan protein nabati dapat menurunkan risiko penyakit jantung.

Dikatakan Geerts, ada peningkatan kesadaran dan pendidikan seputar protein nabati, yang hanya bermanfaat bagi kesehatan yaitu penurunan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, stroke, peningkatan umur, dan kualitas hidup.

4. Makanan fermentasi
“Semakin banyak kita belajar tentang makanan fermentasi, semakin kita mendorong konsumsi,” ujar Geerts. ** Baca juga: 5 Jenis Ikan yang Disarankan untuk Diet

Makanan fermentasi memiliki efek positif pada saluran pencernaan dan sistem kekebalan. Geerts mengatakan, makanan fermentasi menyediakan bakteri probiotik yang bermanfaat yang dapat membantu meningkatkan tingkat sel kekebalan pelindung alami yang disebut neutrofil yang beredar di dalam darah.

Apakah Anda pun telah mengubah pola makan menjadi lebih sehat?(ilj/bbs)




Sering Diremehkan, Keracunan Makanan Bisa Disebabkan Bakteri yang Menempel pada Lap Dapur

Kabar6-Lap kain menjadi salah satu perlengkapan di dapur yang sering dipakai untuk membersihkan peralatan masak hingga permukaan meja. Nah, karena sering dipakai untuk membersihkan itulah, lap dapur memang kotor dan menyimpan banyak banteri.

Menurut riset tim dari Universitas Mauritius di Afrika, melansir Kompas, pada lap dapur dapat tumbuh bakteri-bakteri yang secara alami sebenarnya hidup dalam usus manusia. Bakteri tersebut dapat menyebabkan keracunan makanan dan penyakit lain yang ditularkan lewat makanan. Riset ini dilakukan dengan cara mengkultur 100 lap dapur yang sudah dipakai berulang selama sebulan tanpa dicuci.

“Dalam penelitian ini kami mencari tahu faktor lap dapur dalam kontaminasi silang di dapur dan juga faktor lain yang berpengaruh pada profil mikroba dan jumlahnya di lap dapur,” kata Susheela D.Biranjia-Hurdoyal Ph.D, peneliti yang terlibat.

Dari 49 sampel yang ternyata positif mengandung bakteri usus, sekira 36,7 persen mengandung bakteri coliform, 36,7 persen bakteri Enterocooccus, dan 14,3 persen jenis S.aureus. Bakteri di lap dapur juga menggambarkan kondisi pemiliknya.

Penelitian menunjukkan, tipe dan jumlah bakteri berbeda-beda tergantung pada besar kecilnya keluarga, kehadiran anak, status sosio ekonomi, pola makan, dan jenis lap yang dipakai.

Misalnya saja, S.aureus, jenis bakteri yang biasanya ada di kulit, hidung, dan tenggorokan ini, lebih banyak ditemukan di lap keluarga yang memiliki anak dan punya status ekonomi lebih rendah. Sementara itu, bakteri E.coli biasanya ditemukan di lap dapur pada rumah orang penggemar daging.

Menurut studi, E.coli pada umumnya ditemukan di feses manusia. Ini berarti, kurangnya menjaga kebersihan tangan bisa menjadi pintu masuk bakteri ini berakhir di dapur.

Lap dapur yang dipakai untuk berbagai fungsi, misalnya mengeringkan peralatan dapur, mengeringkan tangan, atau mengelap permukaan dapur, mengandung lebih banyak bakteri. Lap dapur yang sering lembap dan basah juga menjadi tempat favorit kuman dibanding lap kering.

Memang tidak semua bakteri itu berbahaya bagi kesehatan. Namun beberapa tipe, seperti E.coli dan S.aureus, terkait dengan kasus keracunan makanan yang dapat memicu muntah, mual, diare, sakit perut, dan juga demam.

“Proses pengolahan makanan yang tidak higienis dan juga sanitasi bisa membuat bakteri-bakteri itu berakhir di dapur dan memicu penyakit,” urai Dr.Bruce Ruben, spesialis penyakit infeksi.

Bakteri memang menyukai tempat yang hangat dan lembap. Itu sebabnya, dapur menjadi tempat paling banyak mengandung kuman di rumah. Jadi, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah penyakit. Antara lain mencuci lap dapur lebih sering.

Pakar mikrobiologi bernama Charles Gerba Ph.D, juga menyarankan melakukan disinfektan permukaan dapur secara berkala, termasuk bagian rak dan pegangan kulkas. Terutama setelah memasak daging mentah, telur, dan susu. ** Baca juga: Penting untuk Mencuci Sayur dan Buah Agar Terhindar dari Bakteri

“Penyebab kontaminasi bakteri di dapur adalah tangan kita. Karena itu mencuci tangan dengan sabun harus sering dilakukan,” tambah Gerba.(ilj/bbs)




Penting untuk Mencuci Sayur dan Buah Agar Terhindar dari Bakteri

Kabar6-Sebelum diolah menjadi makanan, Anda memang disarankan untuk mencuci buah atau sayuran dengan air mengalir hingga bersih agar tidak ada lagi bakteri atau kotoran yang menempel.

Hal ini agar bakteri seperti Listeria Monocytogenes yang sanggup bertahan dalam suhu panas sekaligus dingin tidak ikut termakan. Melansir beberapa sumber, bakteri ini tidak membentuk spora melainkan biofilm, sehingga ketika menempel pada sayur dan buah bentuknya berupa lapisan lendir pada permukaannya. Bakteri ini kebal terhadap suhu panas, dingin, begitu pula dengan kadar asam dan garam.

Untuk melihat dampak Infeksi Listeria secara pasti, membutuhkan waktu sekira 3-70 hari. Namun, infeksi ini diawali dengan flu ringan, demam, atau mual usai mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Bakteri Listeria mudah menyerang manusia dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, salah satunya ibu hamil. Satu dari tujuh wanita mengalami infeksi listeria selama masa kehamilan.

Apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat, maka risiko terbesar adalah membahayakan keselamatan janin. ** Baca juga: Alternatif Lain, Cara Sehat Memaniskan Makanan dan Minuman Tanpa Gula

Pencegahannya yang dapat dilakukan adalah dengan mencuci sayur atau buah memakai air mengalir hingga terasa kesat. Bila perlu, bilas dua kali sebelum dimasak. Untuk meminimalisir risiko, masak sayur dalam air panas dengan suhu 75 derajat Celsius.(ilj/bbs)




Begini Cara Olah Makanan yang Benar Agar Tidak Keracunan

Kabar6-Selain memberikan nutrisi harian yang dibutuhkan tubuh, hal yang juga perlu diperhatikan adalah cara mengolah makanan agar tetap memberikan manfaat dan terhindari dari risiko keracunan.

Beberapa makanan memiliki risiko membawa kuman berbahaya, sehingga jika tidak diolah dengan tepat bisa menimbulkan penyakit merugikan. Melansir Orami, berikut cara mengolah makanan yang tepat berdasarkan jenis makanannya agar tidak terjadi keracunan makanan:

1. Ayam, daging sapi, bebek
Hindari risiko keracunan makanan dengan menggunakan suhu makanan yang tepat untuk ayam dan daging. Memasak ayam, produk unggas, dan daging secara menyeluruh dapat menghancurkan kuman.

Kebanyakan unggas mentah mengandung bakteri Campylobacter, Salmonella, Clostridium perfringens. Sementara daging mentah bisa mengandung Salmonella, E. coli, Yersinia, dan bakteri lainnya.

Jangan mencuci unggas atau daging mentah sebelum dimasak. Mencuci unggas atau daging mentah dapat menyebarkan bakteri ke makanan, peralatan, dan permukaan lainnya. Masak unggas dan daging hingga matang merata, sehingga dapat membunuh bakteri.

Gunakan termometer memasak untuk memeriksa suhu. Sulit untuk memastikan jika daging matang dengan benar bila hanya melihat melalui warnanya atau jusnya. Sisa makanan harus dimasukkan dalam kulkas dalam waktu dua jam setelah disajikan. Jika menyajikan daging utuh, potong-potong dalam jumlah kecil sebelum diletakkan dalam kulkas, untuk mencegah pertumbuhan bakteri agar tidak terjadi keracunan makanan.

2. Sayur dan buah-buahan
Buah dan sayuran yang paling aman dikonsumsi yaitu dicuci terlebih dahulu sebelum dimasak. Mengonsumsi sayur dan buah segar memberikan manfaat kesehatan, tetapi kadang-kadang buah dan sayuran mentah dapat menyebabkan keracunan makanan dari kuman berbahaya seperti Salmonella, E. coli, dan Listeria.

Buah-buahan dan sayuran segar dapat terkontaminasi bakteri di mana saja, sepanjang proses dari pertanian, melalui proses produksi, distribusi di pasar, hingga ke meja, termasuk dengan kontaminasi di dapur.

3. Produk telur
Telur bisa mengandung kuman, disebut Salmonella yang dapat membuat Anda sakit, bahkan jika telur terlihat bersih dan tidak pecah. Gunakan telur atau produk telur yang sudah dipasteurisasi saat hendak memasak.

Hindari makanan yang mengandung telur mentah atau kurang matang, seperti saus salad Caesar buatan sendiri dan eggnog. Masak telur sampai kuning dan putih telur mengeras.

Masak makanan yang mengandung telur sampai matang menyeluruh. Jangan mencicipi atau memakan adonan atau adonan yang mengandung telur mentah agar tidak terjadi keracunan makanan. ** Baca juga: Hati-hati, Ada 5 Cedera yang Bisa Dialami Saat Makan

Apakah Anda sudah mengolah makanan dengan benar?(ilj/bbs)