1

G-Schools Indonesia Summit 2024 Digelar dI IPEKA BSD Tangerang, Cek Cara Daftarnya

Kabar6-Perkembangan teknologi, termasuk Artificial Intelligence (AI), telah begitu masif. Kehadirannya pun menjadi salah satu faktor substansial dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Untuk itu, PT Reformasi Generasi  Indonesia  (REFO) menghadirkan G-Schools Indonesia Summit (GSIS) sebagai terobosan dan momentum penting untuk mengeksplorasi peran teknologi dalam mereformasi pendidikan di Indonesia.

Dalam keterangan tertulis yang dikutip, Minggu (21/4/2024), REFO menyadari bahwa di tahun 2024 ini, AI telah menjadi bagian integral dalam pendidikan, dan sekolah memiliki peran krusial dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh perkembangan zaman. Dengan alasan tersebut, dalam GSIS 2024 ini REFO mengusung tema “Tren AI dalam Pembelajaran Berbasis Google”, di mana akan dibahas tuntas bagaimana mengintegrasikan AI dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah pemanfaat teknologi Google.

**Baca Juga:Indonesia Siap Sambut Para Pemimpin Negara, Menteri dan Delegasi World Water Forum ke-10

REFO menggelar G-Schools Indonesia Summit (GSIS) 2024 mengundang lebih dari 300 peserta yang terdiri dari pemimpin, pengambil keputusan, dan influencer dari sekolah-sekolah pengguna produk dan layanan Google for Education di seluruh Indonesia, GSIS 2024 diadakan pada Sabtu, 27 April 2024 di IPEKA BSD Tangerang, Banten, yang merupakan satu dari tujuh Sekolah Rujukan Google di Indonesia.

Program acara dalam GSIS 2024 adalah: Keynote Sessions – menghadirkan 3 Pembicara Utama yang merupakan pakar dan praktisi dalam teknologi pendidikan, yang akan berbagi pengetahuan, wawasan, dan praktik baik untuk diimplementasikan dalam sistem pembelajaran di institusi pendidikan.

Parallel Session – terdapat 18 kelas paralel yang terbagi dalam 2 sesi, di mana akan dibahas dengan lebih mendetail dalam kelas dan sesi yang temanya dapat dipilih sendiri oleh Peserta, sesuai dengan kebutuhan.

Networking and EdTech Showcase – Peserta akan bertemu dengan inovator beragam teknologi pendidikan yang akan berbagi ide, solusi, produk, dan layanan, yang dapat dijadikan inspirasi untuk modernisasi proses belajar mengajar.

Tujuan GSIS 2024  sebagai wadah untuk saling berbagi dan belajar praktik baik terkait pemanfaatan produk dan layanan Google for Education. Menjadi ajang berjejaring bagi sekolah-sekolah yang mengelola dan melaksanakan pembelajaran berbasis Google. Menjadi ajang showcase kisah sukses pembelajaran berbasis Google di sekolah. (4) Sebagai kick-off atau titik awal terbentuknya komunitas untuk sekolah-sekolah pengguna produk dan layanan Google for Education, yaitu G-Schools Indonesia (GSI).

Pepita Gunawan, Direktur REFO, menyatakan bahwa GSIS 2024 merupakan inaugurasi dari rangkaian kegiatan yang berkelanjutan. “Ide awalnya adalah membentuk sebuah komunitas formal bagi sekolah-sekolah pemanfaat produk dan layanan Google for Education di seluruh Indonesia. Karena, meskipun terdapat banyak kesamaan konteks, belum ada wadah dan jejaring yang komprehensif untuk sekolah-sekolah itu berbagi pengetahuan dan praktik baik. Untuk itulah REFO membentuk komunitas G-Schools Indonesia (GSI),” terang Pepita.

Peluncurkan komunitas G-Schools Indonesia (GSI), di mana para anggotanya mendapatkan benefit berupa berbagai program dan acara peningkatan keterampilan profesional, serta akses ke komunitas Google Certified Educator dan Google Reference School di Indonesia.

Anggota GSI, sebagai pihak yang telah giat mengadvokasi pemanfaatan produk dan layananan Google for Education, juga berhak untuk mengikuti program penghargaan dan insentif tahunan, yaitu G-Schools Indonesia Awards (GSIA). “Mengoptimalkan produk dan layanan Google for Education di sekolah membutuhkan kerja keras. Untuk itu, REFO menginisiasi GSIA sebagai apresiasi bagi sekolah-sekolah dan para pendidik yang telah mencurahkan segenap hati dan jiwa untuk merealisasikan hal ini,” ungkap Pepita lagi.

GSIS 2024 didukung oleh Google for Education, Mobile Guardian, dan Acer sebagai Sponsor; Kompas.id, Suara.com, dan Gatra Media Groupsebagai Media Partner; serta IPEKA BSD Christian School sebagai Supporting Partner.

Untuk keterangan lebih lanjut silakan mengunjungi

Untuk keterangan lebih lanjut silakan mengunjungi www.refoindonesia.com/gsis-id, dan untuk pendaftaran dapat dilakukan melakukan tautan berikut bit.ly/daftargsis24.

PT Reformasi Generasi Indonesia (REFO) lahir dari keyakinan akan potensi Indonesia untuk menjadi bangsa yang lebih baik. Visi REFO adalah untuk melihat Indonesia 2045, yang dipimpin oleh individu-individu yang holistik, mempunyai tujuan hidup, dan berketuhanan.(Red)




Fahri Hamzah: AI Bisa Jadi Pintu Kelahiran Agama dan Kitab Suci Baru

Kabar6-Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah meminta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengundang partai politik (parpol) untuk menyampaikan proposal mengenai pandangannnya tentang masa depan umat manusia dan agama.

Hal ini penting untuk menjawab problem-problem bangsa saat ini di tengah tren penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang kian marak di Indonesia.

“Fisiknya, manusia itu sudah dicoba diganti dengan robot. Sekarang ini, pikiran manusia atau akal manusia, coba diganti artificial intelligence. Lalu, Bagaimana nasib the next generation, manusia yang akan datang,” kata Fahri, Rabu (12/7/2023) sore.

Pernyataan Fahri itu disampaikan saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talks bertajuk ‘Articial Intelegence: Ancaman atau Peluang? yang digelar secara daring dan disiarkan langsung di kanal YouTube Gelora TV.

Diskusi ini dihadiri Kepala Pusat Riset Pendidikan BRIN Dr. Trina Fizzanty, Pengamat Kebijakan Publik Dr. Trubus Rahadiansyah dan Ketua Bidang Generasi Muda DPN Partai Gelora Hudzaifah Muhibullah.

Fahri menilai AI bisa menjadi pintu bagi kelahiran agama baru yang akan membuat kitab sucinya sendiri.

“Saya kira percakapan soal AI ini juga harus menjadi perhatian para agamawan. Makin lama makin mengkwatirkan, karena dia semakin mirip manusia. Dalam perspektif agama ini seperti Tuhan menciptakan manusia,” katanya.

Kehadiran AI ini, kata Fahri, seperti mengingatkan memori dialog penciptaan manusia yang dikwatirkan malaikat kepada Tuhan, bahwa manusia akan membuat kerusakan di bumi. Tetapi, kemudian Tuhan menjawab lebih mengetahui mengenai misteri ini.

Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini menegaskan, bahwa kehadiran AI kelihatannya semakin mempermudah pekerjaan manusia dalam segala hal. Namun sebaliknya, justru ada disrupsi teknologi dan bahaya besar yang akan mengancam umat manusia.

“Kalau berkenan BRIN bisa mengundang kita untuk menyampaikan pandangan masa depan umat manusia atau masa depan agama. Partai Gelora akan memaparkan proposal konprehensif untuk menjawab problem-problem ini,” katanya.

Menurut Fahri, kehadiran parpol di BRIN untuk menyampaikan pandangannya tentang masa depan dapat menjawab mengenai kegamangan dan kegelisaan secara umum tentang masa depan kita dan umat manusia.

“Dan di kita ini, kita punya kontra naratif yang sangat banyak. Kita ini masih mengadu domba antara agama dan sains. Kita masih bertengkar antara budaya dengan pengetahuan, akibatnya antara peneliti dan politisi tidak mantap dalam meletakkan pilar-pilar inti peradaban,” katanya.

Karena itu, hal-hal seperti ini harus diselesaikan, apakah sains dibawa komando negara atau tidak. Sehingga para peneliti atau akademisi yang memiliki riset tidak terus di belakang layar, harus ada keberanian untuk tampil ke depan.

“Sekarang kita tidak punya mekanisme untuk menginterversi public education yang baik. Dan saya kira ini PR temen-temen BRIN. Lembaga pendidikan dan universitas harus memfasilitasi percakapan mengenai AI ini,” kata calon legislatif daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat dari Partai Gelora ini.

Dengan memahami kemajuan teknologi terbaru ini, lanjut Fahri, menjadi kesempatan Indonesia untuk mendaur ulang literasi bangsa kita, sehingga memiliki kesadaran sainstifik.

“Sehingga kita betul-betul bisa tumbuh menjadi bangsa yang punya kapasitas dalam menghadapi masa depan. Ini adalah proyek besar Partai Gelora, membuat revolusi pendidikan. Kita perlu kerjasama dengan para akademisi untuk berani mengambil tanggung jawab dan tantangan-tantangan masa depan,” katanya.

Fahri menegaskan, hilangnya pekerjaan-pekerjan rutin manusia yang akan digantikan robot dan jiwanya diganti AI pada masa akan datang harus segera diantisipasi negara.

“Negara harus lebih cepat punya antisipasi terhadap perkembangan seperti ini. Bangsa Indonesia tidak boleh terus-menerus menjadi konsumen bagi perkembangan seperti ini,” katanya.

Perkembangan ini, lanjutnya, juga harus menjadi percakapan serius antara pejabat dan politisi agar masyarakat tidak cemas, serta menjadikanya sebagai peluang untuk memperbaiki masa depan kita.

“Artificial intelligence yang dibuat manusia harus menjadi peluang kita untuk memperbaiki masa depan kita. Harusnya digunakan untuk merevisi begitu banyak kerusakan yang dibuat oleh manusia, bukan untuk menambah kerusakan baru di masa yang akan datang,” pungkasnya.

**Baca Juga: Pimpin Gelora Kabupaten Tangerang, Sukardin : Kami Optimis Dapat Satu Fraksi

Ancaman dan Peluang

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Pendidikan BRIN Dr. Trina Fizzanty mengatakan, perkembangan AI sekarang menjadi tantangan bagi para ilmuwan. Perbincangan soal ini menjadi hangat, karena yang dibicarakan mengenai ancaman dan peluang

“Di bidang pendidikan dan manajemen waktu, munculnya teknologi ini sangat membantu. Sehingga semua negara saling kejar-kejaran dalam dalam mengembangkan teknologi ini,” kata Trina.

Di Indonesia sendiri, kata Trina, penggunaan AI baru sebatas untuk pendidikan online untuk mempermudah para siswa atau mahasiswa.

“Tetapi pemanfaatan AI ini perlu memperhatikan aspek kemanusiaannya seperti etik, bahkan nilai-nilai karakter Pancasila menjadi bahasan riset kami. Karena nanti akan ada pergeseran nilai dari tadinya produktif, menjadikan kurang produktif dengan adanya perkembangan teknologi,” ujarnya.

BRIN berpandangan jika berbicara peluang maka, penggunaan AI ini harus dibarengi dengan pembelajaran berbasis karakter dan memasukkan nilai-nilai Islam dalam masyarakat.

“BRIN khawatir, bahwa ini akan menyebabkan persoalan tentang etika, sehingga bisa menjadi perhatian kita semua. Jadi kalau kita bicara ancaman atau peluang, pada intinya sebenarnya soal kode etik. Disinilah perlunya kita regulasi-regulasi untuk mengantipasinya,” kata Kepala Pusat Riset Pendidikan BRIN ini.

Pengamat Kebijakan Publik Dr. Trubus Rahadiansyah mengatakan, pemerintah belum memiliki aturan yang jelas mengenai penggunaan AI dari segi undang-undang, maupun aturan perundang-undangan lainnya.

“Sehingga kalau ada pengaduan-pengaduan selama ini yang terkait penggunaan AI, kebanyakan akhirnya masuk angin. Aduan masalah penggusuran, kemacetan, banjir dan lain-lain akhirnya tidak berjalan efektif,” kata Trubus.

Kebijakan yang diterapkan pemerintah, lanjut Trubus, harus bertanggungjawab sebagai bentuk inovasi, sehingga tidak menjadi beban masyarakat dan menimbulkan persoalan baru.

“Di pendidikan, penggunaan AI justru akan membuat mahasiswa semakin malas dengan adanya peluang untuk menciptakan aplikasi-aplikasi yang mempermudah dirinya,” paparnya.

Trubus menilai masyarakat Indonesia belum siap menggunakan AI, karena sebagian besar masyarakatnya masih di kategorikan menengah terdidik, kalah jauh dengan masyarakat di Amerika, Rusia atau Jepang.

“Masyarakat kita belum siap menggunakan aplikasi-aplikasi berbasis AI ini. Aplikasi-aplikasi yang ada banyak yang tidak digunakan. Dari riset kita misalnya, masyarakat yang akan membeli minyak goreng Rp 14.000 harus menggunakan aplikasi, itu tidak digunakan karena kesulitan. Masyarakat kita sebagian masih dikategorikan menengah terdidik,” katanya.

Trubus menilai penggunaan AI agar tepat sasaran sebaiknya digunakan untuk mencegah penyimpangan administrasi yang menimbulkan praktik-praktik korupsi.

“Kecerdasan buatan ini sangat tepat digunakan untuk penyaluran bansos agar tepat sasaran, sehingga keberadaan teknologi bisa bermanfaat bagi masyarakat, mencegah penyimpangan administrasi dan praktik-praktik korupsi,” katanya.

Ketua Bidang Generasi Muda DPN Partai Gelora Hudzaifah Muhibullah menambahkan, kehadiran AI ini seperti pisau bermata dua, tergantung siapa yang menggunakan bisa menjadi peluang atau ancaman.

“Ibarat pisau buat masak saja, itu bisa menjadi ancaman kalau yang memegang pisau itu adalah penjahat. Jadi ancaman itu timbul dari siapa yang menggunakan, bisa fatal akibatnya. Tapi kalau istilahnya peluang, itu begitu besar terutama bagi anak muda seperti saya yang sedang merintis usaha,” kata Hudzaifah.

Udef sapaan akrab Hudzaifah Muhibullah menegaskan, dampak penggunaan AI sangat besar bisa menghapus peradaban manusia, karena itu orang-orang seperti Elon Mask, Bill Gates dan lain-lain sebenarnya menyesal telah mengembangkan AI ini.

“AI ini bisa memusnahkan manusia, dalam bidang militer bisa digunakan untuk peperangan persaingan global. Peperangan menggunakan AI sangat berbahaya, bisa kita tonton di film terbaru Tom Cruise, Mission Impossible 7, itu lawannya AI,” katanya.

Selain itu, kata Udef, kehadiran AI juga menghilangan banyak pekerjaan dan menciptakan pengangguran. “Kekhawatiran generasi muda pada umumnya, takut kehilangan lapangan pekerjaan ke depannya,” pungkas Udef.

Di akhir acara diskusi, dilakukan demonstrasi penggunaan teknologi AI, dimana Ketua Bidang Rekuitmen Anggota DPN Partai Gelora Endy Kurniawan yang bertindak sebagai host memberikan pertanyaan kepada Miss AI Gelora mengenai peran partai politik baru seperti Partai Gelora dalam memberikan usulan kebijakan agar AI lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Miss AI Gelora pun memberikan jawaban tentang peran parpol baru dalam mempengaruhi kebijakan tentang pemanfaatan AI bagi negara.

Dalam era digital, menurut Miss AI Gelora, yang terus berkembang terus menjadi topik yang relevan dalam kebijakan negara.

“Kesimpulan partai politik baru punya peran signifikan terhadap kebijakan pemanfaatan untuk masyarakat,” kata Miss AI Gelora.(Tim K6)