1

Pencuri di AS Ramai-ramai Jarah Toko Mewah dengan Trik Ala ‘Flash Mob’

Kabar6-Jelang musim belanja liburan, marak pencurian bergaya flash mob yang ramai-ramai menjarah sejumlah toko barang mewah. Flash Mob merupakan sekelompok orang yang berkumpul pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan untuk melakukan suatu hal, seperti melakukan gerakan lelucon konyol dalam waktu singkat yaitu 30 detik, dan cepat menyebar ketika ada pertanda polisi akan datang ke titik kegiatan tersebut.

Pencurian gaya flash mob ini, melansir usatoday, terekam kamera CCTV toko di Chicago, Los Angeles, San Francisco, juga kawasan sekitarnya. Disebutkan juga, saat akhir pekan Thanksgiving ada 20 orang yang menyerbu toko Nordstrom di pusat perbelanjaan The Grove. Mereka menggunakan palu untuk memecahkan jendela toko, dan mencuri barang-barang senilai belasan hingga puluhan jutaan rupiah.

Beberapa hari kemudian, sekelompok pencuri menjebol mal Westfield Topanga di Canoga Park, setelah menyerang sekuriti dan membawa kabur barang-barang senilai Rp359 juta. Dilaporkan juga, sekelompok orang yang sedikitnya terdiri dari delapan pria muda masuk ke Home Depot di Lakewood menggunakan palu, linggis, dan kunci pas.

Sejumlah pencurian dengan cara yang sama terjadi setelah tindakan kriminal ini ramai diberitakan. Akibatnya, sejumlah jendela toko kini ditutup dengan papan kayu, dan semakin banyak polisi yang dikerahkan ke jalan. ** Baca juga: Bocah 8 Tahun Asal Jerman Disembunyikan Keluarganya Selama 7,5 Tahun dalam Ruang Terkunci

“Kami harus beraksi agar kejadian serupa tidak terjadi lagi. Mereka berhenti di satu toko, memecahkan jendela, masuk dan mengambil sebanyak yang mereka bisa bawa,” kata William Scott, Kepala Kepolisian San Francisco.

Para pekerja dan pembelanja pun kini turut khawatir. “Aksi kriminal retail terorganisasi sudah menjadi isu yang kami hadapi selama beberapa tahun. Ini bukan hal baru, tetapi biasanya bukan kekerasan seperti ini. Siang bolong dengan pelanggan dan pekerja masih di dalam toko, ini jadi semakin serius,” ujar Rachel Michelin, Presiden California Retailers Association.

Michelin curiga, aksi kriminal ini berakar pada gembong yang merekrut anak muda via media sosial. “(Gembong) membayar mereka dengan uang. ‘Hei, kami akan bayar beberapa ratus dollar, kami perlu kamu mencuri beberapa barang ini. Ambil sedikit buat kamu, sisanya buat kami’. Barang-barang itu akan mereka jual lagi,” kata Michelin.

Barang-barang curian itu sering kali dijual secara online. Michelin pun menganjurkan warga waspada saat berbelanja online. Sementara itu, banyak juga toko yang menginstruksikan pekerja tidak campur tangan jika menghadapi aksi kriminal untuk alasan keamanan.(ilj/bbs)




Miris! Sejumlah Oknum Tentara dan Polisi di Zimbabwe Terlibat Serangkaian Aksi Perampokan Bersenjata

Kabar6-Serangkaian aksi kriminal berupa perampokan bersenjata dengan melibatkan oknum tentara dan polisi secara mengejutkan terjadi di Zimbabwe. Padahal, Presiden Emmerson Mnangagwa telah memperingatkan personel keamanan untuk tidak ambil bagian dalam kegiatan kriminal.

Tidak hanya itu, melansir aa.com, Presiden Mnangagwa juga bersumpah akan menggunakan cara yang kejam untuk menangani oknum tentara dan polisi yang terlibat. Meskipun begitu, para pengusaha mengatakan mereka hidup dalam ketakutan. Menurut polisi, lebih dari sekira Rp71,5 miliar telah dirampok sepanjang tahun lalu dari Januari hingga Oktober.

“Kami hidup dalam ketakutan, apa yang kami dengar di berita setiap hari sangat mengejutkan dan lebih buruk lagi perampokan yang melibatkan tentara dan anggota polisi,” ungkap Innocent Guyo, seorang pedagang perhiasan.

Juru bicara militer, Augustine Chipwere, menyesali keterlibatan oknum tentara dalam perampokan bersenjata dan penembakan selama keributan publik. “Pasukan Pertahanan Zimbabwe (ZDF) mengakui dan menyesali hilangnya nyawa tak berdosa dan sangat bersimpati dengan keluarga dan masyarakat yang berduka,” terang Chipwere.

Dia meminta orang-orang untuk melaporkan kejadian tersebut dan keterlibatan tentara dalam kegiatan kriminal ke barak terdekat. Chipwere mengatakan, perilaku seperti itu tidak sesuai dengan kode etik militer Zimbabwe. Menurut laporan media lokal, dua tentara menembak mati seorang pria dalam perampokan senilai sekira Rp572 juta di Hatfield, Harare, pada 24 Desember tahun lalu.

Kedua tentara itu telah ditangkap. Sebelumnya, seorang prajurit yang sedang bertugas dari resimen komando elit Tentara Nasional Zimbabwe (ZNA) diidentifikasi sebagai salah satu tersangka perampok bersenjata yang terlibat dalam baku tembak fatal di rumah mantan detektif polisi Joseph Nemaisa di Chadcombe pada 6 Desember tahun lalu.

Dia ditembak mati di tempat oleh mantan detektif, bersama dengan dua kaki tangannya. Setahun yang lalu, dua tentara lain diduga berkomplot dengan penjaga keamanan bank dan mencuri sekira Rp38,6 miliar.

Ada sejumlah teori yang berkembang untuk menjelaskan keterlibatan tentara dalam aksi perampokan. Seorang mantan perwira militer dengan syarat anonim mengatakan perampokan ini terkait dengan runtuhnya ekonomi dan kondisi keuangan yang sulit yang dihadapi semua orang di negara itu.

“Orang-orang mengeksplorasi peluang yang tersedia bagi mereka untuk mencari nafkah. Politisi menjarah sumber daya nasional; pegawai negeri menerima suap. Tentara dan polisi juga menggunakan kekuatan yang mereka miliki untuk menghasilkan uang,” terangnya.

Ditambahkan, “Tidak seperti banyak negara di kawasan ini, orang Zimbabwe tidak mempercayai sistem perbankan mereka karena kerugian yang terjadi dari tahun 2007 hingga 2009, era hiperinflasi. Karena itu, semua orang menyimpan uang di rumah dalam bentuk mata uang AS (dolar) dan itu menarik (minat) penjahat.”

Juru bicara polisi, Paul Nyathi, mengungkapkan bahwa mereka telah menangkap 849 tersangka perampok pada 2021. Dalam beberapa perampokan, setelah penyelidikan, karyawan dari perusahaan ditemukan terlibat dan memberikan informasi pergerakan uang tunai.

Mantan menteri Zimbabwe, Godfrey Gandawa, mengatakan para perampok menggunakan senjata yang dicuri dari gudang senjata negara pada kudeta 2017. Saat itu, para prajurit yang memusuhi pemimpin kudeta dilucuti senjatanya tanpa proses dokumentasi.

Gandawa, yang mengasingkan diri di Afrika Selatan, mengatakan pemerintah Zimbabwe tidak dapat mempertanggungjawabkan gudang senjata negara. ** Baca juga: Gara-gara Ikuti Petunjuk GPS Sebuah Truk Kargo Menggantung di Tebing Tiongkok Setinggi 100 Meter

Dia mengatakan beberapa senjata api dijarah oleh tentara karena tidak ada pengambilalihan yang tepat setelah pemecatan Robert Mugabe dari jabatannya.(ilj/bbs)