Â
Meski begitu mereka masih bernapas lega, tidak seperti industri kepariwisataan hiburan yang mesti tutup total.
Â
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten, Achmad Sari Alam, mengatakan penurunan jumlah kunjungan tamu yang drastis dari bisnis hotel selama Ramadan sulit dihindari. Kisarannya merosot sampai 50 persen.
Â
“Okupansi menurun itu pasti. Tetapi nanti setelah Lebaran, akan naik lagi kalau untuk okupansi hotel di perkotaan,” kata Minggu (21/06).
Â
Sedangkan untuk okupansi hotel di tempat pariwisata, justru lebih merosot lagi dibandingkan yang berada di perkotaan. Yakni berada pada kisaran 20-30 persen selama bulan Ramadan.
Â
Achmad menjelaskan, biasanya pengusaha hotel punya kiat tersendiri agar roda bisnis tetap bisa bertaham. Mereka akan melakukan berbagai langkah atau cara untuk menarik konsumen.
Â
“Seperti akan memberikan paket promo khusus, mungkin diturunkan sampai 50 persen dari harga normal per malamnya,” jelasnya. Bahkan tak jarang menawarkan paket menginap berikut sahur atau berbuka puasa.
Â
Biasanya selama Ramadan, paket tersebut akan jauh lebih murah dari hari biasa atau sebelum Ramadan tiba. Namun, untuk kunjungan ke restoran dan rumah makan tak begitu berpengaruh penurunan kunjungannya.
Â
Achmad tambahkan, para pengelola rumah makan hanya dibatasi waktu operasional dan tidak semua warga menunaikan ibadah puasa. ** Baca juga: Buruh PT Jaba Garmendo Tuntut Tunggakan Gaji
Â
“Restoran masih aman. Penurunan okupansi hanya 10-15 persen dari hari biasa, ” ujarnya.(yud)