Kabar6-Ketua Pimpinan Anak Cabang PAC Partai Gerindra Tasikin Doni Prastianto meninggal setelah dirawat di RSU Anisa, Mei 2019 lalu.
Kematian pengurus parpol ini diduga kuat imbas dari pemukulan yang dilakukan oleh Ketua Dewan Pengurus Cabang DPC Kabupaten Tangerang RGS.
Informasi yang dihimpun wartawan, peristiwa pemukulan tersebut terjadi pada 18 April 2019 malam.
Saat itu Doni selaku ketua PAC menjalankan tugas untuk mengumpulkan form C1 dari tempat pemungutan suara TPS pada Pemilihan Presiden Pilpres dan Pemilihan Legislatif Pileg 2019.
Namun karena terjadi salah komunikasi, korban membawa berkas form C1 ke kantor DPC. Setelah itu, korban dipanggil oleh RGS untuk datang ke rumah pelaku untuk menyerahkan form C1 tersebut.
“Korban sempat menceritakan masalah ini ke saya dan temen-temen PAC lainnya. Bahkan masalah ini sudah pernah di bahas di DPC,” ujar salah satu sumber yang enggan disebutkan namanya kepada wartawan.
Ia melanjutkan, sedatangnya ke rumah pelaku, korban dimarahi dan dipukul serta dicekik hingga terjatuh. Korban yang merasa tak bersalah, tidak melakukan perlawanan. Bahkan pasca kejadian korban juga enggan melapor kepada pihak berwajib dengan alasan keamanan keluarga.
“Beberapa warga baik dari pengurus PAC maupun dari warga lainnya sempat mengajak korban untuk melapor. Tapi yang bersangkutan tidak berani,” tuturnya.
Warga lainnya Cahyo mengungkapkan, dirinya baru mengetahui adanya kejadian itu setelah korban dirawat di RS Anisa Kota Tangerang.
Korban dibawa ke RS pada Sabtu (11/5/2019), dua pekan setelah kejadian. Bahkan, saat dirinya menjenguk korban di rumah sakit, korban sudah dalam kondisi koma.
Menurut penuturan istri korban, penyakit yang diderita Doni cukup aneh. Sakit lambung, tapi sempat mengeluarkan nanah hingga satu liter lebih. Padahal menurut keterangan istri korban, Doni tidak punya riwayat penyakit lambung.
“Berdasarkan keterangan rekan-rekan korban, Doni memang dipukuli oleh ketua DPC Partai Gerindra di rumah pelaku. Saya sempat mengajak keluarga korban untuk melapor ke polisi, tapi keluarganya takut. Keluarga hanya berharap pelaku meminta maaf secara langsung,” tuturnya.
Cahyo menjelaskan, sesuai keterangan dari istri korban, setelah terjadi pemukulan, doni sering mengeluh sakit. Padahal menutur keterangan dokter, semua organ tubuh seperti ginjal dan jantung tidak ada masalah. Hanya saja lambung korban bocor dan gas yang dihasilkan dari lambung tersebut menyebar ke seluruh organ tubuh sehingga sesak napas.
“Kejadian itu diceritakan semuanya baik ke orang-orang terdekat maupun ke ketua RT yang ada di peruhamah tempat korban tinggal. Tapi korban tidak mau melapor,” paparnya.
**Baca juga: Pemkab Tangerang Gelar Bursa Pertukaran Inovasi Desa.
Dihubungi terpisah, Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Tangerang Rijcki Gilang Sumantri membantah terkait kasus dugaan pemukulan itu.
Menurutnya, itu berita hoak dan ingin menjatuhkan dirinya secara politik. Bahkan dirinya menantang semua saksi untuk melaporkan kasus ini ke pihak yang berwajib.
“Itu berita hoak, ada yang ingin menjatuhkan saya secara politik. Kalau ada saksi, ya sudah lapor saja ke polres, nanti saya tangkap dia. Saya tangkap dia nanti, lapor aja semuanya,” ujarnya melalui sambungan telepon selularnya.
Gilang menambahkan, hasil dari rumah sakit itu korban didiagnosa mengidap penyakit lambung, bukan karena pemukulan. Kalau terkait luka lebam pada korban, harusnya ada laporan ke polres. “Inikan tidak ada laporan atau BAP,” tandasnya.(N2P)