oleh

Garam Membuat Tubuh Terhidrasi & Berenergi?

image_pdfimage_print
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Selama ini mungkin Anda sering mendengar bahwa makanan asin akan membuat haus atau dehidrasi. Namun sebuah penelitian mengungkapkan hal sebaliknya, garam justru akan membuat tubuh terhidrasi dan berenergi.

Sekelompok peneliti internasional, dilansir tempo.co, melakukan tes atas teori tersebut dengan cara memonitor asupan garam dan kadar hidrasi para kosmonot selama perjalanan mereka ke Mars. Hasilnya, ungkapan bahwa garam akan membuat haus sama sekali tidak benar.

Para peneliti mendapatkan fakta, makanan asin tidak membuat haus dan para kosmonot lebih terhidrasi dan berenergi. Disebutkan, keptusan untuk mengetes teori tersebut di kalangan antariksawan menghasilkan dua manfaat, yaitu:

1. Hidrasi adalah faktor penting yang harus dijaga selama perjalanan panjang di antariksa, di mana jumlah makanan dan minuman terbatas. Agar pengaturan stok makanan mereka lebih efektif dan para astronot itu tetap sehat, tim perjalanan ruang angkasa harus menghitung dengan teliti hubungan antara garam dan asupan cairan.

2. Teori para peneliti itu menawarkan kontrol lingkungan yang sempurna. Setiap aspek dari nutrisi seseorang, konsumsi air, dan asupan garam harus terkendali dan diukur selama simulasi. Subyek penelitian adalah dua kelompok yang terdiri dari 10 relawan pria yang dimasukkan ke dalam pesawat ruang angkasa tiruan untuk dua penerbangan simulasi ke Mars.

Kelompok pertama diteliti selama 105 hari dan kelompok kedua selama 205 hari. Diet mereka sama. Kecuali pada periode beberapa minggu terakhir mereka diberi makanan dengan tiga kadar garam berbeda. Hasilnya, konsumsi lebih banyak garam menyebabkan lebih banyak kandungan garam di air seni dan jumlah urine yang lebih banyak.

Meningkatnya jumlah urine bukan karena mimun lebih banyak. Makanan asin telah membuat para relawan hanya minum sedikit. Garam telah memicu mekanisme penyimpanan air di ginjal.

Sebelum penelitian, sudah ada hipotesa kandungan sodium dan ion klorida pada garam menyerap ke dalam molekul air dan mengirimnya ke urine. Namun hasil penelitian mengatakan lain, yakni garam tetap berada di urine dan air kembali ke dalam ginjal dan tubuh.

Hasil tersebut sempat membingungkan peneliti Profesor jens Titze dan koleganya. Namun setelah melakukan percobaan pada tikus, mereka mendapatkan jawaban. Kadar garam yang tinggi tak membuat mahluk pengerat itu haus, tapi justru lebih lapar. Rasa lapar itu pula yang diungkapkan para relawan penelitian.

Titze mengakui timnya tidak mengaitkan penelitian dengan tekanan darah dan aspek-aspek lain dari sistem kardiovaskular. Demikian dilansir Daily Mail.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email