oleh

Camat Setu: Saya Indonesia, Saya Pancasila

image_pdfimage_print
Camat Setu, Wahyudi Leksono, bertugas sebagai pembina upacara.(yud)

Kabar6-Puluhan orang dari berbagai elemen masyarakat di Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengikuti upacara bertepatan dengan peringatan Hari Lahir Pancasila.

Prosesi upacara tetap berlangsung khidmat meski mayoritas peserta sedang menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan 1438 Hijriah.

Prosesi peringatan Hari Lahir Pancasila ini diawali dengan laporan Pemimpin Upacara, Deden Umaidi, kepada Camat Setu, Wahyudi Leksono, yang bertindak sebagai pembina upacara Hari Lahir Pancasila. Upacara diselenggarakan di lapangan kantor Kecamatan Setu, Jalan Pahlawan Serebu.

Kegiatan upacara tanpa dilakukan pengibaran bendera Merah Putih. Petugas upacara membacakan teks Undang-undang Dasar 1945 oleh Muhammad Ali, dan Giri Kurniawan menyampaikan pembacaan surat keputusan dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Wahyudi dalam sambutannya menyampaikan pidato Presiden Jokowi. Ia bacakan, Pancasila merupakan hasil hasil dari satu kesatuan proses yang dmulai dengan rumusan Pancasila 1 Juni 1945 yang dipidatokan Ir.Soekarno. Piagam Jakarta, 22 Juni 1945, dan rumusan final Pancasila 18 Agustus 1945.

Kasie Umpeg Kecamatan Setu, Deden Umaidi bertugas sebagai pemimpin upacara.(yud)

“Adalah jiwa besar para founding father, para ulama dan pejuang kemerdekaan dari seluruh pelosok nusantara sehingga kita bisa membangun kesepakatan bangsa yang mempersatukan kita. Kita Indonesia, Kita Pancasila,” katanya dengan yel-yel semangat yang diikuti seluruh peserta upacara, Kamis (1/6/2017).

Menurutnya, kita perlu belajar dari pengalaman buruk bangsa lain yang dihantui radikalisme, konflik sosial, terorisme dan perang saudara. Dengan Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, kita bisa terhindar dari masalah tersebut.

Kita bisa hidup rukun dan bergotong royong untuk memajukan negeri. Dengan Pancasila Indonesia adalah harapan dan rujukan masyarakat.

“Kehidupan berbangsa dan bernegara kita sedang mengalami tantangan. Kebhinekaan kita sedang diuji. Saat ini ada sikap tidak toleran yan mengusung ideologi selain Pancasila. Masalah ini semakin mencemaskan takkala diperparah oleh penyalahgunaan media sosial yang banyak menggaungkan hoax alias kabar bohong,” tegas Wahyudi.

Wahyudi melanjutkan, tidak ada pilihan lain kecuali kita bahu-membahu menggapai cita-cita bangsa sesuai dengan Pancasila. Tidak ada pilihan lain kecuali seluruh anak bangsa harus menyatukan hati, pikiran dan tenaga untuk persatuan dan persaudaraan.

ASN Kecamatan Setu ikuti upacara peringatan Hari Lahir Pancasila.(yud)

“Tidak ada lagi pilihan lain kecuali kita harus kembali ke jati diri sebagai bangsa yang santun, berjiwa gotong-royong dan toleran. Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus menjadikan Indonesia bangsa yang adil, makmur dan bermartabat di mata internasional,” ujarnya.

Namun demikian, terang Wahyudi, kita juga harus waspada segala bentuk pemahaman dan gerakan yang tidak sejalan dengan Pancasila. Pemerintah pasti bertindak tegas terhadap organisasi-organisasi dan gerakan-gerakan yang anti-Pancasila, anti-UUD 1945, anti-NKRI, anti Bhineka Tunggal Ika.

“Pemerintah pasti bertindak tegas jika masih terdapat paham dan gerakan komunisme yang jelas-jelas sudah dilarang di bumi Indonesia,” terangnya. Sekali lagi, jaga perdamaian, persatuan dan persaudaraan di antara kita. Mari kita saling bersikap santun, menghormati, toleran dan saling bahu-membahu bergotong-royong demi kemajuan Indonesia.(adv)

Print Friendly, PDF & Email