Kabar6 – Dalam rangka memperingati bulan kesadaran kanker payudara pada bulan Oktober Tahun 2024, Dr. dr Farida Briani Sobri, Sp.B.Subp.Onk, Dokter Spesialis Tumor Konsultan Onkologi MMC Hospital, istri Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah menjadi narasumber Mini Talkshow ‘Say Yes to Medis’ di Jakarta, Minggu (27/10/2024) lalu.
Talkshow ini dipandu oleh artis dan influencer Syahnaz Haque, hasil kerjasama Yayasan Smart Pink Indonesia bersama dengan Rumah Sakit (RS) Metropolitan Medical Centre.
Mini Talkshow ‘Say Yes to Medis’ tersebut merupakan rangkaian acara OCTOBREAST FUN FAIR 2024, selain Kegiatan Jalan Sehat, Senam Bersama dan Suvivor Warrior Gathering.\
**Baca Juga: Apel Hari Sumpah Pemuda di Kecamatan Teluknaga, Ketua KNPI Ikut Meresmikan Pojok Kuliner UMKM
Dr. dr Farida Briani Sobri, Sp.B.Subp.Onk mengatakan, pentingnya masyarakat diberikan kesadaran mengenai deteksi secara dini kanker payudara terhadap anak perempuan yang sudah mulai beranjak dewasa.
Hal ini agar apabila anak perempuan yang memiliki resiko tinggi kanker payudara dapat diobati sejak awal. Sehingga dapat menekan angka resiko kematian dari kanker payudara, karena pengobatan dilakukan berpusat pada pasien, bukan pada dokter.
“Jadi ibu-ibu yang punya anak perempuan yang sudah akil baligh, mulai diperiksakan ke dokter, tidak harus menunggu sampai umur 25 tahun. Saran saya segera diperiksakan kilinis, apalagi yang punya resiko tinggi,” kata dr Farida Briani Sobri.
Setelah pada usia 30 tahun dilakukan pemerikasan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan pemeriksaan USG, serta pada usia 40 tahun dilakukan pemeriksaan Mamografi.
“Dan ibu-ibu juga tidak perlu takut diperiksa, kalau ada benjolan, belum tentu itu tumor. Tapi kalau memang benar kanker sampai stadium IV, bisa dikemoterapi atau dioperasi,” kata Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Dr Farida berharap para penyintas kanker payudara tetap semangat, dan tidak perlu takut pada kematian, karena kematian adalah takdir Tuhan.
“Saya pernah punya pasien, pertama kasih diperiksa diantarkan suaminya divonis stadium IV, Besok-besoknya ibu ini datang sendiri, malahan suaminya yang meninggal dunia, sampai sekarang ini ibu masih hidup. Artinya hidup dan mati ini, adalah rahasia Allah SWT,” ujarnya.
Dokter Spesialis Tumor Konsultan Onkologi RS MMC ini menegaskan, penyintas kanker payudara bisa disembuhkan, apabila dilakukan dilakukan operasi payudara, tidak menghilangkan keindahan dari payudara itu sendiri.
“Kita berharap para penyintas kanker payudara bisa ikut serta pemeriksaan sejak awal ke dokter agar diketahui secara dini. Kalau penyintas yang kasih tahu bisa diterima mereka yang mengalami, tapi kalau dokter terkandang ada anggapan dokter cari pasien, itu tidak benar,” katanya.
Dr Farida meminta agar pemeriksaan kanker payudara dilakukan di rumah sakit, bukan diklinik-klinik, karena sering kali melakukan praktik tidak benar, yang merugikan pasien.
“Berapa tahun belakangan ini, banyak kinik-klinik yang menamakan klinik kanker, tapi pengobatan alternatif dengan obat herbal dengan embel-embel jangan takut, ini bukan dikemoterapi menakutkan seperti medis. Ini banyak ribut, karena mereka meniru-niru. Ini PR bersama kita, rumah sakit, dokter dan penyintas,” pungksnya.
Seperti diketahui, Dr. dr Farida Briani Sobri, Sp.B.Subp.Onk adalah sosok dokter dibalik pembuatan website dan aplikasi MammaSIP untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker payudara.
Materi-materi edukasi dalam website dan aplikasi ini disusun berdasarkan penelitian dan referensi-referensi ilmiah serta melibatkan pakar-pakar di bidang masing-masing.
MammaSIP jadi sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang penanganan kanker payudara.
“Jadi, intinya MammaSIP itu, kita mau bilang sama masyarakat, ‘Hei, kalian tuh punya hak untuk tahu kalau kalian punya problem yang berhubungan dengan breast, dengan payudara, ini lho step by step yang harusnya kalian lalui dan kalau kalian tidak mendapatkan hal itu, jangan takut untuk diskusi karena itu hak pasien,” kata dia.
**Baca Juga: Datang ke Mauk, Maesyal Rasyid Tekankan Pentingnya Kesejahteraan Nelayan
Dia mengatakan, dahulu dokter dianggap seperti dewa. Pasien sering kali menyerahkan semua keputusan medis tanpa banyak bertanya. Namun, kini pasien harus lebih terlibat dan paham dengan pengobatan mereka, termasuk kanker payudara.
“Kenapa kita gak coba main dari bawah? Jadi justru kita ngasih tahu ke masyarakat, ini lho yang benar tuh caranya begini sehingga sekarang ini di kedokteran ada yang namanya patient-centered era. Jadi era patient-centered itu pengobatan harus berpusat di pasien,” ujar dr Farida. (Red)