oleh

Artistik Rumah Blandongan Tangsel Butuh Sentuhan

image_pdfimage_print
Miniatur Rumah Blandongan.(yud)

Kabar6-‎Rumah Blandongan identik dengan kultur budaya betawi. Termasuk bagi wilayah di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), yang mayoritas warga asli sekitar berasal dari etnis betawi.

Atas dasar itulah, kini rumah blandongan menjadi ikon dalam logo resmi bagi kota termuda di Provinsi Banten ini.

Bangunan sederhana rumah blandongan, dianggap begitu sarat dengan nilai artistik. Kini, wujudnya telah diterjemahkan oleh seniman lewat model miniatur.

Salah satu seniman betawi adalah Abdul Karim (40), ‎warga Jalan H Sarmili Nomor 1 RT 004 RW 02, Kelurahan Jurangmangu Timur, Kecamatan Pondok Aren.

“Kami mulai aktif bikin miniatur blandongan rumah betawi pada bulan Juni kemarin,” katanya saat dihubungi kabar6.com, Rabu (28/9/2016).

Karim jelaskan, awal dirinya membuat miniatur rumah blandongan ‎terinspirasi dari logo Kota Tangsel dan masyarakat asli yang notabene adalah betawi.

Namun, ia mulai gundah lantaran di tengah arus modernisasi serta urbanisasi seni dan budaya betawi mulai tergerus.

Ia tak ingin kekhawatirannya itu terjadi. Makanya, Karim bilang, lewat hasil karya seni yang ditumpahkan ke bentuk miniatur blandongan dirinya ingin terus melestarikan budaya betawi.

Meski tergolong baru, lanjutnya, kini Karim telah mampu menghasilkan sedikitnya delapan miniatur rumah blandongan. Ukurannya pun ber‎variatif, tanpa mengesampingkan nilai artistiknya.

“‎Kalau bukan kita yang melestarikan terus siapa lagi?. Ane (saya) terpanggil buat ngejaga kekayaan seni dan budaya betawi,” jelas ayah dua anak ini.

Karim memaparkan, miniatur rumah blandongan yang telah rampung dibuat antara lain diameter 1X1 meter, hingga terkecil ‎seukuran kertas A4.

Bahan dasar rumah blandongan digunakan untuk miniatur besar dari bambu, jati belanda dan triplek.

‎Setiap unit miniatur rumah blandongan yang dibuatnya butuh waktu cukup lama. Karim bilang, untuk pekerjaan bikin ukuran besar bisa menyita waktu hingga dua pekan. Sedangkan ukuran kecil sampai sekitar sepekan.

Karim mengakui, bila hal yang paling sulit dalam pekerjaan membuat miniatur rumah blandongan adalah membuat gigi balangnya.

Apalagi rumah blandongan yang kecil karena ukuran gigi balang harus disesuaikan dengan ukuran miniatur.

“Dan yang ukuran kecil dari bahan triplek sama kertas bot. Untuk harga sampai saat ini belum kami pasarkan walau sudah banyak yang pesan,” terang Karim.

‎Ia juga tak menampik bilang sampai sekarang hasil karya miniatur rumah blandongan yang dibuat belum mengantongi hak paten.

Karim bilang, pernah melayangkan surat audiensi ke Komisi II Bidang Ekonomi dan Kesra DPRD Kota Tangsel. Tapi hingga kini tak kunjung ada jawaban.**Baca juga: Pembongkaran “Gedung Hantu” di Bintaro Ditunda Lagi.

Karim juga berangan-angan bila hasil karya miniatur rumah blandongan buatannya telah resmi terdaftar dalam Hak Karya Intelektual‎ (HAKI). Lagi-lagi ia terganjal oleh keterbatasan anggaran.**Baca juga: Ada Warga Somasi, Begini Sikap Operator Parkir di Tangsel.

Sebab, untuk memproduksi miniatur rumah blandongan dalam jumlah banyak butuh modal besar.**Baca juga: Jambret Mahasiswi, Pemuda Ini Ditangkap Polisi Tangerang.

“Tapi Insya Allah akan kami patenkan.‎ Miniatur yg kami buat diupayakan mirip blandongan atau rumah betawi aslinya,” tutup Karim.(yud)

Print Friendly, PDF & Email