oleh

Debat Perdana Pilkada Banten, Kedua Cawagub Keliru Sikapi Kekerasan Seksual Terhadap Anak

image_pdfimage_print

Kabar6 – Debat kandidat perdana pasangan calon di Pilgub Banten 2024 pada Rabu malam kemarin menyinggung soal tingginya angka kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak. Kedua calon wakil gubernur dianggap belum pahami regulasi yang berlaku.

Demikian diungkapkan dosen Hukum Perlindungan Perempuan dan Anak Fakultas Hukum Universitas Pamulang, Halimah Humayrah Tuanaya lewat keterangan tertulis yang diterima kabar6.com dikutip Jum’at (17/10/2024).

Ade Sumardi, calon wakil gubernur Banten nomor urut 1 bertanya perihal mengatasi tingginya pelecehan seksual yang dialami perempuan dan anak. “Ini adalah hal yang sangat memprihatinkan, maka untuk itu pertanyaan saya adalah bagaimana cara mengatasi masalah ini dan bagaimana kepada seorang pelakunya agar dia mendapatkan efek jera?,” tanya Ade kepada cawagub Banten nomor urut 2, Dimyati Natakusumah.

**Baca Juga: Dewa 19 Meriahkan Konser Banten Maju , Andra Soni Singgung Praktek Pungli dan Korupsi

“Sepintas pernyataan Ade ini tidak ada masalah. Tapi dari pernyataan itu terlihat, sesungguhnya Ade ini tidak paham juga bagaimana merespon tingginya angka kekerasan seksual,” kata Halimah.

Ketidakpahaman ini terlihat dari pernyataan Ade soal bagaimana agar pelaku kekerasan seksual mendapatkan efek jera. Padahal dalam Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) berorientasi pada pemulihan korban bukan fokusnya pada tindakan penjeraan pelaku.

“Jadi jelas, Ade ini tidak paham, hanya melempar pertanyaan saja kepada Dimyati sebagai lawan debatnya,” terang Halimah, akademisi yang terlibat dalam perumusan UU TPKS tersebut.

Menurutnya, Dimyati nampak lebih parah ketidakpahamannya. “Bahkan terkesan Dimyati ini patriarki,” tegas Halimah. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti.

Dimyati semula menyebutkan bahwa “Rasulullah juga mengatakan bahwa yang memuliakan wanita dia akan mendapatkan kemuliaan”. Tetapi Dimyati ini kemudian menyebutkan ”karena itu wanita itu jangan terlalu dikasih beban berat, apalagi jadi gubernur itu berat lho, luar biasa. Maka oleh sebab itu, laki-lakilah harus membantu memaksimalkan bagaimana Banten”.

“Pendapat yang Dimyati sampaikan, menurut saya bukan tujuannya memuliakan perempuan tetapi meremehkan perempuan, menganggap perempuan tidak memiliki kemampuan kepemimpinan seperti laki-laki,” tegas Halimah.

Jadi yang ada dipikiran Dimyati sebenarnya menganggap perempuan tidak mampu memimpin. Tetapi berlindung pada memuliakan perempuan. Halimah bilang ini berbahaya.

Dimyati juga menyatakan, coba saudara baca Qur’an Surat Al-Baqarah “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” Ayat itu sudah jelas, bahwasanya khalifah berarti setiap manusia berhak menjadi pemimpin tanpa membedakan jenis kelamin.
Dimyati cobalah membaca sejarah, betapa banyaknya perempuan yang berjasa pada peradaban dunia.

Khadijah isteri Nabi Muhammad, sebelum menikah merupakan seorang tokoh penting, dan saudagar yang sukses. Khadijah memainkan peran sentral dalam mendukung dan menyebarkan ajaran Islam. Nusaiba binti Ka’ab al-Anshariyyah atau yang dikenal sebagai Umm ‘Ammara pernah mengambil bagian dalam pertempuran Uhud, membawa pedang dan perisai melawan musuh-musuh Islam.

Halimah menyebutkan, dalam konteks Indonesia ada Malahayati dari Aceh, salah satu perempuan paling signifikan dalam sejarah modern awal Asia Tenggara. Malahayati merupakan seorang tokoh militer dan politik terkemuka di Kesultanan Aceh selama abad ke-16.

**Baca Juga: Debat Pilgub Banten, LBH Pijar Harapan Rakyat: Solusi Berkeadilan atau Sekedar Retorika

Dia adalah seorang laksamana terkenal dan memimpin sebuah armada yang sebagian besarnya terdiri dari janda-janda perang Aceh. Malahayati merupakan pemimpin awal perlawanan terhadap kolonialisme Belanda di Asia Tenggara.

Salah satu kemenangan terpenting Malahayati adalah kekalahan komandan angkatan laut Belanda Cornelis de Houtman pada tahun 1599. Bangsa kita juga pernah dipimpin Presiden perempuan Megawati Soekarnoputri.

“Jika semua dikemukakan, amat sangat banyak perempuan-perempuan yang telah berjasa, dan sukses dalam kepemipinannya. Dimyati, bacalah sejarah. Dan kedua pasangan calon agar memahami persoalan kesetaraan gender,” papar Halimah. (Yud)