oleh

Imlek Tiba, Begini Sejarah Nian Gao Menunggu Cap Go Meh

image_pdfimage_print
Nian Gao atau Kue Keranjang.(mujeeb)

Kabar6-Perayaan imlek dengan kue keranjanga sudah menjadi tradisi warga Tiongkok. Kue ini bukan hanya dijadikan sebagai makanan hidangan Imlek, tapi juga untuk persembahan kepada para dewa dan leluhur yang turun pada hari raya imlek.

Ya, kue yang memiliki nama lain Nian Gao ini, berbentuk bulat dengan cita rasa manis.  Bahkan, kue dengan bahan baku tepung ketan dan gula ini diyakini dapat menarik para dewa untuk turun di hari raya imlek.

Dan, para etnis keturunan Tionghoa juga percaya, dengan turunnya dewa-dewa langit akan membawa keberkahan bagi seluruh umat manusia.

Bagi warga keturunan Tionghoa, persembahan kue keranjang merupakan wujud penghargaan kepada leluhur. Mereka percaya, para dewa yang turun nantinya akan membawa laporan baik selama tutup buku pergantian tahun.

Liung Go, salah seorang warga keturunan Tionghoa di Kelurahan Bencongan, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, mengakui bila kue keranjang ini memang identik dalam perayaan pergantian tahun baru Cina.

“Bagi kami, leluhur adalah pendahulu yang wajib diberikan penghargaan agar mendapatkan keberkahan. Untuk keluarga dan juga bagi siapa saja yang mempercayainya,” jelasnya.

Liung Go mengungkapkan, kue keranjang adalah makanan yang wajib hadir pada setiap tahun baru imlek tersebut.

Konon, kue yang diambil dari nama cetakannya ini dibuat pada saat etnik Tionghua dalam masa terpuruk. Dimana saat itu warga Tionghoa yang ada di nuasantara mengalamai kekeringan.

Hingga akhirnya, mereka memilih untuk hijrah ke daerah lainnya. Saat itulah mereka mulai memikirkan bagaimana caranya membawa bekal makanan yang tahan dengan waktu yang cukup lama dan membuat perut terasa kenyang. **Baca juga: Begini Sejarah Klenteng Berumur 305 Tahun di Tangsel.

“Dalam perjalanannya itulah mereka menemukan tanaman beras ketan. Kemudian beras tersebut mereka hancurkan hingga halus dengan menggunakan bambu. Bambu itu juga yang mereka anyam untuk dijadikan keranjang tempat memuat makanan tersebut. Makanya hingga sekarang dikenalnya kue keranjang,” tukasnya. **Baca juga: Imlek 2016, Pengurus Vihara di Tigaraksa Imbau Ummat Kerja Lebih Keras.

Sebagai rasa syukur terhadap leluhur, biasanya kue-kue yang dipersembahkan kepada dewa tersebut tidak akan dimakan sampai pada perayaan Cap Go Meh atau malam ke lima belas hari setelah imlek. **Baca juga: Libur Imlek, Penumpang di Bandara Soetta Naik 22 Persen.

“Setelah Cap Go Meh baru lah kita semua bisa memakannya,” tuntas pria yang memiliki nama lain Gunawan.(mujeeb)

Print Friendly, PDF & Email