Beban Pencakar Langit, Peneliti AS Peringatkan Kota New York Terancam Tenggelam

Kabar6-Beratnya beban gedung pencakar langit yang harus ditanggung New York, Amerika Serikat (AS), membuat para peneliti memberikan peringatan bahwa kota metropolitan itu terancam tenggelam.

Di sisi lain, ada alasan lain mengapa kota itu bakal tenggelam, salah satunya karena Bumi terus bergeser setelah akhir zaman es terakhir lebih dari 10 ribu tahun lalu.

Para peneliti, melansir Sputniknews, memperkirakan risiko banjir yang mungkin bisa terjadi di daerah ini di masa depan akibat perubahan iklim. Ditekankan, permukaan laut sepanjang Pantai Atlantik Amerika Utara diperkirakan naik tiga sampai empat kali lebih cepat dari rata-rata global.

“Naiknya permukaan laut akhirnya akan menimbulkan tantangan genangan di New York dan secara global,” kata Tom Parsons, ketua tim penulis studi dan ahli geofisika US Geological Survey. ** Baca juga: Bocah 12 Tahun Jadi Lulusan Termuda Perguruan Tinggi AS dengan 5 Gelar

Data GPS, menunjukkan daerah Manhattan yang lebih rendah tenggelam, menyusut sekira 2,1 mm per tahun, dan pemicunya bisa jadi alamiah, selama masa-masa terdingin zaman es terakhir, lapisan es raksasa menutupi sebagian besar planet ini. Hal ini menyebabkan tanah tepat di bawah lapisan es tenggelam, yang pada gilirannya membuat tepi daratan miring ke atas.

Setelah lapisan es ini mencair, daerah yang terdorong ke atas sekarang tenggelam, yang menurut penelitian sebelumnya dapat mengakibatkan penurunan muka tanah sebanyak 48-150 cm di sepanjang Pantai Timur pada 2100.

Selain karena sebab alamiah, Parsons dan rekan-rekannya ingin mengeksplorasi dampak dari gedung atau bangunan terhadap penurunan muka tanah. Ilmuwan memperkirakan bobot 1.084.954 bangunan di lima kawasan New York sama dengan 762 miliar kilogram yang tersebar di wilayah seluas 778 kilometer persegi.

Selanjut peneliti mengembangkan model komputer untuk melihat bagaimana semua bobot itu dapat menyebabkan tenggelam pada berbagai kondisi tanah. Data satelit mengungkapkan, rata-rata penurunan muka tanah sekira 1-2 mm per tahun di seluruh kota. Ini konsisten dengan data pemodelan komputer yang menyatakan kota itu bisa tenggelam karena pergeseran alami Bumi setelah zaman es terakhir.

Peneliti juga menemukan beberapa wilayah kota menampilkan angka penurunan muka tanah lebih cepat, kemungkinan karena bobot bangunan, walaupun peneliti juga memperingatkan mungkin ada penyebab lainnya.

Parsons menekankan, New York rata-rata hanya tenggelam dalam jumlah kecil per tahun. “Namun, kenaikan permukaan laut di New York sekira 1 hingga 2 milimeter per tahun, jadi setiap milimeter penurunan muka tanah setara dengan pergerakan satu tahun ke depan terkait dengan kenaikan permukaan laut,” jelas Parsons.(ilj/bbs)




Siapa Sangka, Gendongan Bayi Sudah Digunakan Sejak Zaman Es Terakhir

Kabar6-Dengan menggunakan teknologi tinggi, im ilmuwan dari Université de Montréal meneliti tulang belulang bayi perempuan berusia 10 ribu tahun. Tak hanya menemukan tanda-tanda ritual pemakaman pada kerangka bayi itu, mereka juga mengungkap gendongan bayi yang digunakan di akhir Zaman Es terakhir.

Kerangka bayi yang disebut Neve itu, melansir Ancientorigins, ditemukan pada situs gua Arma Veirana, Liguria, Italia barat laut. Neve dikubur bersama 70 butir manik-manik dan cangkang kerang, empat liontin, dan empat kuku burung hantu elang. Temuan benda-benda di pemakaman ini menandakan bayi tadi diperlakukan dengan sangat hati-hati setelah meninggal atau saat pemakaman.

Tim ilmuwan mengamati kerangka bayi tersebut dan manik-manik di dalam makamnya. Berdasarkan hasil CT-scan manik-manik tersebut, tim menyimpulkan ‘gendongan bayi’ tersebut digunakan pada Zaman Es akhir.

Dalam penelitian terbaru, Profesor Claudine Gravel-Miguel menjelaskan bagaimana tim menciptakan model fotogrametri 3D definisi tinggi dari situs pemakaman bayi di Gua Arma Veirana di Italia.

Pemindaian MicroCT dari 70 lebih manik-manik dan cangkang kerang mengungkapkan cangkang kerang berlubang, dan empat liontin bivalvia berlubang besar dijahit ke semacam kulit atau kain dan digunakan untuk membungkus Neve saat dikubur.

Analisis lebih jauh terhadap manik-manik itu menunjukkan sebagian besar manik-manik itu sering digunakan saat Neve masih hidup. ** Baca juga: Ilmuwan Tunjukkan Bukti Nenek Moyang Orang Amerika Berasal dari Tiongkok

Pengamatan terakhir menunjukkan, orang lain di komunitas tersebut telah memakai manik-manik dan cangkang kerang itu sebelum digunakan untuk membungkus Neve saat dimakamkan. Para peneliti menyimpulkan, manik-manik dan liontin ‘kemungkinan besar menghiasi gendongan Neve, yang dikuburkan bersamanya’.

Kain atau kulit itu sudah lama rusak dan hanya menyisakan manik-manik dan kulit kerang sebagai bukti gendongan bayi kuno. Para ilmuwan berspekulasi, mungkin manik-manik itu dianggap sebagai semacam jimat magis, mungkin dianggap bisa melindungi pemakainya dari ‘kekuatan jahat jahat’. (ilj/bbs)




Dalam Mumi Bayi Kuda Berusia 42 Ribu Tahun Ada Darah Cair

Kabar6-Para ilmuwan dari Siberia mengatakan bahwa mereka berhasil mengekstrak darah cair dari mumi bayi kuda yang telah berusia 42 ribu tahun. Agustus tahun lalu, jasad anak kuda jantan ditemukan di kawah Batagaika, Yakutia, Rusia Utara, dalam kondisi hampir sempurna.

Jasad tersebut, melansir nationalgeographic, diduga sebagai spesies kuda Lenskaya yang sudah lama punah dan pernah berkeliaran di Yakutia pada Zaman Paleolitik. Kemungkinan hewan tadi mati saat berusia satu atau dua minggu dan bertahan dengan kondisi terawetkan karena wilayah Yakutia sangat dingin. Hal yang lebih menakjubkan, tahun ini para peneliti dari Mammoth Museum berhasil mengungkap ‘bagian dalam’ anak kuda yang masih dalam kondisi baik.

Mereka menemukan sampel darah cair di pembuluh jantungnya, yang kemudian mendapat julukan ‘darah tertua di dunia’.

“Hasil autopsi menunjukkan organ internal yang terawetkan dengan indah. Sampel darah cairnya diambil dari jantung. Jaringan otot mempertahankan warna kemerahan alami mereka,” jelas Dr Semyon Grigoryev, kepala Mammoth Museum. ** Baca juga: Nyawa Nyaris Melayang Gara-gara Tahan Bersin

Ditambahkan, “Kami menyatakan bahwa ini merupakan hewan dari Zaman Es yang terawetkan paling baik yang pernah ditemukan di dunia.”. Saat ini, para peneliti berharap dapat mengumpulkan sel-sel dari anak kuda yang layak untuk mengkloning spesies.(ilj/bbs)