1

PSBB Transisi, Wisatawan Pantai Anyer Acuhkan Protokol Kesehatan

Kabar6.com

Kabar6-Kawasan wisata Pantai Anyer hingga Carita selalu menjadi primadona warga untuk berwisata dan melepas penat. Terutama saat era new normal di tengah pandemi Covid-19 saat ini, saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi mulai dilonggarkan.

Masyarakat mulai beramai-ramai menikmati masa liburnya. Seperti yang terpantau di Pantai Sambolo, Anyer, Kabupaten Serang. Keramaian dimulai sejak Idul Adha kemarin, Jumat 31 Juli 2020 kemarin.

“Dari mulai hari raya sudah agak lebih (ramai) dibandingkan biasanya, apalagi sebelum puasa itu kan ada corona. Mungkin karena orang-orangnya sudah enggak kuat menahan lagi kali, pingin liburan,” kata petugas Pantai Sambolo, Ahmad Rifandi ditemui di pos jaganya, Sabtu (01/08/2020).

Rifandi memperkirakan wisatawan yang datang ke Pantai Sambolo, sekitar 500 orang. Pihaknya juga mengklaim selalu mengingatkan pengunjung agar patuh terhadap protokol kesehatan, meski ada saja yang tak memakai masker.

Dibagian pintu masuk, terdapat tempat cuci tangan bagi pengunjung. Namun pengelola Pantai Sambolo memang tidak melakukan pemeriksaan suhu tubuh bagi wisatawan.

“Jadi sekarang sudah ada peningkatan. Yang jualan sudah bisa jualan, mulai ramai sebelum Dzuhur lah. Wisatawan dihimbau (pakai.masker), kalau kejangkau (harganya) juga kita pakai thermogan,” terangnya.

Pegawai Pantai Sambolo mengingatkan wisatawan agar memakai masker dan menjaga jarak. Namun usai diingatkan, mereka melepasnya, seperti yang dilakukan oleh Ibu Nenih (56), wisatawan asal Cikande Asem, Kabupaten Serang, yang berlibur bersama anak dan menantunya.

Mereka tidak menggunakan masker saat berada dilokasi wisata. Sebelum datang ke Pantai Sambolo, mereka terlebih dahulu wisata ziarah ke Masjid Agung Banten Lama, di Kecamatan Kasemen, Kota Serang, menggunakan angkot yang mereka sewa.

“Sama anak, main ke pantai, dari Banten dulu kesini naik angkot. Pingin ke pantai, liat air, ombak, kakau di Cikande kan enggak ada pantai. Kalau lebaran puasa kan enggak bisa (ke pantai). Kalau takut mah ada, tapi pingin gituh,” ujar Nenih (56) sembari tertawa, ditemui di Pantai Sambolo, Kabupaten Serang, Banten, Sabtu (01/08/2020).

**Baca juga: 9 Tersangka Ditangkap dalam Penyelundupan 159 Kilogram Ganja di Serang.

Begitupun yang dilakukan oleh wistawan lainnya, Suharto (30) yang berlibur bersama keluarganya. Dia mengaku membawa masker, lantaran basah tidak dipakai menutupi mulut dan hidungnya.

“Berlibur sama keluarga, pilih Anyer itu murah meriah, enggak jauh juga, terus lebih seru aja. Soalnya ke tempat lain lebih padet lagi. Protokol kesehatan katanya harus pake masker gitu, tapi kalau dilihat lagi banyak yang enggak pakai masker, saya ada masker tapi basah jadi enggak dipakai ini,” kata Suharto sembari tertawa, ditempat yang sama.(Dhi)




PSBB Transisi, Arena Olahraga dan Rekreasi di Tangsel Diusulkan Buka

Kabar6.com

Kabar6-Permintaan masyarakat di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) cukup banyak untuk kelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Covid-19. Selama pandemi virus corona melanda gerak warga dibatasi dan hasilnya wilayah zona merah berkurang signifikan.

“Ada keinginan banyak dari masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga diperbolehkan lagi,” kata Walikota Airin Rachmi Diany kepada kabar6.com di Balaikota Tangsel, Jum’at (31/7/2020).

Menurutnya, permintaan masyarakat bukan hanya sarana dan prasarana olahraga saja yang dibuka pada PSBB transisi. Arena rekreasi seperti Hutan Kota, Bendungan Situ Gintung dan lain-lain juga diusulkan buka lagi.

“Ini yang sedang dikaji, kalau pun memang diperbolehkan maka ada beberapa catatan regulasi aturan,” ujar Airin.

**Baca juga: Makna Idul Adha Tahun ini Bagi Walikota Airin.

Ia bilang, pembuatan rekomendasi aturan diserahkan kepada organisasi perangkat daerah terkait. Hal terpenting masyarakat tetap wajib mematuhi protokol kesehatan demi mencegah penularan virus corona.

“Balik lagi, ikuti protokol covid. Sepedaan ingin sehat, ya udah balik lagi ke protokol covid,” pesan Airin.(yud)




Tubuh Tiba-tiba Seperti Terpeleset Saat Tidur, Apa Penyebabnya?

Kabar6-Anda mungkin pernah merasa seperti terpeleset saat tidur. Tubuh seolah-olah tergelincir seperti hendak jatuh. Mengapa hal ini bisa terjadi, dan apa penyebabnya?

Dalam dunia medis, melansir DetikHealth, fenomena ini disebut hypnagogic jerk atau hypnic jerk, yaitu kondisi di mana ada sentakan mendadak saat kita bertransisi antara terjaga dan tertidur. Meski begitu, Anda tidak perlu khawatir apabila mengalami kondisi seperti ini. Salah satu teorinya menyebutkan, hal ini terjadi saat saraf macet ketika Anda bertransisi dari terjaga sampai tertidur.

Para dokter menyebut, kemungkinan pemicu merasa ‘terpeleset’ saat tidur bisa karena kebiasaan tidur yang buruk. Bisa juga karena stres, merasa cemas berlebihan, dan kelelahan. Hal-hal ini bisa membuat kondisi hypnic jerk semakin sering terjadi. ** Baca juga: Kembali ke Gym, Lakukan Sejumlah Protokol Kesehatan Agar Terhindar dari COVID-19

“Lebih seringnya, hypnic jerk itu normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Meski begitu, jika sentakan ini, atau kecemasan karena mengalaminya mengganggu tidurmu secara signifikan, kamu harus membicarakannya pada ahlinya soal kekhawatiranmu,” urai Michelle Drenup, psikolog dan ahli tidur.(ilj/bbs)




Ditemukan Botol Bayi Prasejarah pada Makam Era Neolitikum

Kabar6-Sekelompok ilmuwan menemukan botol-botol bayi prasejarah di sebuah kompleks pemakaman anak-anak yang telah meninggal dunia ribuan tahun lalu.

Beberapa botol yang ditemukan, sengaja dibentuk menyerupai hewan mitos dan berisi jejak susu hewan yang berada di dalamnya.

Penemuan botol-botol bayi prasejarah ini, melansir Dailymail, telah menjelaskan bagaimana kehidupan para orangtua prasejarah dan anak-anak mereka, serta menjelaskan ledakan populasi yang terjadi selama era Neolitikum. Sekira 7.000 tahun yang lalu, manusia mulai beralih dari gaya hidup berburu dan nomaden ke pemukiman dan bertani.

Dalam riset yang hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal Nature ini, tim peneliti menganalisis botol-botol yang ditemukan di pemakaman anak-anak yang terkubur di sebuah tempat yang sekarang menjadi wilayah Jerman.

Pemakaman itu sendiri berasal dari Zaman Besi dan Perunggu, dengan satu pemakaman dibuat antara 800 hingga 450 Sebelum Masehi (SM), dan yang lainnya dibuat antara 1200 dan 800 SM. Adapun anak-anak yang dikubur di dalam pemakaman itu berusia sekira 0-6 tahun.

Botol yang dipelajari pertama kali ditemukan antara 20 dan 30 tahun yang lalu, ketika situs-situs kuburan itu pertama kali digali. Namun para peneliti baru sekarang mempelajari dan mencari tahu apakah benda ini digunakan oleh bayi, dan apa yang ada di dalam botol tersebut.

“Untuk memastikan bahwa itu adalah botol bayi, kami cukup sulit untuk mencari dan menemukan wadah tersebut di kuburan anak-anak. Dalam arkeologi, konteks adalah segalanya, dan kehadiran mereka di kuburan anak menegaskan bahwa itu adalah botol bayi,” jelas Julie Dunne dari Bristol University di Inggris, yang juga penulis utama laporan hasil studi ini.

Analisis residu pada botol yang ditemukan menunjukkan, botol itu mengandung jejak susu. Dua berasal dari hewan ruminansia, seperti sapi atau domba, sedangkan susu lainnya berasal dari hewan non-ruminansia, mungkin babi atau manusia. Ini memberikan bukti bahwa orang-orang Neolitik telah melengkapi makanan anak-anak mereka dengan susu dari hewan.

“Salah satu wadah yang dipelajari berbentuk seperti binatang mitos. Mereka semua tampak sangat berbeda. Zoomorphic, mungkin ini dimaksudkan untuk mewakili hewan mitos yang tidak umum. Saya juga berpikir bahwa ini menunjukkan kepada kita, tentang cinta dan perhatian orang-orang prasejarah kepada bayi-bayi mereka,” urai Dunne.

Menurutnya, penemuan susu yang digunakan sebagai suplemen untuk anak-anak ini mungkin telah memainkan peran penting dalam ledakan bayi pada era Neolitikum. ** Baca juga: Kocak, Mahasiswa di Thailand Ikut Ujian dalam Ruangan Pakai Helm

“Mengenai mengapa botol-botol itu ditinggalkan di kuburan anak-anak, saya cenderung berpikir bahwa benda itu adalah milik bayi yang dimakamkan. Mungkin mereka ingin anak-anak mereka membawanya bersama. Kita tidak tahu kepercayaan agama atau pandangan dunia mereka, tetapi mungkin mereka percaya pada akhirat,” tutup Dunne.(ilj/bbs)