1

Di Montenegro, Ada Kontes ‘Warga Negara Paling Malas’ dengan Peserta Dilarang Berdiri Atau Duduk

Kabar6-Desa resor Brezna di Montenegro utara mengadakan tradisi tahunan berupa kontes ‘warga negara paling malas’, yang pesertanya berbaring di atas tikar selama hampir 24 jam sehari.

Tujuan diadakan kompetisi ini, melansir Hindustantimes, adalah untuk melihat kontestan mana yang memiliki waktu tidur terlama dan dapat berbaring lebih lama dibandingkan kontestan lainnya. Tantangan yang dilakukan pada pertengahan Agustus lalu menyisakan tujuh dari 21 peserta, saat memasuki hari ke-26. Para kontestan ini bersaing untuk mendapatkan hadiah utama sebesar US$1.070

Sesuai aturan perlombaan, peserta yang bertanding sambil berbaring diperbolehkan tidur, memenuhi kebutuhan makan dan minuman, membaca buku, dan menggunakan telepon. Namun, duduk dan berdiri dianggap melanggar aturan. Kontestan diperbolehkan memiliki waktu 10 menit setiap delapan jam untuk pergi ke toilet.

Tahun lalu, rekor berbaring dicapai dalam 117 jam, namun tahun ini, kompetisi tersebut telah melewati 26 hari. “Kami semua merasa baik-baik saja, luar biasa, tidak ada masalah kesehatan, mereka memanjakan kami, yang perlu kami lakukan hanyalah tetap berbaring,” kata Dubravka Aksic, juara 2021 .

Menurut Radonja Blagojevic, salah satu penyelenggara kompetisi, kontes ini diluncurkan di Montenegro 12 tahun yang lalu untuk ‘mengejek’ mitos populer yang menyebut orang Montenegro sebagai orang yang malas.

“Kami mengadakan kompetisi berbaring ini sebagai parodi, memanfaatkan stereotipe bahwa orang Montenegro itu malas, untuk melihat siapa yang bisa bertahan paling lama. Saat ini, ada tujuh dari 21 kontestan yang mendaftar tahun ini,” ungkap Blagojevic.

Ditambahkan Blagojevic, sejauh ini tujuh kontestan yang tersisa dari 21 peserta telah berbaring selama 463 jam. Secara tradisional, kompetisi diadakan di bawah pohon maple, namun karena cuaca buruk, mereka malah pindah ke gubuk kayu.(ilj/bbs)




Tradisi Tahunan Unik di India, ‘Pertempuran’ Kotoran Sapi

Kabar6-Sebuah tradisi tahunan dilakukan warga desa Kairuppala di Kurnool, India selatan, yang melibatkan penduduk desa tetangga untuk Perang Pidakala. Dalam tradisi itu, ribuan penduduk desa turun ke jalan untuk melempar tumpukan pupuk kandang dari kotoran sapi.

Tradisi ini, melansir Dailymail, digelar sehari setelah festival musim semi Ugadi, dan merupakan perang simbolis tentang sengketa pernikahan mitologis. Mereka yang ikut dibagi menjadi dua kelompok, yakni mereka yang berperang demi Dewi Bhadrakali dan kelompok untuk Dewa Veerabhadraswamy, wujud menyeramkan dari Dewa Siwa Hindu.

Kotoran sapi dilemparkan oleh masing-masing pihak ke sisi yang lain sementara kerumunan orang berbaris di jalan-jalan dan para pengunjung berkumpul di gedung-gedung terdekat.

Basanya, ribuan orang berdesakan menonton dua kelompok yang berperang, sementara anggota Kepolisian India mengawasi untuk memastikan tidak ada kerusuhan, saat tradisi pertempuran yang diyakini membawa kesehatan.

Menurut legenda, Dewa Veerabhadraswamy ingin menikahi Dewi Bhadrakali tetapi ditentang yang menyebabkan perselisihan. Orang-orang Bhadrakali menggunakan kotoran sapi sebagai senjata pilihan mereka sebelum pernikahan akhirnya diizinkan. ** Baca juga: Bungkus Plastik di Sebuah Supermarket Thailand Diganti dengan Daun Pisang

Pupuk kandang yang terlontar tinggi ke udara diyakini membawa kesehatan, kemakmuran, dan hujan ketika penduduk desa merayakan persatuan di akhir pertempuran. Diketahui, Festival Ugadi yang dirayakan sebelum pertempuran kotoran sapi, untuk menandai awal tahun baru dan perubahan dalam orbit bulan dalam penanggalan India.(ilj/bbs)