1

Lezat, Tapi 4 Jenis Makanan Ini Bisa Picu Kulit Wajah Jadi Berminyak

Kabar6-Memiliki kulit berminyak tentu dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain wajah lebih mudah kusam, muncul komedo, hingga jerawat. Apa penyebab kulit menjadi berminyak?

Ada banyak hal yang bisa memicu produksi sebum berlebihan pada kulit, mulai dari gaya hidup yang tidak baik, kurang menjaga kebersihan wajah, hingga faktor makanan.

Dan tanpa disadari, melansir beberapa sumber, ada empat jenis makanan yang dapat memicu produksi minyak berlebih pada kulit wajah. Apa sajakah itu?

1. Karbohidrat olahan
Karbohidrat memang diperlukan tubuh untuk menghasilkan energi. Namun bila dikonsumsi secara berlebihan, kulit wajah akan semakin berminyak.

Karbohidrat olahan antara lain seperti roti, biskuit, tepung, dan aneka makanan manis yang mengandung kandungan gula tinggi.

2. Produk olahan susu
Meskipun memiliki banyak khasiat untuk tubuh, makanan olahan susu seperti keju dan yoghurt juga mengandung whey protein yang bisa memicu produksi sebum.

3. Daging tinggi lemak
Jika dikonsumsi secara berlebihan, daging merah tinggi lemak bisa membuat kulit wajah menjadi semakin berminyak. Tidak hanya itu, daging merah juga bisa memicu berbagai gangguan kesehatan seperti kolesterol dan hipertensi.

4. Gorengan
Selain menggunakan minyak yang sangat banyak, gorengan umumnya juga dibuat menggunakan tepung. Nah, tepung termasuk dalam salah satu jenis karbohidrat olahan yang bisa merangsang produksi sebum.

Selain itu, gorengan juga punya kandungan lemak jenuh yang tinggi sehingga mempengaruhi hormon untuk memproduksi minyak berlebihan pada kulit. ** Baca juga: Bahaya Tidur Saat Rambut Masih Basah Usai Keramas

Jadi apabila ingin memiliki wajah bersih dan terhindar dari berbagai masalah kulit, kurangi konsumsi empat jenis makanan tadi.(ilj/bbs)




Cara Sehat Menikmati Makanan Lebaran Tinggi Lemak

Kabar6-Biasanya Lebaran dirayakan dengan makanan lezat yang mengandung tiga komponen utama yaitu gula, garam, dan lemak atau GGL. Nah, Anda sebaiknya perlu mewaspadai bahwa asupan ketiga komponen tersebut secara berlebihan bisa menimbulkan risiko kesehatan.

Untuk menetralisir, Anda perlu mengonsumsi sayuran dan buah. Pola asupan saat Lebaran, melansir lifestylebisnis, cenderung meningkat termasuk saat pandemi COVID-19, karena banyak keluarga merayakan Lebaran di rumah saja. Alhasil, aturan makanan seimbang baik karbohidrat, sayur, dan protein menjadi susah dijalani.

Sebenarnya hal yang harus diperhatikan adalah mengontrol makan saat Lebaran. Hal ini karena tidak bisa dipungkiri, selain kita masak juga ada hantaran kerabat yang membuat stok makanan jadi lebih banyak.

Lantas, bagaimana trik untuk mengontrol makan saat Lebaran sehingga mengurangi rasa bersalah? Misalnya, makan opor jangan sering tambah kuah, pilih bagian dada ayam. Hal yang sama juga berlaku untuk rendang. Begitu pula dengan kue nastar.

Diketahui, makan nastar empat potong dalam sehari kalorinya hampir 200. Kebanyakan orang biasanya makan nastar satu toples dipegang sendiri sehingga tidak terkontrol.

Jadi sebisa mungkin konsumsi yang dianjurkan cukup satu saja, dan itu pun ada stok buah untuk mengimbangi kalori kue kering. Kuantitas dan panduan gizi seimbang juga perlu diperhatikan termasuk asupan gula, garam, dan lemak. Asupan gula bisa naik dari kue nastar, kastengel, dodol, dan makanan manis lainnya. Sementara lemak dan garam pasti dari lauk.

Belum lagi ketupat atau lontong lebaran yang kerap ada di meja makan. Lontong dan ketupat masuk dalam kategori karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi.

Sebagai alternatif, Anda bisa mengganti dari biasanya beras putih jadi beras merah. Jadi bukan tekstur yang jadi jaminan kalau tekstur keras lebih sehat, sebab bahannya sama-sama dari karbohidrat. ** Baca juga: Cari Tahu Rumus Lebaran Sehat

Kalau tidak bisa ganti beras merah, kembali ke porsi dengan anjuran 2/3 porsi.(ilj/bbs)




Selain Panjang Umur, Diet Tinggi Lemak Tingkatkan Kekuatan Fisik

Kabar6-Diet ketogenik adalah tinggi lemak, protein sedang, diet rendah karbohidrat, dengan target 75 persen dari kalori harian berasal dari lemak, lima sampai 10 persen dari karbohidrat, dan sisanya dari protein. Umumnya membatasi karbohidrat maksimal 50 gram.

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti dari University of California menemukan bahwa diet ketogenik tidak hanya dapat menurunkan berat badan, tetapi juga meningkatkan kekuatan fisik dan membuat pelaku panjang umur. Demikian dilansir Science Daily.

Tim melakukan uji coba pada tiga kelompok tikus. Kelompok pertama, tikus dengan diet tinggi karbohidrat, kemudian kelompok kedua berupa tikus dengan diet rendah karbo dan tinggi lemak, selanjutnya kelompok terakhir adalah tikus dengan diet ketogenik.

“Hasil ini agak mengejutkan. Kami mengira hanya ada sedikit perbedaan, tetapi saya terkesan dengan besarnya perbedaan yang kami amati,” kata Jon Ramsey, ahli nutrisi sekaligus penulis senior studi.

Dari hasil percobaan, Ramsey dan timnya menemukan adanya 13 persen peningkatan masa hidup pada tikus yang menjalani diet tinggi lemak dibanding tikus dengan diet tinggi karbohidrat.

“Pada manusia, waktu tersebut bisa berkisar antara tujuh hingga sepuluh tahun, dan yang paling penting, tikus-tikus dengan diet tinggi lemak mengalami peningkatan kualitas kesehatan,” jelas Ramsey.

Diet ketogenik, dikatakan peneliti, meningkatkan memori, fungsi motorik, dan mencegah peningkatan tanda-tanda penuaan. Bahkan, diet ini juga menekan kemunculan tumor.

“Dalam kasus ini, banyak hal yang kami amati (pada tikus) tidak banyak berbeda dari manusia. Pada tingkat dasar, manusia mengikuti perubahan yang sama dan mengalami penurunan fungsi keseluruhan organ selama penuaan,” kata Ramsey. ** Baca juga: Rutin Baca Buku Perpanjang Harapan Hidup

Studi serupa yang diterbitkan oleh Buck Institute for Research on Aging dalam jurnal yang sama menunjukkan bahwa diet ketogenik dapat memperpanjang umur dan memperbaiki ingatan pada tikus yang sudah menua.(ilj/bbs)