1

Patung Kura-kura Seberat 100 Kg di Selandia Baru ‘Pindah Sendiri’ ke Kota Lain Sejauh 117 Km

Kabar6-Peristiwa aneh terjadi di Selandia Baru. Sebuah patung kura-kura seberat 100 kg yang terletak di taman bermain Tahunanui di kota Nelson, tiba-tiba berpindah tempat ke taman Pollard di Marlborough sejauh 117 km.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Manajer Pelayanan Masyarakat Dewan Kota Nelson bernama Roger Ball, melansir Stuff, mengatakan bahwa salah satu staffnya menyadari bahwa patung kura-kura tersebut hilang beberapa waktu lalu. Namun staff tersebut mengira patung kura-kura tidak berada di tempat yang semestinya karena sedang diperbaiki.

Tak lama, Dewan Kota Nelson menerima panggilan telepon dari Dewan Kota Marlborough yang mengabarkan bahwa patung kura-kura itu ditemukan di taman Pollard. Setelah dikonfirmasi, ternyata patung kura-kura yang ditemukan di taman Pollard adalah patung yang sama dengan yang hilang di taman Tahunanui.

“Patung itu sungguh besar dan berat, sampai sekarang masih belum jelas bagaimana persisnya patung tersebut bisa tiba di Marlborough,” kata salah seorang pegawai dewan kota Marlborough. ** Baca juga: Gara-gara Pandemi COVID-19, Maskapai Thailand Jualan Gorengan

Sementara itu, Roger mengatakan, peristiwa seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Disebutkan, patung kura-kura tersebut sudah berusia 57 tahun. Pertama kali dibuat pada 1963. Saat itu, kota Nelson belum punya taman kota untuk bermain anak-anak.

Patung kura-kura itu termasuk ikon dari taman Tahunanui. “Patung kura-kura itu beratnya 100 kilogram dan baru saja menempuh perjalanan sejauh 117 kilometer, yang mana terhitung jauh untuk seekor kura-kura. Beruntung dia ditemukan selamat dan sehat,” canda Roger.

Hingga saat ini tidak ada yang tahu siapa yang memindahkan patung kura-kura dari beton tersebut.(ilj/bbs)




Lagu ‘Baby Shark’ Jadi Metode Pemkot Florida untuk Usir Tunawisma

Kabar6-Lagu anak-anak berjudul Baby Shark dan sejenisnya, diputar berulangkali di Waterfront Lake Pavilion, tempat yang sering digunakan untuk mengadakan acara pribadi seperti pernikahan dan bar mitzvah.

Bukan tanpa tujuan, lagu tersebut sengaja diputar oleh pejabat Pemerintah Kota (Pemkot) Florida untuk mengusir tunawisma dari area publik. Menurut Direktur Rekreasi dan Taman West Palm Beach bernama Leah Rockwell, melansir MSN, metode yang dipilih pejabat kota tersebut dinilai efektif dan merupakan tindakan sementara.

“Kami tidak memaksa individu untuk tinggal di teras paviliun untuk mendengarkan musik. Musiknya terdengar hanya jika Anda berada di teras, area yang sangat kecil dibandingkan dengan daerah tepi laut lainnya,” kata Rockwell.

Namun hal ini menuai kritik dari beberapa orang tunawisma dan dari para advokat yang berupaya untuk membebaskan mereka dari jalanan.

Dikatakan, kota itu seharusnya mengundang orang daripada mengusir mereka, dan bahwa taktik tersebut mengabaikan akar penyebab tunawisma.

Sementara itu kota-kota telah lama menggunakan penghalang seperti paku-paku logam, bangku-bangku miring yang aneh dan penghalang trotoar untuk mencegah para tunawisma. ** Baca juga: Dianggap Anugerah dari Dewa, Sakal Tidak Keramas & Potong Rambut Sejak 40 Tahun Lalu

Di sisi lain, para tunawisma mengatakan bahwa taktik itu bermusuhan dan diskriminatif.(ilj/bbs)